20. Medicine VS Poison

179K 13.5K 262
                                    

Setiap hari pulang kerja, Lily selalu naik Tj. Berhenti di halte terdekat dan melanjutkan dengan ojek online. Jarak apartemen dan halte sebenarnya tak jauh, jalan kaki juga sampai. Bahkan dari halte, apartemen sudah terlihat. Hanya untuk Lily, jalan kaki sejauh itu juga sudah sangat jauh banget.

Hari ini, justru sebaliknya. Mendadak jarak halte-apartemen terasa terlalu dekat.

Kenapa lo gak berhenti di halte sebelumnya aja? #Sisi Jahat menyindir.

Lalu sekalian aja pingsan beneran! #Sisi Baik malah ikutan.

Oke, dan Lily menyesal tak berpikir seperti itu. Lagipula baru setelah bis hampir sampai tadi kedua sisi hatinya memberi ide itu.

"Masih pusing?" tanya Ajie sambil menyampirkan jaketnya ke bahu Lily. "Bisa jalan dikit?"

Lily mengangguk. Tepat saat itu bus berhenti. Dengan penuh kewaspadaan, Ajie merangkul Lily dan membuat gadis mungil itu seperti tenggelam dalam pelukannya. Lily bisa merasakan kehangatan yang mengalir. Tanpa sadar bibirnya tersenyum. Sakit yang menyenangkan mungkin seperti ini kali ya, hehehe...

Sepanjang jalan keluar, mereka berjalan saling bergandengan tangan. Tepatnya tangan Lily yang digenggam erat oleh tangan besar Ajie. Membuat kepala Lily terasa lebih ringan.

Begitu keluar dari pintu pemeriksaan kartu, Ajie tiba-tiba berjongkok di depan Lily. Menunjukkan punggungnya. Lily terpaku. Bingung.

"Naiklah!" kata Ajie setengah memerintah.

Orang-orang yang sedang lewat melihat keduanya sambil tersenyum, dengan ekspresi menggoda.

"Gak usah, Pak! Malu-maluin iih!" tukas Lily malu.

Ajie menoleh ke belakang. "Udah buruan, justru saya nih yang malu lama-lama begini. Entar dikira mau buang hajat di sini!"

Lily tertawa kecil, tapi sambil naik ke punggung Ajie. Dengan sigap, Ajie memegang kedua kaki Lily sebelum berdiri.

"Kamu makan apa sih, Li?" tanya Ajie saat mulai berjalan.

"Batu, kerikil sama semen, Pak!" jawab Lily sekenanya.

"Oooh, mesin molen doong!" Keduanya tertawa berbarengan.

Aroma menyenangkan tercium saat hidung Lily menyentuh rambut Ajie. "Pake sampo apaan, Pak? Rambut Bapak wangi," ujarnya iseng. Tangannya yang bertumpu pada bahu Ajie mulai memainkan rambut pria.

"Jangan goyang-goyang, Li! Bisa jatuh nanti!" kata Ajie mengingatkan sambil memperbaiki posisi Lily duduk di punggungnya. Ia berjalan lebih cepat. 

Bukannya berhenti, kali ini Lily malah memegang telinga Ajie dan menarik-nariknya. "Ternyata telinga Bapak lucu ya. Besar!"

"Li!!! Berhenti!" Begitu tangan Lily menyentuh telinganya, kuduk Ajie berdiri dan seperti tersetrum, tubuhnya bergetar kegelian. Untung Lily menghentikan perbuatannya. Gadis itu tertawa.

Ajie menggeleng-gelengkan kepalanya. Gadis ini benar-benar usil. Ia pun meneruskan langkahnya.

Tapi seringai lebar muncul di wajah Lily lagi. Salah satu tangannya turun melewati bahu Ajie, bergerak menuju leher dan jari-jari mungilnya bergerak menggelitiki dagu bawah pria itu. "Bapaaak... Bapaaak... " godanya seakan sedang mengelus seekor kucing.

"Lily!!!" teriak Ajie tak tahan lagi. Ia melepaskan pegangannya, dan menurunkan Lily dengan cepat. Wajahnya masih terlihat merah padam saat memegangi lehernya yang barusan digelitiki Lily. Sementara si biang onar tertawa-tawa. Tapi tak lama, karena tubuh Lily kembali limbung.

Ajie buru-buru menangkapnya sebelum terjatuh. Sekali lagi, ia menggendong gadis itu di punggungnya. Tak seperti sebelumnya, Lily memilih tetap diam.

Boss Galak  & Sekretaris Badung [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang