Bonus 2: How Much Is Your Love? (1)

124K 8.6K 60
                                    

Bonus Peringkat 1 #Sekretaris Tanggal 04 Februari 2019

Hari ini Ajie sholat sendirian karena Lily sedang datang bulan. Namun, setiap Ajie menunaikan sholat Magrib, Lily biasanya ikut duduk menemani di belakangnya. Hanya duduk, kadang-kadang sambil main hape. Nanti saat Ajie mengaji, ia akan ikut mendengarkan. Sama seperti ketika masih tinggal bersama Emak.

Tak seperti biasanya, kali ini Ajie berdoa cukup lama setelah sholat dan menyambung dengan mengaji jauh lebih banyak. Wajah Ajie juga lebih murung dari biasanya. Perasaan Lily jadi tak tenang melihatnya.

Begitu Ajie mengangkat sajadah, mengibasnya dan melipatnya rapi, Lily berdiri menyalami tangannya.

"Tadi Mas doain Lily juga kan?"

"Hmm... " Ajie hanya berdeham sambil mengangguk.

"Biar kita cepet dikasih anak kan?" tebak Lily lagi. Kali ini Ajie tak menggeleng, juga tak mengangguk.

Bibir Ajie membentuk garis tipis sebelum ia menjawab, "Saya berdoa yang terbaik untuk kita berdua, Li."

"Berarti Mas gak bener-bener sayang sama Lily ya? Berdoa untuk Lily aja gak mau... "

"Bukan gitu, Li. Doanya saya ya udah termasuk kamu juga. Kan tadi saya bilang buat kita berdua."

"Kalau gitu Mas gak mau punya anak dong? Cuma buat berdua, gak ada untuk anak." Lily merengut. Pipi chubby-nya terlihat jelas.

Ajie tertawa kecil, mengelus rambut istrinya. "Ya mau, Lily sayang. Itu bagian terbaik dalam pernikahan. Tentu saja saya juga mau. Tapi yang memutuskan kapan waktu yang tepat kan hanya Allah. Makanya saya minta yang terbaik."

"Lily gak yakin deh, Mas. Doanya aja absurb gitu. Entar kalo anak kita lahir, pasti gak disayang! Mas jahat iih."

"Siapa yang begitu, Li. Saya pasti akan sangat sayang sama anak kita. Mau dikasihnya cowok atau cewek, saya pasti sayang."

"Terus gak sayang sama Lily lagi gitu? Kan Lily yang melahirkan. Lily yang menanggung sembilan bulan lebih. Lily yang mungkin nanti jadi gendut, sakit, emosian karena hamil. Kenapa gak sayang lagi sama Lily?"

"Ya enggaklah, Li. Saya pasti makin sayang sama kamu. Kalau bukan karena kamu, saya gak mungkin punya anak."

"Nah... nah... benar kan? Anak kita gak bakal Mas sayang?!? Sudah susah-susah dilahirin, eh malah gak disayang sama bapaknya. Emang Mas pikir ngegedein anak itu cukup kasih sayang dari emaknya aja?? Terus bapaknya cuma nitip gitu? Mas ini gimana sih? Huh!" sungut Lily dengan bibir mencibir, keluar dari kamar.

Ajie melongok. Kehabisan kata-kata. Hanya bisa geleng-geleng kepala menghadapi istrinya yang kadang-kadang sulit dipahami. Baru menikah tiga bulan, Ajie kadang tak tahu lagi membedakan mana saat ia harus tertawa, boleh tertawa atau malah harus bersikap serius. Lily seperti terlihat mudah dipahami, tapi ketika ia berpikir seperti itu, yang terjadi justru sebaliknya.

Sampai esok pagi, Ajie masih memikirkan hal itu di kantor. Tangannya sibuk bekerja. Matanya sibuk memeriksa berkas dan sesekali ia bisa fokus. Tapi tak lama, ia kembali memikirkan Lily. Sejak mereka menikah, Ajie selalu penasaran pada satu hal. Lily hanya mengucapkan satu kali kalimat yang mengungkapkan perasaan kalau ia mencintai Ajie. Setelah menikah dan tinggal bersama, Ajie tak pernah mendengarnya lagi.

"Ya ngapain juga? Kan cuma kata-kata, Boss! Yang penting Lily kan keliatan banget tergantung sama elu. Siapapun yang lihat pasti tahu kalau dia cinta sama lo," sentak Danu saat Ajie mengeluh.

"Itu karena gue yang cinta, jadi apapun keinginannya kalau gak dituruti itu rasanya berdosa banget dan kalo jauh dari dia, lo tahulah perasaan gue gimana."

Boss Galak  & Sekretaris Badung [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang