18. Dicuekin

163K 13.5K 79
                                    

Kalau kita lagi marahan, katanya gak boleh lewat tiga hari kan? Entar jadi dosa. Benar kan?

Hari pertama...

Lily bangun kesiangan. Ia terlambat 15 menit. Semua karena semalaman ia tak bisa tidur, menatap ponsel dan berharap ada balasan. Ia mengirim 'maaf' dalam berbagai versi sekitar 20an kali dan 'baikan yuk, Pak!' sekitar 15 kali. Tak ada satupun yang berbalas. Hingga ia tertidur dengan ponsel di genggamannya, sampai dalam mimpi pun ia seakan-akan sedang mengetik kedua kalimat itu.

Yang dipikirkannya tak muncul seharian di kantor. Hanya Amy yang memberinya sederet perintah, menyelesaikan ini dan itu. Ada beberapa tamu yang datang, tapi semuanya diarahkan Amy dan Pak Willy untuk bertemu dengan direktur-direktur lain. 

Beberapa staf Sekper juga bertugas keluar kota. Eza ke Kalimantan, Mira ke Bandung dan Pak Lukas menemani Ajie.

"Pak Ajie sedang mengecek ke kantor-kantor cabang," jawab Amy saat Lily bertanya. 

Mendengar itu, Lily hanya bisa menghela nafas. Hopeless...

Hari kedua...  

Lily tahu Ajie ada di kantor sepanjang pagi itu. Tapi entah kapan pria itu datang, karena Lily tak melihatnya lewat sama sekali. Padahal ia sudah berulang kali, mencari aneka alasan untuk bisa menunggunya keluar dari lift.

Mira yang memberitahunya, "Pak Ajie udah dateng sebelum lo tadi. Trus pesen ke gue dan Pak Willy kalo dia gak mau diganggu."

Anehnya, Amy juga malah melarangnya masuk ke ruangan Ajie. Bahkan saat seorang tamu datang dan Lily penuh semangat menawarkan diri membuatkan kopi. Memang ia yang buat, tapi Amy yang mengantar kopi itu masuk.

Karena itu, saat semua orang makan siang, Lily sengaja tidak pergi. Ia berharap Ajie keluar dan karena tak ada orang, ia bisa meminta maaf pada pria itu. Sudahlah... lupakan saja soal harga diri dan segala hal itu! Ia kangen sama Ajie.

Tapi sampai jam makan siang berakhir, Ajie tak juga keluar. Malah seorang kurir pengantar makanan datang membawakannya makan siang. Lily hanya bisa memandangi kurir itu lewat, sembari menggigit bibirnya. Perutnya berbunyi saat aroma makanan yang diantar masih tertinggal di ruang sekretariat. Untung saat itu suara mesin printer dan telepon terdengar, jadi tak ada yang tahu selain Lily sendiri.  

Setelah yakin tak ada gunanya ia mengirim pesan WhatsApp, Lily mencoba menelpon. Cuma sekali dering, karena ia juga takut-takut. Tapi sampai ia mengulang 3x, tak ada jawaban dari seberang. Nihil. Kali keempat ia mencoba, malah suara operator memberitahu dengan riang, "Nomor telepon yang Anda tuju sedang tidak aktif, silahkan mencoba beberapa saat lagi!"

Lily kehabisan ide. Ia mencengkeram kepalanya dan berteriak tertahan. Kesal!

Hari ketiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ketiga...

Begitu selesai sholat subuh, dan sarapan seadanya, Lily langsung pergi ke kantor. Tidak naik bis, ia memilih memesan ojek online. Tak dipedulikannya udara dingin menusuk saat meminta sang supir ojek untuk melaju kencang.  Yang penting ia bisa segera sampai dan berharap Ajie juga datang seperti kemarin.

Boss Galak  & Sekretaris Badung [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang