10. The Raising Monster

187K 15.5K 708
                                    

Dalam lift saat meluncur turun menuju ruang meeting.

"Kemarin siapa yang anter kamu ke airport?"

"Mas Eza, Pak!"

"Pak Harun ke mana?"

"Tadinya mau dianter pak Harun, Pak. Terus Mas Eza nawarin nganterin Lily ke bandara juga. Sekalian ambil barang. Ya udah sekalian deh," jawab Lily enteng. Tanpa sadar, ia menoleh. Melemparkan tatapan sekaligus senyuman manis pada Ajie. Tapi, wajah itu tak tampak ramah. Tak tampak ada senyum. Tak ada kilatan jenaka menggoda seperti biasa.

Tak terlalu jelas memang. Tapi entah kenapa Lily bisa merasakan ada sinyal kesal di wajah poker tanpa ekspresi itu.

Lily salah apa lagi Pak Boss?? keluh Lily dalam hati. Tak berani menyampaikannya dengan suara. 

Diam. Sunyi. Sepi. Padahal ada tiga orang di dalam lift itu. Tapi Danu seperti menulikan telinganya, pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Lily jadi makin bingung. Danu pasti merasakan ketegangan itu. Tapi kenapa dia diam juga?

Akhirnya Lily hanya bisa menatap angka-angka di lift, sambil berdoa semoga ada orang lain masuk dan mungkin itu bisa mengurangi intensitas ketegangan dalam lift.

"Next time, kalau saya suruh Pak Harun yang anter kamu. Ikut sama dia. Jangan sama yang lain. Whatever the reason is."

"I... iya, Pak."

"Ingat semua orang tahu kamu sudah punya suami. Jangan sampai ada yang coba-coba ngajak kamu selingkuh."

Lily melongok tak percaya. Ini orang yaaa bener-bener deh... Kan dia tahu kalau itu hanya dusta kecil Lily saja. Kalaupun ada yang jatuh cinta sama Lily, itu sih bukan selingkuh namanya. Itu sesuatu yang wajar sebagai para pencari pasangan model Lily. Apalagi Eza  salah satu pria muda tampan yang tak bisa dipandang sebelah mata sebagai salah satu calon suami yang potensial. Lily sama sekali tak keberatan dustanya diketahui oleh Eza. Ingin rasanya ia tertawa terbahak-bahak mendengar kata-kata Ajie.

Tapi yang tertawa malah Danu. "Sejak kapan lo worried sama urusan pribadi staf lo, Jie? Ya Lily mau selingkuh sama siapa, itu urusan pribadinya. Gak ada urusan sama perusahaan apalagi lo."

Bahkan Lily seakan bisa merasakan pisau-pisau beterbangan dari tatapan mata Ajie saat ia melirik pada Danu. Danu terdiam, menunduk cepat dan kembali (berpura-pura) sibuk dengan ponselnya.

Untungnya denting lift terdengar memutuskan ketegangan mengerikan di ruangan segiempat itu. Begitu terbuka, Danu keluar dengan cepat. Lily menyusulnya. Makin lama dengan monster bernama Ajie itu, bikin tubuh panas dingin.

"Hellooo Mr. Farizi, how are you?" sapa seorang pria berwajah bak aktor film laga Hollywood. Mata Lily berpendar kagum. Pria itu bersama seorang gadis muda tinggi bermata biru terang yang cantiknya seperti model iklan. Gadis itu membawa map dan tas seperti Lily. 

"Hai, Mr. Theo. I'm fine. How are you?" balas Ajie. 

Mereka saling berjabat tangan, berbicara tentang kabar, bertukar informasi, berkelakar lalu berjalan masuk ke ruang meeting. Lily berusaha mensejajarkan langkahnya dengan gadis muda tinggi yang juga menyalaminya dan Danu dengan ramah. Tapi kaki-kaki mungilnya tak mampu mengejar langkah lebar Danu dan gadis Jerman itu. 

Lily berjalan paling belakang. Setengah menunduk. Memandangi punggung-punggung orang-orang di depannya.

Ajie mengenakan jas hitam lengkap dengan dasi berwarna hitam bintik-bintik. Danu juga mengenakan jas lengkap biru gelap dengan garis yang modis di bagian krah dan ujung lengan. Kedua tamu mereka juga memperlihatkan penampilan eksekutif muda yang berkelas. Jas berwarna gelap kompak membalut tubuh mereka, jelas-jelas berasal dari merek fashion yang ternama. Lily tak tahu namanya, tapi melihat penampilan mereka yang seperti dipahat sempurna bak model-model pengusaha dalam drama atau film yang pernah ditonton Lily, jelas itu bukan merek murahan biasa.

Boss Galak  & Sekretaris Badung [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang