Lily tak pernah benar-benar memperhatikan keindahan malam di rumah, sampai malam ini ketika ia memutuskan untuk duduk di taman. Matanya sulit terpejam malam ini. Esok pagi adalah hari pernikahannya. Entah mengapa, hati Lily justru merasa tak tenang. Ada saja pikiran buruk terlintas saat ia berusaha untuk memejamkan mata. Ia benar-benar kuatir sesuatu akan membuat pernikahannya batal.
"Neng, belum tidur?" Suara Emak memanggil dari depan pintu rumah, membuat Lily menoleh dan mengangguk. Perempuan setengah baya itu pun mendekat dan duduk di sisi Lily. "Gak bisa tidur?" tanya Emak lagi.
Lily menunduk sambil mengangguk lemah. "Tau nih, Mak. Lily takut banget besok acara Lily bakal kacau."
Emak tersenyum. Ia menggenggam tangan putrinya. "Itu biasa, Neng. Namanya akan melangkah ke hidup yang baru, pasti ada-ada saja yang terlintas di hati dan pikiranmu. Tapi tenanglah, selama Ajie mencintaimu apa adanya, apapun yang menghalangi kalian, pasti ia akan tetap bersamamu."
Lily menatap Emak. Memandangi perempuan yang paling disayanginya itu dengan sedih. "Mak, maafin Lily kalo selama ini Lily sering gak nurut sama Emak ya. Maafin juga kalo Lily suka bandel dan jahilin Emak. Lily juga minta maaf belum bisa bahagiain Emak dan Ayah," bisik gadis itu sambil menyandarkan kepalanya ke bahu Emak.
Emak tersenyum. "Lily, sejak kamu lahir dan menjadi satu-satunya putri kami, Emak sudah sangat bahagia. Ayah juga. Kami tak merasa perlu bukti benda atau apapun darimu untuk bahagia. Kamu bahagia, maka Emak dan Ayah, juga Abangmu akan bahagia. Ingat itu baik-baik ya Neng!" Sekali lagi ia menepuk tangan putrinya.
"Lily janji akan berusaha bahagia, Mak. Lily janji."
Emak mengangguk-angguk. "Li, Emak ingin memberitahumu sesuatu. Tahukah kamu berapa kali Ayah meminta sesuatu pada Emak?"
Lily menoleh, menatap Emak ingin tahu.
"Sepanjang kami menikah hampir tiga dekade ini, Ayahmu hanya meminta dua hal penting dari Emak. Satu saat ia meminta Emak menjadi istri dan satu kali lagi ketika ... " Emak menatap Lily dalam-dalam. "Ketika dulu kami hampir kehilanganmu."
"Kehilangan?" ulang Lily bingung.
"Ayahmu meminta Emak memilih," bisik Emak dengan suara parau. Mengingat masa-masa yang membuatnya selalu merasa sedih itu benar-benar tak mudah.
Dada Lily juga terasa sesak. Ia tahu, Emak mengorbankan karir dan semua impiannya untuk menjadi ibu rumah tangga seutuhnya, untuk menjaga Lily. Emak melakukan semua keinginan itu. Lily tahu benar, dan ia tak suka mengingat itu. Tidak juga malam ini.
"Kalo kamu kira Emak berkorban. Kamu salah, Nak. Ayahmu pernah meminta Emak memilihkan keputusan untuk keluarga kita. Ia tak bisa mempercayai siapapun selain dirinya sendiri dan Emakmu ini untuk menjagamu. Jadi, malam itu Ayah ingin kami berbagi tugas. Ayah bersedia tinggal di rumah dan menjagamu, dan ia akan membiarkan Emak menghidupi keluarga ini. Atau malah sebaliknya."
Mata Emak tampak berkaca-kaca, tapi bibirnya tersenyum. "Ayahmu tak ingin menghancurkan apapun, dan ia bersedia mengorbankan pekerjaannya demi keutuhan keluarga. Saat itulah, Emak sadar itulah saat Emak harus mengambil keputusan. Kami tak bisa melepasmu lagi untuk kami titipkan dari satu pengasuh ke pengasuh lain setelah peristiwa itu, jadi... jadi malam itu seluruh hidup keluarga ini pun berubah. Itulah arti berumah tangga, Neng. Kami tak sedang berkorban, atau mengalah untuk kepentingan lain, kami hanya memikirkan keputusan terbaik untuk keluarga."
"Setelah melewati semuanya selama belasan tahun ini, Emak tak pernah nyangka kalau Ayah dan Emak malah lebih bahagia sekarang. Kami lebih bahagia bisa mengambil keputusan bersama, saling memikirkan kepentingan satu sama lain, dan bisa berbagi kesedihan, kesulitan bahkan emosi bersama. Ingat ya Neng, kami tidak mengorbankan apapun. Kami berdua hanya berusaha menyamakan keinginan agar rumah tangga ini bisa berjalan dengan baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss Galak & Sekretaris Badung [TAMAT]
General FictionRank 1 - 04/03/2019 #Komedi #Sekretaris #KisahCinta #Badung #Chicklit #Romcom #Boss #Kantoran - 16/03/2019 #Gadis #Officelove "Sepertinya saya sudah kenal Anda sebelumnya," kata pria itu perlahan. Lily sibuk mengingat-ingat. Masak sih? Kok bisa-bi...