There's no more logic in his mind.
Sejak gadis itu masuk ke gedung GE.
Sejak gadis datang dan duduk melamar pekerjaan.
Sejak gadis itu menguasai seluruh otak normalnya yang entah melayang kemana.
Tak ada seorang pun berani bicara selantang itu dengannya. Tidak adik sepupunya, Amy, yang juga menjadi tangan kanannya di kantor ini. Tidak juga Papa, yang selama ini jelas berusaha menjaga hubungan orangtua anak yang sudah lama renggang sejak perceraiannya dengan Mamanya. bertahun-tahun lalu.
Hanya Lily...
Dan gadis itu sayangnya tak pernah menyadari hal itu.
Lily manis dan imut sudah tak ada lagi. Lily yang berdiri di hadapannya adalah gadis cantik dengan kemauan sangat keras. Dulu Ajie sudah sangat kesulitan mengendalikan diri untuk tidak menikahinya begitu ia lulus SMA dengan melarikan diri ke luar negeri dan menyelesaikan master-nya di negeri orang. Sekarang, begitu mata besar gadis itu menatapnya, ia melupakan semuanya begitu saja.
Itu sebabnya ia tak mau Lily melewati proses wawancara pelik dan ribet yang seharusnya. Ia tak ingin gadis cantiknya yang manja itu menjadi bulan-bulanan pertanyaan genit para pewawancara yang rata-rata manajer yang sudah berkeluarga tapi memiliki jiwa petualang ala bujangan itu.
Ia bahkan meminta Manajer HRD untuk menempatkan gadis itu dengan spesial di dekatnya, agar tak mengalami apapun yang mengganggu hati gadis itu. Ajie hanya ingin, waktu akan membuat gadis mungilnya itu jatuh cinta pada dirinya dan akhirnya bersedia menikahinya. Hanya itu. As simple as that.
Sebelum Ajie menyadari bahwa tak ada yang sederhana dari sebuah rencana masa depan. Apalagi menyangkut hati seseorang.
Kecantikan Lily menarik perhatian banyak orang. Juga menimbulkan masalah pada gadis-gadis lain di kantor ini. Dua sisi berlawanan itu sangat mengganggu pikiran Ajie, dan ia mulai kesulitan menjalankan rencananya sendiri.
Seharusnya ia tetap tenang. Seharusnya ia tetap percaya diri. Lily sendiri setuju untuk merahasiakan status aslinya.
Tapi menyangkut Lily, semua itu runtuh berkeping-keping.
Amy baru saja selesai melaporkan brief meeting terakhir secara singkat, lalu suara riuh di belakang Amy yang menelponnya itu, membuat Ajie bertanya, "Siapa itu?"
"Oooh itu... Itu Lily dan Mas Eza, Pak. Sedang berkenalan," jawab Amy ringan.
Mendadak semua pemikiran rasional hilang begitu saja, dan keputusan mendadak itu muncul begitu saja. Tanpa pertimbangan sama sekali.
Alih-alih meninggalkan Lily saat harus ke Singapura, Ajie membuat gadis yang biasanya takut terbang itu untuk menyusulnya. Baru setelah Amy memberitahu Lily sudah naik ke pesawat, pikiran Ajie justru kalut tak karuan. Ia tahu Lily tak suka tempat sempit dan gelap. Ia juga tahu Lily tak suka sendirian. Meski sudah susah payah ia mencoba mengalihkan perhatian Lily, tetap saja Ajie tak bisa berhenti mengkuatirkan gadis itu.
Akibat keputusannya itu sendiri, penyakit yang sudah lama tak pernah muncul harus ia rasakan lagi. Sesungguhnya Ajie tak ingin memperlihatkan kelemahannya itu. Tapi di hadapan gadis itu, Ajie bagai dokumen rahasia yang terbuka. Tak ada kata rahasia. Semuanya terbuka begitu saja. Bahkan berkali-kali Ajie tak bisa menyembunyikan isi hatinya.
Untungnya Lily terlalu naif untuk paham semua itu. Mungkin karena ia tak pernah benar-benar jatuh cinta. Tidak... belum jatuh cinta. Secepatnya Ajie ingin membuat gadis itu jatuh cinta pada dirinya saja. Tidak dengan yang lain. Karena Ajie sendiri tak yakin dirinya bisa mencintai orang lain selain Lily.
Theo, salah satu teman kuliahnya dulu bahkan tak bisa mempercayai Ajie. Membangun sebuah rumah sakit bukanlah tentang membangun sebuah gedung biasa dilengkapi fasilitas modern saja. Untuk Theo, Ajie hanyalah seorang pemimpin handal sebuah perusahaan konstruksi. Itu tidak cukup membangun sebuah rumah sakit dengan motto utama mengedepankan kesehatan keluarga. Gedung itu harus ramah keluarga, baik dari sudut penggunaan maupun fasilitasnya. Seorang pemimpin perusahaan konstruksi handal yang memahami konsep keluargalah yang pantas mendapatkan proyek besar ini. Itu sebabnya Ajie berbohong. Tapi, Ajid berhasil mengembalikan sikap normalnya dengan mengakui kebohongan itu sehari sebelum penandatanganan kontrak.
"Actually she isn't my wife-to-be or even my girlfriend. She... "
"Do you dare lie to me, Ji?" Mata Theo menatap seakan tak percaya, membuat Ajie menghela nafas panjang. Merasa bersalah.
"Sorry for that, Theo. I really like her. I love her 'till now. But our relation right now isn't like as you think. We are only the boss and secretary."
"Wait! You said you like her? Love her 'till now? You mean... you had met her before? When?" Pertanyaan beruntun itu hanya dijawab dengan anggukan dan satu kalimat pendek.
"More than 15 years ago. And I love her since our first sight."
Theo juga menghela nafas. Bedanya, ia terlihat lega. "Then... You are a human anyway. That's the real thing I want from you. At least, you know what love is. Give that same love to this building. Imagine what you need if you have a family with that girl," katanya sambil menyesap minuman di tangannya itu.
Ganti Ajie menatap tak percaya pada sahabatnya itu. Tapi Theo hanya mengangkat gelas wine-nya. "She likes you too, Ji. Just try to convince her. Believe me!"
Theo yakin. Danu juga. Bahkan ketika Ajie berusaha menyembunyikan menggunakan alasan 'kepentingan perusahaan'. Semua orang, termasuk Amy. Yang tahu belakangan dari Danu. Mereka yakin, Lily juga menyukai dirinya. Ajie ingin mempercayai hal itu. Tapi ia trauma dengan penolakan. Ia takut sekali lagi Lily berlari menghindarinya, memaksanya menjauhi gadis itu lagi seperti dulu.
Berita gosip itu sebuah masalah. Tapi juga memberinya jalan. Ia tahu Lily salah paham mengenai hubungannya dengan Natasha. Hanya saja, Ajie tak ingin karena berita tak benar itu Lily mengalihkan perhatiannya lagi kepada orang lain. Setelah semua yang ia lakukan di Singapura. Setelah semua yang berusaha diucapkan Ajie dengan tindakannya.
Ajie tak ingin membentak Lily seperti itu. Ia juga marah saat melihat foto-foto masa lalu yang diambil secara diam-diam itu kembali diperlihatkan. Ia tak ingin Lily melihat semua itu. Nyatanya Ajie tak bisa menahan emosi saat melihat mata Lily seperti menahan tangis meminta penjelasannya. Ajie tak tahu harus mulai dari mana.
Itu masa lalu, saat Ajie harus bersandiwara demi kepentingan perusahaan. Ia baru memulai langkahnya, dan Natasha adalah jalan tersingkat yang bisa ia temukan. Hubungan mereka hanyalah partner kerja semata, sebagai pasangan dari satu pesta ke pesta lain. Selebihnya tak ada lagi. Hubungan mereka saling menguntungkan. Natasha makin terkenal, dan perusahaan Ajie mendapat iklan gratis karena hubungan itu.
Sampai akhirnya, Natasha mulai melewati batas dan Ajie merasa perlu mengakhirinya. Jauh sebelum Lily hadir kembali dalam kehidupan Ajie, sudah lama hubungan bisnis itu berakhir. Tak ada apapun lagi diantara Ajie dan Natasha nyaris setahun terakhir.
Sekarang, masalah itu kembali.
Tadi pagi ia sudah menghubungi Natasha dan gadis itu malah mengundangnya ke rumah untuk membicarakan lebih lanjut. Tepat sebelum Lily mengiriminya pesan yang membuatnya semakin marah.
Bukan maksud Ajie membentak Lily, ia juga tak sadar jika suaranya terkesan sinis seperti itu. Begitu selesai berkata, Ajie langsung menyesal. Ia ingin meminta maaf sekaligus memperjelas keadaan. Makanya ia keluar, hendak berbicara dengan Lily. Membujuknya untuk makan siang agar bisa mendengarkan alasan semua ini, tapi...
Ia malah melihat gadisnya sedang tersenyum-senyum menggoda pria lain di depan hidungnya sendiri.
Kembali... Tak ada logika dalam cinta. Tidak juga pada Ajie.
Ia merasa dikhianati.
Ia merasa dikucilkan.
Ia merasa seluruh dunia memusuhinya.
Dan satu-satunya yang ingin ia lakukan adalah... mem-blokir semua pesan dan telepon dari seseorang bernama 'My Love' di ponselnya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss Galak & Sekretaris Badung [TAMAT]
General FictionRank 1 - 04/03/2019 #Komedi #Sekretaris #KisahCinta #Badung #Chicklit #Romcom #Boss #Kantoran - 16/03/2019 #Gadis #Officelove "Sepertinya saya sudah kenal Anda sebelumnya," kata pria itu perlahan. Lily sibuk mengingat-ingat. Masak sih? Kok bisa-bi...