SEPULUH

137 13 0
                                    

 

   Bolak balik, bolak balik, itulah yang Rangga lakukan saat ini, walaupun hanya di terangi dengan cahaya lilin yang seadanya,tapi masih tampak jelas wajah khawatir Rangga. Dengan tangan yang ia silangkan di atas meja, merenung diam tanpa kata, entah apa yang sedang ia pikirkan.
  Diluar sana hujan masih sangat deras nya menerpa bumi, daun - daun di pepohonan pun mulai bergoyang - goyang diterpa hembusan angin, bayangan Vio terlintas begitu saja difikiran Rangga, entah kenapa dia sangat mengkhawatirkan keadaan Vio saat ini.

"Apakah kamu baik2 saja Vi?" Ucap Rangga mencoba bertanya pada dirinya sendiri.

Apakah Rangga mengetahui sesuatu tentang Viona? atau kah mengetahui tentang rumah itu? Mungkin Rangga bisa menjelaskan nya nanti.

***

  Mentari pagi mulai menyapa daun - daun dan pepohonan yang masih basah akibat hujan lebat semalam.

"Uugghhh ...!" Ucap Vio saat terbangun mendapati dirinya tertidur di lantai keramik yang dingin.
"Apa yang terjadi padaku?" Ucap nya sambil memegang leher nya yang masih terasa sakit.

Jam 06:20

  Tak lama lagi waktu nya berangkat kesekolah, Vio segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri secepat mungkin agar dia tak terlambat ke sekolah.

"Aau ...!" Ucap Vio saat air di shower mengguyur tubuhnya, Vio merasakan perih dibagian leher, tapi tidak terlalu dia hiraukan. Vio langsung bergegas keluar kamar mandi dan mengenakan seragam sekolah.  "Ahh ... apa ini?" Ucap nya dengan kaget saat melihat guratan merah berada dileher nya, seperti bekas cakaran kuku yang tajam.
Vio mencoba mengingat kejadian semalam, Vio tau itu nyata tapi dia tetap saja menepis nya, Vio merasa tidak pernah ada urusan dengan alam sebelah, jadi untuk apa mereka mengganggu. Vio masih berharap semua itu hanyalah sesuatu yang datang dari imajinasinya walau pun akal menolak nya. Terpaksa Vio menggunakan syal  dileher nya, untuk menutupi luka itu agar tidak ada orang yang melihatnya apalagi menanyakan nya, yang pasti Vio tidak akan bisa menjawab pertanyaan dari mereka.

***

  Rangga sudah menunggu di ruang tamu dengan secangkir teh yang di suguhkan mbo Darsih padanya, tak lama Vio pun turun dari tangga dan langsung berjalan ke arah dapur untuk mencari sarapan nya yaitu roti tawar berselai coklat, saat melihat roti itu sudah terhidang di atas meja, vio langsung melahap nya dengan cepat.
Terlihat seperti nya Vio sedang lapar, atau mungkin kejadian tadi malam sungguh sangat menguras tenaga nya.

"Mama dan Papa udah berangkat mbok?"

  "Iya Non sudah jam 06:30 tadi, mungkin banyak kerjaan Non."

"Oowhh ..., Sahut Vio kurang semangat. Yasudah mbok, Vio berangkat dulu, nanti telat, kasian juga Rangga sudah nunggu dari tadi."

Vio berjalan ke ruang tengah menghampiri Rangga yang tengah asik memainkan ponsel nya.

"Yuukk Ngga."

"Ehh ... iya Vi."

  Rangga berdiri dan berjalan lebih cepat untuk menyamakan langkah nya dengan Vio yang sudah berada jauh dari nya. Raut wajah Vio sangat dingin pagi ini, sedingin tatapan nya pada Rangga. Hingga membuat Rangga sedikit bingung dengan sikap Vio, yang biasanya Vio selalu mengangkat sedikit sudut bibir nya dan tersenyum ramah saat menatap Rangga.

Jalanan kota masih ramai seperti biasanya, semua orang memulai aktivitas nya masing - masing, sama hal nya yang dilakukan Vio dan Rangga saat ini.

  Setiba di depan pintu gerbang Vio mencoba menatap balik Rangga, tatapan yang penuh makna, kesedihan, ketakutan dan keanehan. Rangga masih tetap tersenyum menatap kepergian Vio yang sudah jauh dan menghilang di balik gerbang.

"Ada apa dengan Vio? kenapa tatapannya seperti memberikan sebuah arti?!" Rangga membantin.

***

  Belum cukup kejadian dirumah, di sekolah pun Vio mendapatkan gangguan dari sosok yang muncul di jendela kelas nya waktu itu, sosok itu menyeringai menatap Vio yang sudah duduk di kelas.

"Kamu sakit Vi? Ucap Ririn." Yang sontak saja mengagetkan Vio saat tengah memperhatikan sosok tak kasat mata itu.

  "Emm, nggak ko Rin, cuma sedikit nggak enak badan aja."

"Ouwhhh ...."

"Pagi ... Rin ...Vio ...,"
Sapa Arneta dan Aira yang baru saja masuk kelas dan menghampiri mereka yang sedang mengobrol.

Arneta dan Aira nama yang mirip, karena mereka memang anak kembar, mereka berdua adalah teman akrab Ririn, siapapun teman Ririn, otomatis akan menjadi teman Viona juga.

"Pagi ...," Sahut Vio dan Ririn.

  Ketiga orang teman yang baru beberapa hari ini mengenal Vio pun merasakan ada keanehan dengan sikap Vio pagi ini, Arneta mencoba memandang Ririn dan memicingkan mata melirik Vio yang duduk diam tanpa kata.
Ririn menangkap maksud dari sahabat nya itu, ia pun mengangkat kedua bahunya, menandakan kalau dia pun tak tau apa yang terjadi pada Vio saat ini.

MEREKA ADA   SELESAI/TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang