TIGA PULUH DUA

41 8 1
                                    

              

  Perjalanan berlanjut menuju sumur ke tiga, terlihat dari jauh sepertinya sumur itu aman, tidak ada tanda - tanda penghuni nya yang berarti. Vio dan Ednan pun mantap melangkah maju perlahan,  semakin mereka mendekat ke sumur itu, suasana tiba - tiba saja berubah dengan cepat, hembusan angin sedikit kencang melambai lambaikan daun pepohonan.
  
   "Hati - hati Vi, kita tidak tahu apa yang kita hadapi sekarang," ucap Ednan mengingatkan.

Vio pun mengangguk menandakan kalau dia mengerti. Pohon besar yang berada menaungi sumur itu sepertinya berbeda dari pohon - pohon yang lain, warna daunnya pun sedikit gelap kehitaman, belum lagi banyak akar - akar yang berjuntai kebawah seperti pohon beringin ditepi sungai.
  Perasaan tidak enak mulai dirasakan Vio, tapi dia belum bisa menebak itu apa. Sepertinya perjalanan dihutan itu sangat panjang, cuacanya pun tidak berubah dari awal Vio masuk kehutan itu. Padahal waktu itu jam ditangan Ririn sudah menunjukkan pukul 3 dini hari, seharus nya sekarang mungkin sudah masuk waktu subuh. Tapi ..., Tidak untuk saat ini, suasana semakin gelap, karena cahaya bulan pun sudah semakin meredup, terlindung dengan lebatnya nya daun pepohonan.

Perlahan suara - suara aneh terdengar dari arah pohon besar itu, teriakkan, tertawa, merintih dan yang lebih membuat mereka ketakutan adalah munculnya kepala manusia yang melayang ke arah mereka, tunggu...?! bukan manusia! Mata yang merah menyala, dengan taring di mulut nya, sontak membuat mereka semua perlahan mundur. Tapi tidak untuk Ednan, dia berada di depan diantara yang lainnya berusaha menghadapi makhluk itu, tak lama pertarungan berlangsung tiba - tiba saja semakin banyak kepala yang melayang, keluar dari atas pohon besar itu. Mereka semakin ketakutan melihat keadaan ini, Aira pun jatuh pingsan.

Neta dan Ririn berusaha menyadarkannya, sekarang Ednan, Vio dan Rangga berusaha melawan kepala - kepala yg sedang terbang melayang di atas mereka. Entahlah, mereka tidak memperdulikan rasa takut lagi, yang ada dalam pikiran mereka hanyalah dapat terbebas dan keluar dari hutan itu.

Saat sedang bertarung, Vio dikejutkan dengan teriakkan Neta dan Ririn, ternyata mereka mendapatkan Aira.
Aira yang sudah melayang diantara mereka.

Kalau kalian ingin melewati tempat ini, kalian harus meninggalkan tumbal untuk kami!!!

"Tidak...!!! Lepas kan dia," teriak Vio.

"Kalian pergi saja, ucap Aira dengan uraian air mata. Aku juga sudah tidak sanggup bertahan, hiks,hiks, badanku sudah tidak ada rasa lagi."

"Tidak Aira, tidak!!" Neta terus menangis menatap ke Aira di atas sana.

Mereka sudah berusaha melawan makhluk - makhluk tanpa badan itu, tapi semua sia - sia, saat tubuh Aira perlahan di lahap mereka. Akh..., Sungguh pemandangan yang sangat - menyakitkan, kami Harus menyaksikan teman kami menjadi santapan mereka. Wajah kesakitan, kesedihan dari Aira, dimakan hidup - hidup oleh makhluk itu, darah mengalir dengan deras, yang tersisa sekarang hanyalah kepala Aira, yang entah akan mereka bawa kemana.

Jangan kalian tanya bagaimana keadaan kembarannya, Neta langsung jatuh pingsan karena tidak sanggup menyaksikan semua nya. Yang lainnya pun turut histeris tak berdaya menyaksikan semua kejadian ini, Ednan tidak mampu berbuat apa - apa, karena satu lawan banyak, tidak terhitung jumlah mereka.

Sekejap mereka semua menghilang bagai ditelan bumi, setelah mendapatkan santapan.
Bunga berwarna biru gelap pun jatuh dari atas pohon itu.
Neta sempat beberapa kali pingsan diperjalanan dan sempat ingin mencelakakan dirinya sendiri, agar bisa ber sama - sama dengan Aira yang sudah pergi. Sungguh kehilangan nyawa yang sangat - sangat tragis.

Semua diam, tidak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulut mereka semua, Neta berjalan bagaikan mayat hidup yang tak tentu arah.

Vio dan Ririn memeluk erat Neta, mencoba menenangkan sahabat nya itu. Kesakitan itu tidak sampai disini saja, masih ada sumur ke lima yang menanti mereka ber empat dan juga Ednan.

MEREKA ADA   SELESAI/TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang