DUA BELAS

115 11 0
                                    

  ***

"Heeiii ..., tunggu ...!"

Sambil tergopoh-gopoh Rangga mengejar seorang perempuan yang sedang berlari di tengah jalan yang sepi. Saat Rangga baru saja mengantar Vio pulang kerumah nya, di depan pagar halaman Rangga melihat seorang perempuan yang sedang mengintip dibalik pohon yang rindang.

Walaupun Rangga sempat mengejar, tapi tetap saja dia kehilangan jejak, sedikit petunjuk pun tidak ada untuk memastikan perempuan itu pergi ke arah mana.
Rangga pulang masih dengan rasa penasaran, untuk apa perempuan itu mengamati rumah Vio, bukankan Vio baru saja pindah ke kota ini? dan dia pun tidak memiliki keluarga yang tinggal di kota ini.

***

Rumah itu masih sepi, seperti tidak berpenghuni, mbo Darsih sedang stay didapur untuk memasak makan siang untuk Vio, sedangkan Vio sedang berada di perpus pribadi nya dan membaca sebuah buku pelajaran karena ada tugas dari sekolah.

Vio sangat bersemangat mengerjakan dan memahami soal demi soal yang ia tulis dibuku nya, sebelum gangguan itu datang lagi dan menghilang kan konsentrasi nya serta membuat tangan nya terluka.

Semua cover buku lama yang berada di ruangan itu tiba - tiba saja berubah menjadi foto orang - orang yang sudah mati/meninggal, semua cover cover itu menunjukkan berbagai macam kesakitan dan keadaan saat mereka kehilangan nyawa mereka, mungkin lebih baik cover itu hanya berupa gambar dan dapat membuat Vio sedikit tenang, tapi aneh nya gambar dibuku itu hidup, tangisan, lirihan, teriakan dan masih banyak lagi yang terjadi pada mereka, suaranya menggema diseluruh ruangan saling bersahutan, membuat Vio semakin ketakutan.

Vio mencoba berani mengambil sebuah buku yang didalam nya ada seorang gadis sedang berteriak karena dikejar-kejar oleh seorang pria yang membawa sebilah pisau, Vio melihat lebih dalam adegan yang terjadi di cover buku itu, karena Vio masih tidak percaya dengan apa yang dia alami sekarang.

... , ... , .... ,?

Kedua pemeran dibuku itu menatap Vio.

"Tolong aku ... keluarkan aku dari sini," ucap perempuan itu lirih.

Srrr ..., ...

Tiba - tiba saja pisau yang dipegang pria itu menggores telapak tangan Vio sehingga tetesan - tetesan merah kental pun jatuh dilantai.

"Aaaaaa ..., ... !"

Buku itu terlempar keluar jendela yang berada di samping Vio berdiri, Vio menahan rasa sakit ditangan nya dan mencoba membuka pintu untuk keluar dari ruangan yang mengerikan ini, sekitar lima menit Vio mencoba berulang ulang kali membuka gagang pintu dan akhirnya ...,

Ceklek ...,

Vio berlari keluar dengan tangan yang berlumuran darah.

"Mbok ..., Mbok ...," Panggil Vio.

Tapi tak ada jawaban, kemana pergi nya si Mbo? Padahal tadi mbok Darsih masih memasak didapur. Vio tidak menghiraukan nya dan mencoba mencari sendiri kotak P3K yang di simpan di lemari ruang tengah, Vio secara pelan membersih kan luka nya dengan cairan alkohol.

Tok, tok, tok,
Tok, tok, tok,

Terdengar ketukan yang amat cepat dari pintu depan.

Ceklek ... Pintu itu langsung terbuka karena tidak dikunci.
Muncullah sepasang kaki pria yang berjalan semakin dekat menghampiri Vio.

  Tangan itu menggapai pundak Vio dan Vio pun terkejut setengah mati, saat Vio menoleh, akhirnya Vio pun bisa membuang nafas dengan lega, karena Rangga yang berada dihadapan nya s
ekarang.

"Kamu nggak apa - apa Vi?"

"Seperti yang kamu lihat sekarang, hanya luka sedikit."

"Astaga Vi ..., Kamu bilang luka ini sedikit?" Omel Rangga saat melihat cairan merah yang menutupi telapak tangan putih milik Vio.

"Sini aku obat tin?"
Rangga dengan perlahan memegang tangan Vio dan membersihkan serta membalutkan perban dengan lembut di tangan Vio.

"Kenapa kamu bisa begini Vi?!" Tanya nya pelan tanpa memalingkan wajah nya yang sedang mengamati perban yang ia balutkan di tangan Vio.

Vio hanya diam, bagaimana dia harus menjelaskan semua kejadian aneh yang menimpa nya saat ini, dia pun tidak tau apa sebenar nya yang terjadi pada nya.
Ini zaman modern, mana mungkin orang percaya sama hal - hal yang di anggap mustahil terjadi di dunia nyata ini.

Mata Vio hanya melirik ke arah Rangga yang sedari tadi menunggu jawaban dari Vio.

Vio tetap diam.

"Makasih," ucap Vio, saat tangan nya sudah sempurna di balut perban oleh Rangga.

MEREKA ADA   SELESAI/TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang