TIGA PULUH

108 12 2
                                    


Tolong....!
    Tolong....!

Teriak seorang gadis dari dalam sumur tua di tengah hutan, beruntung gadis itu masih berpegangan pada akar - akar pepohonan yang menjuntai ke dalam sumur. Yapz, Itu Vio, yang sedang bertahan agar tangan nya tak lepas dari akar itu, air mata itu menetes di wajah Vio. "Aku harus tetap bertahan demi sahabat - sahabat ku, aku pasti bisa naik ke atas lagi," dengan sisa - sisa tenaga yang dia miliki, Vio terus berusaha sampai akhirnya sebuah tangan memegang tangan Vio dari atas. Awalnya Vio terkejut, tapi setelah Vio mendongak ke atas, tangisan bahagia lah yang saat ini bisa Vio lakukan.

Pelukkan erat itu langsung mendekap sosok pria tampan yang berada di depan nya, yang baru saja menyelamatkan nya dari maut.

"Ednan..., Terimakasih, aku tidak tau apa yang akan terjadi kalau kamu tidak datang menolongku."

   Ssttttt....
Jari telunjuk Ednan tepat berada di bibir Vio, "kamu tidak perlu bicara apa - apa, aku akan selalu ada untuk mu, kapan pun kamu membutuhkan ku, aku sayang kamu," ucap Ednan dan sebuah kecupan pun mendarat di kening Vio."

Semua beban yang selama ini aku rasakan terasa luntur seketika, melihat wajah mu, senyum mu, salahkah aku memiliki rasa ini, karena alam kita berbeda.


***

Viona....
    Vio....

Mendengar samar - samar suara Rangga yang memanggilnya, suara itu semakin dekat dan akhirnya mendapati Vio dan langsung memeluk nya, tanpa dia sadari ada seseorang disana.

"Dia siapa Vi?" Pertanyaan Rangga tentu saja membuat Vio sedikit bingung, "kenapa Rangga juga bisa melihat Ednan?"

"Ed...," Ucap vio sambil sedikit memicingkan matanya pada Ednan.

"Aku bisa menampakkan diriku kepada siapapun yang aku mau Vi."

Semua sudah di bahas dengan jelas antara mereka bertiga, menyusun rencana untuk selanjutnya yang akan mereka lakukan.

  "Bunga nya Vi?" Bunga berwarna merah darah itu sudah mereka dapatkan dan Vio menyimpannya.

Mencari sumur ke dua, memiliki rintangan dan penghuni yang hampir sama dengan sumur pertama, kali ini seorang perempuan cantik bergaun merah sudah menunggu mereka bertiga di samping sumur itu, beralaskan batu besar, perempuan itu duduk menatap mereka, tidak layak dibilang makhluk astral, karena kecantikan nya, mereka sempat terkagum melihat nya, tapi setelah lidah panjang yang menjulur keluar dari sosok itu membuat Meraka serentak mundur.

Perlawanan dengan sosok itu cukup membuat Vio kewalahan, apalagi Vio sempat terjatuh dan membuat kaki nya berdarah karena duri di semak - semak, Alhamdulillah sosok itu sudah berhasil pergi dan menjauh dari sumur itu.

  Kamu baik - baik saja Vi?

Tanya kedua laki - laki itu bersamaan, membuat Vio bingung untuk menjawab nya, Seperti nya ada persaingan mata dan perhatian antara Rangga dan Ednan (andai saja Ednan juga manusia).

Bunga berwarna ungu tua itu pun sudah berada di genggaman mereka, darah yang mengalir dikaki Vio cukup banyak dan membuat nya sedikit kesakitan dengan rasa nyeri itu, sehingga membuat Rangga merobek bagian lengan baju nya, untuk m membalut  kaki Vio yang terluka dan mereka pun beristirahat sejenak.

***

  Sudah empat jam berlalu, tapi tidak ada tanda - tanda Rangga kembali, membuat Ririn dan Neta khawatir dan akhir nya mereka menyusul ke dalam hutan dengan membawa Aira yang masih diam kaku tanpa ekspresi. Bagai anak ayam yang kehilangan induk nya, berjalan tanpa tau arah, dengan membawa seseorang yang keadaannya sangat - sangat mengkhawatirkan dan ditengah perjalanan....

Aaaaaaaaaa....
     Aaaaaaaaaa....

Teriakkan histeris dari Aira membuat mereka berdua juga ikut panik,
Sadar Ra, sadar, ini kakak, kamu pasti kuat dek, maafkan Kaka membawa mu kesini.
Mata Aira sudah mulai berbalik menyisakan bagian putih nya saja, spontan membuat Neta sangat ketakutan begitupun Ririn,
Tolong....
  Tolong....
    Tolong....

Hanya kata - kata itu yang bisa mereka teriakkan di tengah - tengah hutan yang luas, gelap, dingin, angin pun bertiup cukup kencang, Hanya bisa pasrah akan keadaan. Dengan air doa yang mereka bawa, Aira mulai sedikit tenang, tapi fisik nya sudah mulai menggigil, suhu badan nya pun mulai terasa hangat.

  "Apa yang harus kita lakukan Rin?"

"Aku juga tidak tau Net, seharusnya aku saja tadi yang berangkat, kamu tetap jaga Aira di penginapan."

"Nggak Rin, Nggak, Apapun yang terjadi, kita harus tetap bersama, aku yakin kalau Aira sehat, dia juga berfikiran sama seperti aku, kita harus segera menemukan Vio dan keluar dari desa ini."

MEREKA ADA   SELESAI/TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang