ENAM BELAS

104 13 0
                                    


  Tanggapan Vio masih sama, tidak mengucapkan sepatah kata pun, Ednan masih saja duduk di samping Vio dengan senyum khas nya yang sangat manis.

   "Vi..., Semua kejadian ini berasal dari buku itu."

  "Buku...? Buku apa?" Tanya Vio dan mencoba masih mengingat ingat tentang apa maksud pertanyaan Ednan barusan.

     ***

  "Assalamualaikum."

Ceklek...

   Seseorang baru saja masuk ke ruangan kamar Vio..

Cling....
(akhh jadi bikin aku ketawa deh,ko seperti iklan sabun yak😄)

Ednan lagi - lagi menghilang bagai kepulan asap yang musnah tertiup angin, belum juga Vio sempat menjawab dan belum juga mendapat jawaban dari Ednan, tapi tertunda lagi.
  Pria itu melangkah perlahan masuk ke ruangan dengan menenteng satu kantong plastik yang berisi beberapa macam buah - buahan.

Rangga.
Yups..., Rangga yang barusan datang menjenguk Vio dan juga membawakan ponsel Vio yang ketinggalan dirumah.

"Makasih ya ngga," ucap Vio sambil menerima ponsel dari Rangga.

   "Vi..., aku boleh nggak nanya sesuatu ke kamu?"

"Nanya apa?"

"Apa kamu pernah menemukan atau membaca sebuah buku yang mungkin buku itu terlihat berbeda dengan buku - buku yang lain??"

  Hening....

Otak Vio terus saja berputar mengulang kebeberapa detik yang lalu, dengan wajah yang keheranan karena mendapat pertanyaan yang sama dari orang yang berbeda. Sedangkan dirinya belum tau apa yang dipertanyakan dan apa yang harus dia jawab. Kenapa pertanyaan mereka sama?, Buku apa?, Vio terus berfikir keras untuk menjawab.

  Melihat raut wajah Vio yang sedikit kebingungan, membuat Rangga enggan bertanya lebih dalam.

"Yaudah Vi, kalau kamu masih belum bisa mengingat nya nggak apa - apa, nanti kalau kamu udah nemuin jawaban nya, kamu langsung kasih tau ke aku ya.

  Vio hanya mengangguk dengan sedikit senyum tipis nya.

  Perlahan tangan Rangga mengupaskan buah apel dan mangga yang dia bawa tadi dan menaruh nya di piring yang berada di meja dekat tempat tidur Vio.

"aku bisa sendiri ko Ngga."

Saat Rangga mencoba menyuap kan buah itu ke mulut Vio menggunakan garpu.

"Udah nggak apa - apa Vi."

Vio pun menerima suapan buah itu, mereka saling tatap seakan mata mereka sedang menyampaikan sesuatu.

  Akan kah aku bisa mengatakan kejujuran ini sama kamu Vi, ucap Rangga dalam hati, tapi sayang sepertinya itu hanya sebatas mimpi dan mungkin mustahil akan menjadi kenyataan.

Drrtt..., drrtt...,

Ponsel Vio bergetar di atas meja.

Ririn calling....

"Hallo assalamualaikum," ucap Vio membuka dengan salam, Ririn pun menjawab nya, Ririn hanya bertanya tentang buku paket fisika yang di pinjam Vio waktu itu, karena ada tugas dari sekolah.

  "Ahh, maaf banget Vi aku ganggu kamu yang lagi sakit, aku boleh nggak ambil buku fisika soalnya ada tugas."

"Ya boleh lah Rin, aku juga sudah cukup sehat ko sekarang, kamu kerumah aja ya, ambil di perpus ku, kalau nggak salah ada di atas meja ko buku nya, izin aja sama si mbok pasti di anterin sama mbok."

"Owhh, oke deh siip, makasih ya Vi, nanti sore kami kesana jenguk kamu."

"Iya, kesini aja," sahut Vio sambil tersenyum walaupun tidak bisa terlihat lewat ponsel.

Tut..., tut..., tut....

Percakapan pun berakhir.

    ***

3 hari kemudian.

  Vio sudah mulai pulih, hari ini Vio sudah diperbolehkan untuk pulang kerumah. Seperti biasa, Rangga menjemput Vio di rumah sakit beserta kedua orang tua nya pun turut menemani, syukurlah mereka punya waktu untuk menemani Vio hari ini.

"Kan udah Papa bilang Mah, kalau rumah kita harus ada yang jaga, paling nggak satu atau dua orang satpam, sif malam dan siang. Kasian anak kita kalau sampai begini lagi, rumah kita kan jauh dari keramaian, mungkin saja itu maling atau orang yang ingin berbuat jahat."

"Terserah Papa saja, Mama ngikut aja demi kebaikkan Vio.

  Sebenarnya Vio tidak menceritakan apapun yang menimpanya, dia hanya bilang kalau ada yang menyekik leher nya dari belakang sewaktu dia di kamar mandi. padahal jelas - jelas Vio mengetahui kalau perbuatan itu dilakukan makhluk sebelah, terlihat dari kuku nya yang panjang saat Vio tak sengaja memegang tangannya. Tapi mana mungkin dia mengatakan hal mustahil itu pada orang tua nya, apa tanggapan mereka?.

MEREKA ADA   SELESAI/TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang