TIGA PULUH SATU

104 8 5
                                    

 

  "Bagaimana kita melanjutkan perjalanan, kalau keadaan Aira seperti ini?"

"Entahlah Net, kalau kita berdiam saja, tidak mungkin juga kita mendapatkan bantuan."

Bingung antara harus melanjutkan perjalanan atau kembali lagi ke penginapan, setelah sedikit berfikir. Mereka pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan membopong Aira di tengah - tengah mereka, semakin lama tubuh Aira semakin melemah, mulai tak sanggup berjalan, akhirnya mereka harus istirahat di bawah pohon. Neta menangis melihat keadaan kembarannya yang sangat mengkhawatirkan, jam sudah menunjukkan pukul 03:00 dini hari, terlihat dari jam tangan Ririn yang dia pakai. Mereka hanya bisa bertahan disana untuk saat ini dan memakaikan jaket ke badan Aira.

   ***

"Apa kamu masih kuat Vi?" Ucap Rangga.

"Aku masih kuat Ngga, kita lanjut aja lagi, bagaimana dengan Ririn dan yang lainnya?"

"Aku tadi meminta mereka untuk tinggal, beristirahat sambil menjaga Aira."

"Syukurlah kalau begitu," ucap Vio dan sedikit menarik nafas lega.

Mereka mulai melanjutkan perjalanan kembali, semakin jauh mereka masuk, semakin lebat pepohonan di dalam hutan itu. Entah kenapa perasaan Vio tidak enak dan ingin kembali ketempat awal mereka bertemu tadi, setelah saling berbicara, merekapun memutuskan untuk kembali lagi. Benar saja di tengah - tengah perjalan mereka bertemu dengan Ririn dan yang lainnya.

"Astaga, bagaimana kalian bisa berada disini?" Ucap Vio dengan nada khawatir melihat keadaan Aira.

"Maafkan aku Vi, aku yang nekat menyusul kalian kehutan ini," ucap Ririn dengan raut wajah bersalahnya.

"Sudahlah Rin, nggak apa - apa, Sekarang kita balik dulu untuk membawa Aira beristirahat di rumah.

"Maaf Vi, sepertinya tidak bisa,"balas Rangga.

"Maksudmu Ngga? Apa kamu tidak khawatir dengan keadaan Aira?

"Bukan maksudku begitu Vi, tapi kata Dewi siapapun yang masuk kehutan ini, tidak akan ada yang bisa keluar sebelum apa yang kita cari sudah kita dapatkan. Sepertinya kita harus membawa mereka turut serta," ucap Rangga.

"Yaa Allah semoga saja Aira masih kuat, kita harus menemukan tiga sumur lagi."

Perjalanan akhirnya dilanjutkan kembali, karena Ednan pun sudah menampakkan dirinya ke semua teman Vio. Neta di bantu Rangga untuk membopong Aira. Dari kejauhan sumur ke tiga sudah nampak, namun yang membuat Vio ragu untuk melangkah maju adalah sosok yang duduk di atas sumur itu, sosok yang besar, berbulu lebat berwarna hitam legam.

"Kamu tenang aja Vi, aku akan maju menghadapi nya," ucap Ednan.

Masih dengan rasa takut, Vio pun mengangguk pelan.

"Hahahahaaaa ..., Kau tidak usah ikut campur setan kecil, urusanku dengan perempuan itu."

"Kau hadapi aku dulu, baru kau bicara seperti itu makhluk jelek!"

Mendengar Ednan sedikit mengejeknya, makhluk itu pun mengerang dan langsung menyerang Ednan. Beruntunglah mereka sama - sama makhluk dari alam yang sama. Sehingga Vio bisa sedikit tidak terlalu khawatir. Tidak mungkin mereka mati dua kali, itulah yang ada di fikiran Vio, cukup lama pertarungan mereka dan Vio pun sempat menjadi sasaran makhluk itu, Vio cukup jauh terseret di tanah akibat kemarahannya. Vio masih bisa bertahan walaupun dengan rasa sakit disekujur tubuhnya.

Setelah Ednan berhasil mengalahkan makhluk itu, mereka pun berhasil mendapatkan bunga yang berwarna hijau tua.

Suasana didalam hutan semakin menegangkan, ditemani suara - suara binatang penghuni hutan, kelelawar, jangkrik, burung hantu dan desis san ular pun kadang terdengar. Perjalanan semakin sulit dengan adanya akar - akar pohon yang keluar dipermukaan tanah.

"Tinggalkan saja aku disini, agar perjalanan kalian semakin cepat," ucap Aira.

"Kamu bicara apa?! Sahut Vio dengan sedikit marah, apapun yang terjadi, kita harus tetap bersama, sesulit apapun itu, kita semua akan menghadapi nya."

Dengan wajah sedih Vio memeluk Aira. "Aku yakin kamu pasti bisa bertahan Ra."
Aira pun membalas pelukan Vio dengan tetesan air mata yang sudah jatuh dipipi nya. Suasana haru sedikit menyelimuti perjalanan mereka, hutan yang semakin dingin, Medan perjalanan yang cukup sulit dilewati. Wajah Aira sudah sedikit pucat, menandakan kalau tubuhnya pun sudah semakin tidak kuat untuk bertahan, entah mampukah Aira bertahan di akhir perjalanan ini.

MEREKA ADA   SELESAI/TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang