TIGA PULUH EMPAT

44 8 0
                                    


   
Sepanjang perjalanan Vio hanya diam, tak sepatah kata pun yang keluar dari mulut nya. Ednan dan Rangga juga tidak berani bertanya, membiarkan Vio untuk lebih tenang dulu dengan perasaan kehilangan nya saat ini.

Letak sumur itu sepertinya terlalu jauh, sudah lama mereka berjalan, tapi belum juga menemukan tanda - tanda.

"Vi..., Di sana," ucap Rangga.

Benar..., Sumur itu memang berada tak jauh dari hadapan mereka, tapi aneh nya, tidak ada terlihat penghuni sumur itu. Lalu..., Apakah Vio langsung bisa mengambil bunga itu? Tanpa pertarungan yang berarti?.

  Saat Vio ingin mengambil bunga itu, tiba - tiba saja di hadang oleh Ednan.

"Kamu kenapa Ed?" Ucap Vio yang sedikit merasa terkejut dengan sikap Ednan.

Ha... Ha... Ha... Ha...

Vio pun langsung perlahan mundur dan Rangga meminta nya untuk berlindung dibelakang badan nya.

"Apa yang kamu ingin kan?"

  "Akulah penunggu sumur terakhir ini," ucap Ednan dengan suara yang sudah berubah.

Sontak membuat Vio terkejut dan tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya sekarang, Ednan yang baik, yang selama ini sudah menjadi temannya, tiba - tiba sekarang menjadi musuh yang harus dia lawan.

Baru beberapa langkah Rangga maju, Rangga sudah terpental kebelakang. Tapi Rangga tidak akan menyerah demi menyelamatkan temannya sekaligus cintanya.
   Vio juga mencoba melawan, saat melihat Rangga kesakitan akibat hantaman dari Ednan, tapi sia - sia, bahkan Vio pun mendapat pukulan yang sama. Vio tersungkur di tanah, tak berdaya, masih mencoba berdiri dengan perlahan.

Rangga benar - benar marah melihat keadaan Vio dengan luka hampir disekujur tubuhnya.
Rangga bangun untuk melawan dengan sisa - sisa tenaga nya, walaupun Rangga berhasil melawan Ednan tapi jelas kekuatan mereka berbeda, Rangga lagi - lagi terpental dan kali ini, kepala nya mengeluarkan darah akibat terbentur batu yang berada disana, Rangga tidak sanggup bangkit, darah pun juga keluar dari hidung nya.

Vio menangis sambil memeluk Rangga, "Jangan tinggalkan aku Ngga, aku..., Aku sayang kamu Rangga."
Rangga tersenyum mendengar perkataan Vio, "Aku juga mencintaimu Vi, maafkan aku karena aku tidak bisa menjaga mu, melindungimu, kamu harus lawan rasa takut kamu Vi, aku yakin kamu pasti bisa mengalah kan nya."

Rangga pun menutup mata untuk yang terakhir kali nya, dengan wajah yang tersenyum karena merasa sudah mengatakan semua perasaannya pada Vio.
Vio menangis histeris,

Hahahahahahaaa

Lagi - lagi Ednan tertawa senang dan membuat Vio murka dengan semua ini. Entah dari mana Vio mendapatkan kekuatan, sampai dia mampu melawan Ednan yang kini sudah tergeletak tak bergerak di atas tanah.

Vio segera mengambil bunga itu dan menyatukan semuanya.
Beserta buku terkutuk itu, Vio mencoba menyalakan api untuk membakar semua itu. Semua nya pun hangus terbakar, tapi..., Tapi kenapa tidak ada yang berubah, Ednan pun masih ada disana, seharusnya dia menghilang bersama lenyap nya buku itu.

Tiba - tiba saja Vio merasakan sakit yang teramat sangat, darah mulai menetes membanjiri baju nya. Rupanya sebilah pisau yang di pegang Ednan sudah menancap di belakang Vio, Ednan pun sedikit ber bisik

" Vi..., Semua yang kamu lakukan itu tidak akan menghilangkan kutukan nya, karena semua itu butuh darah mu, nyawamu sebagai tumbalnya."

Aa... Aa... Agg....

Vio pun jatuh tersungkur bersimbah darah, hidupnya selesai di hutan ini.


MEREKA ADA   SELESAI/TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang