DUA PULUH EMPAT

93 12 1
                                    

Dewi tertunduk sambil menyeka air mata nya yang jatuh perlahan. Rangga pun mengeluarkan sapu tangan dari saku celana nya dan memberikannya pada Dewi.
Seperti nya cerita Dewi belum berakhir, hanya saja dia butuh waktu untuk menenangkan diri nya sebelum melanjutkan cerita nya kembali yang mungkin penuh dengan kesedihan ataupun penyesalan.

***

Vio dan kawan - kawan mendapatkan tugas dari sekolah untuk mengumpulkan naskah atau bukti - bukti masa lalu di sebuah desa ataupun pemukiman. Entah itu sebuah kisah masa yang lampau atau masa yang baru - baru saja terjadi di tempat itu.
Dalam hal peradaban, perkembangan jaman dan rutinitas penduduk disana, untuk melengkapi tugas pelajaran sejarah mereka.

Tut...
Tut...
tut...

"Hallo, Assalamualaikum, Ngga, kamu nggak usah jemput aku ya, aku bareng teman - teman aja pulang nya, sekalian ada tugas juga."

............
.........
............

Ntahlah apa yang Rangga katakan pada Vio, mungkin sampai panjang lebar kali tinggi😁😁. Tanggung jawab menjaga Vio memang berada ditangan Rangga. Orang tua Vio sudah mempercayakan semuanya padanya, Rangga harus memastikan kalau Vio baik - baik saja dan tidak kemana mana selain bersama teman - teman nya.

Gangguan itu muncul lagi saat Vio berada di rumah Aira, sosok dibalik pintu itu tak lepas dari pandangan Vio, mengintip memperhatikan mereka sejak tadi.

"Vi..., coba liat ini, Ririn mengarahkan letak laptopnya ke arah Vio,"

Hening....

"Vi..., Ririn memegang pundak Vio yang sedari tadi tidak menjawab pertanyaan nya.

Dengan muka yang cukup tegang, Vio menoleh ke arah Ririn. Kamu kenapa Vi? ko bengong begitu?"

"Nggak apa - apa," ucap Vio sambil memalingkan wajah nya menatap laptop Ririn.

"Ini dimana Rin?"

"Naahh, ini yang mau aku kasih tau ke kalian sepertinya kita bisa ke desa ini untuk tugas akhir pekan kita. Selain letak nya nggak terlalu jauh, kita juga bisa bawa Aira kesna karena disana ada penginapan nya juga.
Jadi pas orang tua kamu pulang, Aira bersama kita. Semoga aja waktu kita disana, cukup untuk menyembuhkan Aira dengan suasana disana. Gimana...?" Tanya Ririn kepada kedua teman nya, Vio dan Neta.

Sedangkan Aira masih harus istirahat dikamar supaya pikiran nya sedikit tenang.

"Kamu yakin?" Tanya Vio yang sedikit ragu akan mengunjungi desa itu, sekilas Vio melihat sosok itu lagi dibalik pintu, kali ini dengan senyuman yang jahat, yang menandakan kemenangan di senyum itu.

"Kalau aku terserah kalian saja, yang penting kita bisa bawa Aira dulu dari sini, aku nggak punya alasan apa - apa untuk menjelaskan nya ke orang tua ku, tentang keadaan adikku sekarang, ucap Neta tertunduk."

"Iya Net, aku ngerti perasaanmu," ucap Vio sambil merangkul sahabat nya itu.

"Baik lah kita putuskan kesana ya, semoga juga ada cerita menarik dari desa itu."

"DESA RAWA BARU"




***

"Kami menemukan jalan keluar di buku itu, Tapi..."

"Tapi apa Wi??"

"Aku harus menemukan lima sumur yang berbeda, terletak di sebuah desa terpencil tidak jauh dari kota ini.

Rangga semakin penasaran dengan cerita Dewi, sehingga membenarkan kursi tempat nya duduk saat ini dihadapan Dewi yang sedang duduk juga di kasur adik nya.

"Desa itu asri, pemandangan nya pun indah, tapi dibalik itu semua, desa itu sangat jauh dari kata modern, walaupun disana sudah ada listrik, tapi bisa dihitung warga nya yang memiliki alat - alat elektronik seperti televisi, kipas angin, kulkas, benda umum yang biasa kita miliki. Penduduk disana ramah dengan pendantang, awal aku kesana, aku merasa sangat semangat untuk kesembuhan adik ku.
Tapi aku hanya sendiri Ngga?, aku berjuang sendiri menemukan sumur - sumur itu dan sampai akhirnya aku Gagal."

"Sebenarnya apa hubungan nya dengan sumur itu Wi? untuk kesembuhan adikmu?"

"Dibuku itu tertulis, untuk memutus mantra pemanggil arwah, kita harus menemukan kelima sumur itu, yang setiap sumur nya terdapat tumbuhan bunga yang sama, hanya saja warna kelopak nya yang berdeda, kita harus mendapatkan kelima bunga itu dan membawanya pulang untuk di satukan dengan buku itu lalu membakar nya. Hanya dengan itu kutukannya akan hilang."

"Lalu apa yang membuatmu gagal wi?" Rangga semakin penasaran dengan cerita Dewi.

MEREKA ADA   SELESAI/TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang