DUA PULUH DELAPAN

69 14 0
                                    


    Neta hanya bisa pasrah, dengan air mata yang tak dapat lagi terbendung. Adik sekaligus kembaran nya itu menjadi sosok yang tak lagi di kenal nya, Tawa canda yang dulu sudah hilang bersama waktu.
  Terus melayang dan sesekali tertawa, menangis, tanpa ada sosok diri Aira sendiri, semua sudah dikuasi oleh roh jahat itu, entah apa yang mereka inginkan.

    PULAANGG....!!
GRRRR....!!!

   "Apa maksudmu?"

  KALIAN PULANG....!!
INI RUMAHKU....!!

"Maaf, Kami hanya numpang istirahat disini, kami juga tidak mengganggu kalian," Ucap Vio dengan sedikit keberanian nya.

KALIAN MEMANG TIDAK MENGGANGGU KU, TETAPI KALIAN MEMBAWA ROH-ROH JAHAT ITU YANG SUDAH PULUHAN TAHUN LALU MENJADI PETAKA DI DESA INI, KALIAN SAMA SAJA DENGAN ORANG -ORANG MUNAFIK DI DESA INI.

  "Aku tidak mengerti apa maksud mu, Kami kesini tidak bermaksud jahat."

   AARRRGGGH..., AKU TIDAK PEDULI, KALIAN HARUS CEPAT MENGEMBALIKAN MEREKA KETEMPAT NYA, KALAU KALIAN INGIN SELAMAT.

"Baik lah kami akan melakukan nya, tolong lepaskan teman kami."

    Aaaaaaaaaa....!!!

Aira berteriak dan langsung terjatuh dari atas, untung lah Rangga sempat menyambut nya di bawah, badan lemas pucat tak berdaya terbaring di atas kasur. Mereka bertiga hanya bisa menatap nanar keadaan Aira yang sekarang semakin mengkhawatirkan.

   Ditempat yang berbeda yaitu di teras depan, Ririn bercucuran keringat dingin dengan keadaan yang sedang muntah hebat sambil memegang perut nya,
Hueekk..., Hueekk...

"Kamu kenapa Rin?" Ucap Vio yang terburu buru berlari dari arah dalam rumah dan baru menyadari Ririn tidak bersama mereka di dalam.

"Vi..., Hiks, hiks.?

Pelukan erat menggapai tubuh Vio, mendekap nya dengan uraian air mata.
"Itu yang aku muntah kan barusan Vi, tangan Ririn menunjuk sesuatu."

Astaghfirullah....

Vio hampir tak percaya melihat semua itu, semua sama persis yang dia lihat sebelum mereka menyantap makanan tadi sore.

   "Ada yang tidak beres di desa ini, ucap Vio dalam hati."

Vio mencoba menenangkan Ririn dan meminta nya agar tidak bercerita pada yang lain, karena takut membebani pikiran mereka.

           ***

   "Siapa itu...?"

  Saat Vio melihat sekelebat bayangan seorang perempuan berambut panjang di balik semak - semak pepohonan, tepat di samping penginapan mereka.

  Berjalan perlahan sambil mengedarkan pandangan kesemua penjuru arah.

Hahh....!! Dimana aku?
 
  Vio heran mendapati diri nya sudah berada di tengah-tengah hutan, padahal baru beberapa langkah dia memasuki hutan, perasaan takut mulai menyelimuti nya, tidak ada teman apalagi penerangan, semua hanya mengandalkan biasan cahaya bulan yang cukup terang pada malam itu. Ya Allah lindungilah hamba mu ini, dalam hati terus saja memanjatkan doa kepada sang pencipta, hanya berdasarkan insting, Vio mulai menyusuri jalan di hutan itu.

Hu, huuu... huuu....

Hiks, hiks, hiks.

Samar-samar mulai terdengar rintihan tangis seorang wanita, Vio mencoba mengedip ngedipkan matanya agar dapat menangkap jelas sosok itu, sosok itu duduk di atas sebuah batu.

Ehh..., Tunggu dulu, itu bukan batu tapi sebuah sumur, terlihat dari lingkaran di atas permukaan tanah itu.

  Ahh..., Apa aku harus mendekati sosok itu? Aku tau dia bukan manusia, mana mungkin ada manusia tinggal di tengah hutan, pikiran Vio terus berkecamuk antara harus mundur atau maju dalam posisi seperti ini.
Dengan tekad yang bulat, Vio mulai perlahan mendekati nya, tak henti - henti nya doa mengiringi setiap langkah kakinya.

    Aaaaaaaaaa....!!!

Lagi-lagi Vio terkejut saat melihat dekat wajah sosok itu, tak ada darah, belatung ataupun wajah rusak,
(Kalian tau apa yang membuat Vio berteriak? )

  Sosok itu tidak memiliki wajah, hidung, mulut, ataupun mata. Semua nya rata, tak ada Indra sama sekali.

  Haruskah aku mundur menghadapi ini? Kalau aku mundur, jalan pulang pun aku tak tau, mau tidak mau aku harus tetap bertahan, setidak nya mungkin dia bisa meberitahuku arah pulang.
  Ahh..., vio, vio, yang bener saja minta tolong sama makhluk itu, pulang enggak, sesat iya.

 

  

MEREKA ADA   SELESAI/TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang