Hari menuju pergelaran semakin mendekat. Semua orang mulai sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Aku baru datang, lalu duduk di ruang latihan. Kemudian, mulai membuka laptop untuk merekap uang pengeluaran dan pemasukan.
"Ca, ini katanya mau minta uang," ucap Kak Faisal, yang saat itu duduk di dekatku.
Sebagian orang ada yang memanggil nama asliku 'Alisha,' dan ada yang memanggil nama panggilanku 'Ica,' itu panggilan kesayangan orang tuaku.
"Uang? Buat?" tanyaku, yang sambil sibuk dengan laptop.
"Buat DP dokumentasi, katanya," jawab Kak Faisal.
DP merukapan akronim dari kata down payment, yang berarti uang muka. Oh, iya, aku baru ingat harus membayar DP dokumentasi.
"Oh, iya, lupa," kataku. "Aku belum ketemu Kak Oka."
Aku memang sudah pernah chat Kak Oka, ngobrol tentang pembayaran dokumentasi. Tapi, aku belum bertemu dengan Kak Oka. Karena, aku mengenal Kak Oka baru-baru ini, itu juga Kak Rora ngasih kontak, terus nyuruh aku buat chat ke Kak Oka. Kata Kak Rora, Kak Oka adalah ketua divisi dokumentasi. Tapi, aku merasa, sama sekali belum pernah melihat Kak Oka. Padahal, sudah hampir satu tahun aku aktif. Apalagi untuk kegiatan yang akan kita laksanakan, ini sudah berjalan setengahnya, tapi sama sekali aku belum pernah melihat Kak Oka. Akhirnya, aku menyimpulkan, mungkin Kak Oka adalah orang yang sangat dipercaya oleh semua orang yang berhubungan dengan kegiatan pergelaran ini, khususnya kakak-kakak angkatan atas. Makanya, meskipun aku belum pernah melihat Kak Oka, aku menyimpulkan, mungkin dia memiliki kesibukan lain di luar, dan dia bisa datang kapan saja. Karena yang terpenting, dia dapat me-manage anggotanya untuk mengerjakan tugas-tugas, selagi dia tidak ada. Dan lagi, aku berpikiran bahwa divisi dokumentasi tidak terlalu berpengaruh sangat, sebelum hari-H. Yang terpenting itu hari-H-nya, dan sebelum itu juga, tugas-tugas seperti foto dan video saat latihan, rapat atau hal lainnya, bisa dia tugaskan kepada anak buahnya, selagi dia sibuk di luar.
"Apa ih kamu, orang kemaren-kemaren juga ada di sekre," kata Kak Faisal.
"Ih aku gak kenal Kak Oka dan gak tau yang mana," kataku sambil sibuk dengan laptop.
"Kenalan dulu, sini. Makanya!"
Aku berhenti melihat laptop, lalu melihat mereka.
"Ini Oka, kenalan dulu!" kata Kak Faisal. Yang dimaksud Oka-Oka itu, dia sedang sibuk bermain ponsel.
"Ih, ini tuh Kak Gabriel!" sanggahku.
Aku terkejut, karena yang dimaksud Oka-Oka itu, Kak Faisal menunjuk Kak Gabriel. Yang beberapa hari baru kenalan denganku.
"Bukan ih kamu! Ini Oka! Gabriel dari mana?" Kak Faisal tertawa.
"Ini Kak Gabriel ih!" kataku bersikeras.
Kak Faisal tertawa, orang-orang di sana tertawa, dan aku tidak, aku sangat heran.
"Ini Oka, Alishaaa," Kak Faisal menegaskan, sambil menahan ketawanya.
"Aku Gabriel, kan, yah?" tanya Kak Gabriel, yang sudah selesai berurusan dengan ponselnya sedari tadi, belum meluruskan, membuatku bingung.
"Iya!" jawabku yakin.
"Aku Gabriel, Sal! Aku Gabriel. Hahahaha," dia tertawa, membuatku berubah pikiran, karena sekarang aku tahu dia bukan Gabriel, dia selama ini menipuku.
"Iiiiihhhhhhh!" kataku.
Semua orang akhirnya tertawa, aku juga.
"Kenalan dulu," katanya.
"Kan, udah," jawabku.
"Kenalan lagi," katanya.
"Alisha Zahra."
"Oka Sinaga," katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuhan, Aku Sayang! (TAMAT)
General FictionUntuk cinta, kita tidak bisa memilih untuk siapa atau kepada siapa kita mencintai. Itulah yang terjadi, saat aku mencintainya. Aku tidak memilihnya untuk menjadi seseorang yang akan aku cintai, tapi rasa itu tiba-tiba saja perlahan menggunung, dan a...