29. Lombok

440 15 0
                                    

Sebelum pemberangkatan ke Lombok, aku ingin berpamitan dengan Kak Oka, sekedar untuk mengucapkan: "Selamat tinggal! Selamat berlibur, selamat bersenang-senang!"

Untuk ngobrol di chat, jujur saja, aku selalu tak mendapatkan kesempatan untuk hal itu. Karena dia tidak terlalu senang ngobrol di chat. Dan untuk pembahasan mengenai segala halnya, dia lebih suka bertemu dan mengobrol secara langsung. Kecuali obrololan-obrolan tentang pekerjaan. Sore itu, aku mengiriminya sebuah pesan.

"Kakak berangkat jam berapa?"

"Jam 07.00," jawabnya. "Gak mau ketemu dulu?"

"Pengen, tapi mager."

"Dih."

"Nitip aja: 1. Jangan lupa sholat, 2. Jangan lupa makan, 3. JANGAN GITING, 4. Jangan mabok, 5. Jangan nakal."

"Yess! Gak ada soal ceweknya!" ujarnya.

"Itu nomer 5, ih! Enak aja!"

"Nanti aku kasih foto pas tidur berduanya, yah!"

"Paaraahhh banget! Pergi sana ke Lombok!!" dengan nada sangat kesal.

Malam harinya, entahlah, aku merasa sangat tidak baik, aku merasa gelisah, gundah gulana, yang aku pikirkan hanya aku berada jauh dengan Kak Oka, aku merasa aku tak akan kuat menahannya, aku akan selalu rindu Kak Oka, aku menangis karena hal itu, aku merasa sepi dan hilang.

---

Hari pertama Kak Oka di Lombok, aku benar-benar resah, entahlah! Aku dikagetkan sebuah foto yang dibuat snapgram oleh Kak Oka, sebuah foto, yang aku tahu itu hasil foto Kak Jo, temen Kak Oka yang merupakan seorang fotografer, foto itu bergambar perempuan dan laki-laki yang sedang berdua, perempuan di dalam foto itu nampak sedang menggendong seorang bayi yang lucu, terlihat manis, mereka terlihat bahagia, aku duga, itu adalah salah satu foto pasca-wedding pasangan tersebut, di bawah foto itu terdapat sebuah catatan, Kak Jo memang sepertinya suka menulis, beberapa tulisannya aku kira cukup bagus, aku menyukainya. Kak Jo menuliskan sebuah kalimat: "Aku dan kamu adalah masa depan (suatu saat nanti)," dan Kak Oka menjadikannya snapgram dengan menge-tag nama Gita Aprilia, pacarnya. Aku benar-benar shock, dan aku langsung lemas, aku benar-benar rapuh, seakan-akan waktu itu berhenti sesaat, aku rapuh, dan aku menangis sejadi-jadinya!

Dalam lubuk hati yang paling dalam, aku benar-benar tak ingin dapatmelupakan Kak Oka. Jujur, aku sangat sayang, aku benar-benar tak inginmelepasnya sehelai pun. Tapi apa daya, seseorang telah menunggunya jauh disana, aku tak dapat berkata, aku bahkan tak dapat mengambil sesuatu yang tidakbisa aku paksa, agar menjadi milikku.

Tuhan, Aku Sayang! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang