Hari H event pun datang, ini adalah hari pertama dari runtutan kegiatan acara hari H. Event ini cukup menguras tenaga semua orang. Malam itu, seperti biasa, aku bersama partner bendaharaku menghitung pendapatan tim dana usaha, dan pengeluaran satu hari itu. Aku duduk bersama anak-anak lain juga di sana, di ruang medis. Ada Kak Oka di sana, sedang tertidur. Beberapa lama kemudian, datang salah satu temanku, Via namanya, dia memang cewek yang bisa dikatakan 'gatal' tapi polos, aku rasa. Lalu, Via yang sedang duduk itu, menjatuhkan wajah dan badannya ke atas badan Kak Oka yang sedang tertidur di dekatnya.
"Heh!!" refleksku langsung menyuruhnya untuk pergi. "Ihh! Jangan nyender-nyender!! Ih!" nadaku agak kesal.
Via mengangkat wajahnya, lalu Kak Oka juga bangun dari tidurnya.
"Tuh! Kamu ih!!" teriakku pada Kak Oka.
"Apa?" dia bertanya.
"Dasar genit!!" teriakku.
"Genit apa?"
"Genit emang!! Dasar!"
"Astagfirullah. Aku genit apa coba?"
"Pura-pura gak tau!!"
"Orang aku diem, kamu juga liat, kan? Dia yang mulai," dia berbisik dari kejauhan.
"Kamunya salah!!"
"Lah? Aku salah apa coba?"
"Kamunya diem!! Harusnya kamu ngehindar!!"
"Kan, aku gak tau, kalo itu dia."
"Tau ah!!"
"Astagfirullah! Aku gak salah juga!"
"Ehhh! Masalah rumah tangga di bawa-bawa ke sini! Haha," ujar Firman.
"Udah udahh ehhhh!!" yang lain mencoba mendamaikan.
"Yuk, ah Ca. Kita berhitung!" ajak Kak Melina.
"Gak mau di sini!! Di sana aja!!" kataku kesal.
Aku pergi meninggalkan semua orang di sana, dengan masih dalam keadaan marah.
"Ih, Kak Ica, ada apa ih, sama Kak Oka?" tanya Dila.
"Gak ada apa-apa!" jawabku.
"Ih, boong! Terus kenapa marah-marah?"
"Biarin!"
"Kakak cemburu sama Kak Oka?"
"Enggak!!!!!!" teriakku.
"Ih, iya iya maaf, Kak," dia meminta maaf. "Iiihhh, gak mau, ah!!"
"Gak mau apa?" tanyaku.
"Gak mau Kak Ica ada apa-apa sama Kak Oka."
"Orang gak ada apa-apa!!" teriakku.
"Ih, boong! Terus kenapa kayak yang cemburu?"
"Enggakk!!!"
"Iya, iya enggak, Kak," katanya. "Iihh, kenapa ih?"
"Kenapa apa?" tanyaku.
"Kenapa Kak Ica harus ada apa-apanya sama Kak Oka, padahal aku selama ini ngedukung Kak Ica sama Kak Raka, ih!"
"Hah?" tanyaku.
"Iya tau, aku ngeliat Kak Ica tuh, lebih pantes sama Kak Raka, dari pada Kak Oka. Kak Raka ganteng, Kak Ica juga cantik. Apaan coba Kak Oka?"
"Ihh!! Gak boleh gitu!"
"Iya, iya Kak, maaf."
"Dilaaa ..." rengekku.
"Kenapa Kak Ica?"
"Sepatu aku ketinggalan di ruang medis, ambilin!"
"Iyah, aku ambilin."
Dila akhirnya datang membawa sepatuku dari ruang medis.
"Dia lagi ngapain?" tanyaku.
"Siapa?"
"Kak Oka!"
"Oh, lagi dipijitin dia."
"Hah? Sama siapaa???" nadaku mulai naik lagi.
"Gak tau sama Kakak siapa, cewek."
"Iiihhh dia tuh, yah! Kesel aku sama dia!!'
"Ih, Kak Ica jangan kesel ih!"
"Dia tuh, yah!! IIhhhhh kesel!!! Sama siapa dipijitinnya?"
"Gak tau, Kak. Aku gak keliatan tadi."
"Liat dulu sana, sama kamu!"
"Iya, iya Kak!"
Dila kembali dari ruang medis.
"Sama siapa dipijitinnya?" tanyaku.
"Gak tau, Kak. Aku gak kenal siapa. Huhu. Maaf!"
"Sama yang tadi bukan?"
"Gak tau, Kak. Kayaknya bukan!"
"Gak apa-apa kalo bukan, ceweknya genit soalnya! Aku gak suka!!"
"Kak Oka juga genit!" Dila menambahkan.
"Emang dia genit!!" kataku.
Aku benar-benar tak sadar telah melakukan semuanya malam ini, sampai aku mengeluarkan air mata. Entahlah, mungkin karena keadaanku sedang capek ditambah kelelahan, terus lagi cemburu, jadi aja semuanya seperti ini.
Beberapa lama kemudian, Kak Oka menghampiriku.
"Ca ... " dia menyapaku.
"Apa??" nadaku naik.
"Ih, marah-marah!"
"Siapa yang marah? Orang aku gak marah!! Awas ah!" usirku.
Dia pergi meninggalkanku, kulihat ada Kak Fitra, sepertinya Kak Oka menemui Kak Fitra. Aku di video-call Mama, kemudian aku menangis melihat Mama, Papa dan adikku, aku rindu mereka! Entahlah, mungkin karena lelahku hari ini, aku jadi terbawa suasana.
"Kak Ica, kenapa nangis, ih?" tanya Dila.
"Aku kangen sama keluarga aku," jawabku sambil menangis.
"Ih, Kak Ica, jangan nangis!!"
Aku masih terus menangis.
"Kak Ica, ih! Tuh, diliatin Kak Oka!"
Aku tak menghiraukan kata-katanya.
Setelah beberapa lama kemudian, aku mengakhiri video call-ku dengan keluarga. Adik kelasku Azam, menghampiriku.
"Kakak, aku capek!!" katanya.
Dia mengeluh kepadaku, sambil memegang tanganku. Tiba-tiba Kak Oka datang menghampiriku, yang sedari tadi memperhatikanku menangis saat ber-video call dengan keluargaku.
"Iiihhh! Awas!!" dia menarik tangan Azam, dan langsung pergi.
Azam menyadari kesalahannya, karena telah menyentuh tanganku di depan Kak Oka.
"Kak Oka, aku gak maskud gitu, kok! Maafin aku, Kak Oka!" Azam mengejar Kak Oka yang pergi meninggalkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuhan, Aku Sayang! (TAMAT)
General FictionUntuk cinta, kita tidak bisa memilih untuk siapa atau kepada siapa kita mencintai. Itulah yang terjadi, saat aku mencintainya. Aku tidak memilihnya untuk menjadi seseorang yang akan aku cintai, tapi rasa itu tiba-tiba saja perlahan menggunung, dan a...