Siang hari sampai malam harinya, aku menghabiskan waktu untuk berbelanja dengan sahabat, benar-benar sangat melelahkan. Berbelanja untuk anak yatim piatu. Aku dan sahabatku telah berencana cukup lama untuk memberikan mereka beberapa hal yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi mereka. Saat aku hendak pergi untuk berbelanja, aku melewati kostan Kak Oka, aku memanggilnya, pintunya terbuka, namun tidak ada balasan. Saat aku pulang berbelanja malam hari, motornya ada dan lampu kostannya menyala, aku memanggilnya, namun tak ada balasan juga, aku sangat khawatir.
Malam itu, aku melakukan proses editing bagian buku yang akan aku terbitkan, dengan penuh kekhawatiran, aku takut Kak Oka kenapa-napa, aku takut Kak Oka sakit, aku takut Kak Oka hilang. Ah, yang jelas aku sangat khawatir. Besok, adalah tanggal ulang tahun Kak Oka. Tapi dia ke mana? Biasanya, orang yang berulang tahun itu akan dibuat resah oleh orang-orang yang akan merayakan ulang tahunnya, tapi ini justru malah sebaliknya. Akhirnya, aku memberanikan diri untuk memulai chat Kak Oka.
"Kak Oka ada di kostan gak sih? Aku panggil-panggil gak nyaut-nyaut. Sakit?"
Waktu telah menunjukkan pukul 22.26. Aku beberapa kali mengecek whatsapp, karena di sana, aku suka melihat kapan terakhir kali dia membuka whatsapp-nya. Meski aku tahu, hal itu akan sangat menyakitiku, karena Kak Oka melakukan chat dengan Kak Gita itu melalui whatsapp, tapi dari pada aku khawatir saat dia tidak ada kabar, dia tidak membuat story, atau dia menghilang seharian itu, aku suka mengeceknya lewat itu. Setidaknya, meskipun dia chat dengan Kak Gita, aku merasa bersyukur bahwa dia masih ada di dunia ini, dia tidak menghilang, dan aku masih bisa bertemu dengannya di dunia, masih bisa melihat wajahnya.
Waktu menunjukkan pukul 00.00, aku langsung mengetik sebuah pesan yang kukirimkan padanya.
"Selamat ulang tahun Kak Oka! Semoga panjang umur dan sehat selalu yah, tambah baik, tambah hebat, tambah sholeh. Aamiin."
Aku terus saja mengecek whatsapp. Pada pukul 00.04, Kak Oka online, aku benar-benar merasa bahagia dan kecewa pada satu waktu. Bahagia, karena dia ternyata baik-baik saja, dan kecewa, karena pasti dia sedang melakukan video call dengan Kak Gita, di detik pertama ulang tahunnya, aku pasti benar. Aku menutup mataku perlahan, dengan air mata yang perlahan menjatuhi pipiku, aku berusaha untuk merelakan semua yang terjadi, karena memang aku tidak seharusnya berada pada keadaan ini, aku menutup mataku dengan hati yang penuh kalut, aku sakit, aku tidak bisa, aku tidak mau, aku tidak rela, Tuhan!
Waktu terakhir Kak Oka membuka whatsapp itu pukul 00.12, aku menghela napas sejenak, sambil berkata: "Kak Oka video call tidak terlalu lama dengan Kak Gita, mungkin hanya sekedar menyampaikan pesan selamat ulang tahun, dan kecup rindu dari jauh," sambil menahan hati yang sakit, aku harus menjadi kuat.
---
Pagi harinya, aku membuka mata, lalu membuka ponsel, ada pesan dari Kak Oka.
"Baru beres operasi aku. Ini baru kebangun," katanya. "Jiaaah. Makasih, Ca."
"Asli gak? Operasi gigi yang satunya lagi? Sama siapa ditemenin?"
"Sumpah. Sendiri."
"Ih, kenapa gak bilang? Tau gitu aku temenin. Tapi udah? Gak apa-apa, kan? Lancar?"
"Gak apa-apa. Aku kan, mandiri sekarang, dan manusia normal. Hahaha. Lancar, alhamdulillah. Nunggu jahitannya kering aja ini."
Aku tidak membalasnya lagi. Siang itu, aku melihat story Kak Gita, benar apa yang aku duga, malam itu mereka video call. Alisha, kamu siapa? Kamu berhak apa atas Kak Oka? Kamu hanya harus menerima sakit hati, karena kamu yang ingin menjalani ini semua, tapi ingat kamu harus menghargai air mata kamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuhan, Aku Sayang! (TAMAT)
General FictionUntuk cinta, kita tidak bisa memilih untuk siapa atau kepada siapa kita mencintai. Itulah yang terjadi, saat aku mencintainya. Aku tidak memilihnya untuk menjadi seseorang yang akan aku cintai, tapi rasa itu tiba-tiba saja perlahan menggunung, dan a...