Sore hari yang seperti biasa, selalu penuh dengan agenda-agenda duniawi, itu adalah sore hari yang selalu cukup panjang bagiku. Aku melihat Kak Oka datang dengan wajah kusut, tapi tak kuhiraukan, karena aku mencoba untuk menjaga jarak dengannya. Aku benar-benar telah sangat berusaha untuk tidak menjadi lebih dekat lagi dengan Kak Oka, aku tidak ingin menjadi wanita jahat dalam hidup, aku tidak ingin selamanya terus menjadi orang ketiga di dalam kehidupan mereka, meski hal itu juga membuatku sangat berat untuk melakukannya. Aku mencoba untuk menyibukkan diri dari hal apapun sore itu, namun dia berusaha memperlihatkan kesukarannya padaku. Karena memang nyatanya, selama ini dia memang sangat terlihat tegar dan kuat di mata semua orang, layaknya seseorang yang tak memiliki beban atau masalah di hidupnya, itulah dia. Namun nyatanya, banyak masalah dan problema hidup yang dia hadapi sebenarnya, dan dia hanya dapat berbicara dan terbuka padaku, selama ini. Dia dapat memperlihatkan kesedihan, kegalauan, kekesalan dan segala halnya padaku. Dengan cara itulah, aku tahu dia butuh seseorang untuk dia bercerita, dan akulah orang yang ada, saat dia seperti itu.
Aku benar-benar tak dapat membiarkannya, aku tak dapat berpura-pura untuk tidak peduli padanya, aku khawatir. Aku duduk berdekatan dengannya, sambil berpura-pura bermain ponsel, dia berada di dekatku, dan terlihat seperti ada kekacauan dalam dirinya.
"Ca, titip event, yah!" katanya.
"Iya," jawabku datar.
"Takut besok aku gak balik lagi."
"Hah?" jelas aku sangat kaget.
"Iya, takut aku masuk penjara, besok."
"Ih? Kenapa???" aku benar-benar sangat penasaran.
"Nanti, aku cerita."
"Gak mau!! Sekarang!" aku memaksa.
"Enggak, nanti aja."
"Ih, kenapa? Kamu kenapa???"
"Jangan sekarang, nanti aja."
"Gak mau!! Kamu kenapa???" suaraku dipelankan. "Narkoba?"
"Bukan, bukan itu."
Aku sedikitnya bernafas lega mendengar dia mengatakan bukan.
"Terus? Terus apa???" tanyaku sangat penasaran. "Cerita sekarang!!"
"Besok aku diperiksa BPK."
BPK adalah singkatan dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, BPK adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
"BPK? Kenapa diperiksa? Zeus?" tanyaku.
"Tahun 2016, temen aku pernah ngadain event kebudayaan, terus kerja sama gitu, sama salah satu dinas kebudayaan. Jadi kan, dia dikasih dana gitu, buat sound system, lighting, dan segala macem sama dinas. Tapi, gak tau kenapa, si kwitansinya tuh, ilang, gak tau ke mana. Udah dicari-cari juga gak ada. Terus, pas mau minta lagi ke tempat penyewaannya, si tempat sewanya tuh, udah gak ada sekarang, gak tau pindah, gak tau ke mana. Pokoknya, udah dicari-cari, gak ada aja. Nah, temen aku minta tolong aku, buat bantuin dia, suruh Zeus buat kwitansi baru, buat di serahin ke dinas, tapi nanti dari BPK-nya bakal audit keuangan dan segala hal macamnya Zeus, secara langsung."
"Ih, kenapa kamu bantuin??!" tanyaku agak kesal.
"Dia temen aku, kamu kalo temen kamu lagi kesusahan, gak bakal bantuin gitu?"
"Tapi, ini beda kasusnya!!" jawabku kesal.
"Gak apa-apalah, kalo ini berhasil, temen aku bakal ngasih uang ke Zeus."
"Kalo kamu ketauan BPK gimana??!"
"Paling dipenjara."
"Iihh kamuu!!!" teriakku.
"Nyantai, lagian juga kalo aku dipenjara, gak sendiri kan, sama temen aku, haha," ujarnya. "Ca, aku dulu pernah hampir masuk penjara, yang gara-gara aku berantem sampe matahin idung orang, tapi gak jadi, gara-gara aku masih di bawah umur."
"Kan, udah cerita!!"
"Iya, yang pas itu, aku cerita," tegasnya. "Kalo aku besok ketauan nipu, aku jadi dipenjaranya, kalo sekarang."
"Jangan ih, Kak!" pasrahku.
"Lagian, aku bangga, kalo aku besok masuk penjara. Alasannya, gara-gara aku korupsi, kan, jadi keren."
"Kak, ih!!!" sambil menarik-narik bajunya dengan pelan. "Kamu, suka nyuruh aku mikir kalo berbuat sesuatu, liat sisi positif sama sisi negatifnya dari satu masalah. Coba pikirin sekarang, mana sisi yang lebih banyak didapat dari kasus ini? Resikonya gede, kalo kamu ngelakuin ini, kamu harus sadar!" kataku.
"Gak apa-apa, ih! Lagian, ini juga demi Zeus! Dari pada Zeus bubar, mending aku dapet duit buat Zeus!"
Aku memang sangat khawatir pada Kak Oka. Aku tahu, bahwa kondisi Zeus memang sedang berada di titik terendah, karena masalah-masalah yang Zeus hadapi sekarang. Aku tahu, dia sangat mencintai Zeus, aku tahu. Tapi, dia telah memutuskan hal itu dengan emosinya, bukan pemikiran yang telah dia pikirkan dengan sangat matang. Aku yakin, keputusan itu dia ambil, karena dia tergesa-gesa, karena keresahannya atas apa yang terjadi di Zeus.
"Jangan Kak, plis! Kakak pikir baik-baik lagi," pasrahku.
"Aku berani nyoba ini, kalo aku berhasil, aku dapet uang buat Zeus."
"Iya, kalo kamu berhasil. Kalo kamu ketauan nipu gimana?? Kamu harus mikirin juga resikonya, jangan cuma mikirin satu sisi baiknya aja! Kamu juga harus mikir sisi negatif buat kamunya apa! Kamu juga jangan hanya mikirin Zeus gimana! Kamu juga harus mikir diri kamu gimana!! Coba kamu pikirin lagi!! Emang buat mertahanin Zeus, cuma ada jalan ini aja? Banyak!! Enggak cuma jalan ini aja! Masih banyak cara yang lain, yang gak merugikan diri kamu sendiri, orang tua, dan orang yang sayang sama kamu!!"
"Udahlah, kamu gak usah mikirin. Kan, aku yang jalanin! Yaa, gimana aku aja! Terserah aku!"
"Oke, TERSERAH!" emosiku benar-benar meluap.
Dia hanya terdiam, tak menjawabku.
"BEGO!!!" kataku.
Aku langsung pergi meninggalkannya, setelah membisikkan kata itu padanya. Aku benar-benar sangat khawatir sesungguhnya, aku benar-benar sangat takut akan hal yang akan terjadi padanya, aku tak mau dia kenapa-napa, aku ingin dia baik-baik saja, aku benar-benar sangat gelisah dan khawatir padanya. Terus saja pertanyaan timbul dalam benakku: "Apa yang akan dia lakukan esok hari? Apa yang akan terjadi padanya esok? Apa dia akan berhasil? Atau dia akan ketauan? Apakah dia akan selamat dan baik-baik aja? Atau dia akan masuk penjara?" Ah, aku benar-benar sangat resah!
---
Setelah melewati hari yang sangat membuatku sangat khawatir, dia kembali dengan senyumnya, dia masih ada di dunia ini, dan dia tidak apa-apa, dia baik-baik saja, aku sangat bersyukur. Dia masih dapat berdiri di depanku dan tersenyum kepadaku. Aku akan terus berharap tidak akan terjadi hal-hal buruk padanya, dia akan selalu terus datang padaku dengan senyumnya dan akan selalu bersamaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuhan, Aku Sayang! (TAMAT)
General FictionUntuk cinta, kita tidak bisa memilih untuk siapa atau kepada siapa kita mencintai. Itulah yang terjadi, saat aku mencintainya. Aku tidak memilihnya untuk menjadi seseorang yang akan aku cintai, tapi rasa itu tiba-tiba saja perlahan menggunung, dan a...