Malam itu tepat pukul 19.10, Kak Oka mengajakku untuk menemaninya mengerjakan tugas. Bertemulah aku dengan Kak Oka.
Kak Oka tampak serius dengan pekerjaannya, sedangkan aku sibuk menonton drama korea di laptop.
"Semangat!" kataku.
"Kamu malah nonton. Jangan nonton, ah!" katanya.
"Terus aku ngapain? Aku gak bisa bantuin tugas kamu. Kan, aku temenin."
Aku mendekati Kak Oka yang sedang khusyuk mengerjakan tugasnya.
"Rambutnya boleh gak aku acak-acak?" kataku.
"Emang kenapa?"
"Enggak," jawabku.
Jujur saja, karena penampilan Kak Oka yang berubah seratus delapan puluh derajat itu, aku jadi semakin suka dengan Kak Oka. Dulu yang dia jarang sekali mandi, sekarang jadi sering mandi. Dulu dia jarang sekali harum, sekarang dia harum. Dulu dia berantakan seperti preman, sekarang dia serapi ini.
Setelah beberapa lama kemudian, dia menyerah pada tugasnya, Kak Oka mendekatiku dan dia seperti biasa bersikap manja padaku. Kak Oka melingkarkan tangannya di badanku, tapi aku melepaskannya, dia mencobanya lagi, aku melepaskannya lagi, aku benar-benar sedang tidak ingin diganggu, karena sedang serius menonton drama.
"Jangan nonton, ah!" katanya.
"Ih, diem!!" aku marah.
Dia melingkarkan tangannya dan memelukku, dia mencoba menggangguku.
"Ih, awas ah!" kataku.
"Iiihhhhh!!" katanya.
Kak Oka mengambil laptopnya, lalu dia menjauhkannya dariku, lalu mematikan laptopku.
"Iiihhh!!!" aku marah.
"Kamu gak kangen aku gitu?" Kak Oka bertanya.
"Iiiihhh!!" kataku.
Aku berusaha mengambil laptop yang dia jauhkan dariku, tapi Kak Oka menarik lenganku, dia memelukku. Aku tidak bisa menahannya sebenarnya, aku juga rindu, jujur saja!
"Ih! Kenapa harum coba!" aku marah.
"Aku sering mandi sekarang, makanya harum."
"Kenapa harus rapih?!"
Aku mengacak-ngacak rambutnya.
"Iih, jangan diacak-acak! Udah rapih juga!"
"Iihhh!!" kataku marah.
"Dih, marah-marah! Aku berantakan salah, sekarang aku rapih dimarahin!"
Kak Oka memelukku, dan aku tidak bisa menahan semuanya, lalu kusimpan tanganku di badannya, dan memeluknya.
"Si Citra nulis tentang kalian berdua," katanya.
"Hah?"
"Iyah. Kamu tau gak?"
"Enggak."
"Liat beranda dia!"
Aku membuka beranda Kak Citra, lalu membaca postingan yang Kak Citra tulis. Kesimpulan dari isi tulisan itu adalah, bahwa Kak Citra menanyakan aku, Alisha ini siapa? Mengapa hadir di kehidupan Kak Oka. Terus setelah lama, dia juga sadar bahwa pertanyaan 'siapa' juga itu untuk dirinya sendiri dalam kehidupan Kak Oka. Jadi, aku dan Kak Citra sama-sama memiliki pertanyaan 'aku siapa?' dalam kehidupan Kak Oka, nasib kita sama. Aku langsung melepas pelukanku dari Kak Oka, Kak Oka mengambil tanganku dan melingkarkan tanganku di badannya, tapi aku melepaskannya lagi, dan menyembunyikan wajahku di dada Kak Oka. Kata-kata itu benar menjelaskan keadaan aku sekarang, bahwa aku adalah sebagai apa di kehidupan Kak Oka, aku siapa? Aku pun meneteskan air mata, aku menangis dalam pelukan Kak Oka saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuhan, Aku Sayang! (TAMAT)
General FictionUntuk cinta, kita tidak bisa memilih untuk siapa atau kepada siapa kita mencintai. Itulah yang terjadi, saat aku mencintainya. Aku tidak memilihnya untuk menjadi seseorang yang akan aku cintai, tapi rasa itu tiba-tiba saja perlahan menggunung, dan a...