Kesempatan Keduamu - 04

13.8K 631 11
                                    

Sampai dini hari Mutia masih berada di rumah sakit, dia setia duduk di samping ranjang Roy. Sudut bibir Roy mendapat dua jahitan sementara hidungnya masih disumpel dengan kapas karena mimisan yang belum juga berhenti. Roy dilarang bicara, jadi dia hanya bisa melirik Mutia yang masih menahan kesal.

"Aku masih gak habis fikir sama sepupu kamu itu, kok dia tega yah sama kamu? Kok bisa dia mukulin kamu sampai kamu babak belur begini?!"

Tangan Roy yang terulur di ranjang menepuk-nepuk pergelangan tangan Mutia, seakan memintanya untuk sabar.

Drrrtt... Drrttt...

Mutia melihat ponsel Roy yang ada padanya, ayah Roy menelepon. Seisi rumah mungkin saja sudah cemas karena Roy belum juga pulang.

"Papa kamu telepon, aku harus jawab apa?" Tanya Mutia.

Sedang Roy hanya melirik-lirik dan Mutia tidak paham apa maksud Roy.

"Papa kamu harus tahu soal ini. Biar si Dassa itu dapet pelajaran! Biar orang tuanya tahu sekalian, masa anak begajulan gitu dibiarin berkeliaran bebas!" Gerutu Mutia sudah hilang kesabaran.

Roy menggeleng, tangannya coba meraih ponselnya namun Mutia malah menepis tangan kekasihnya itu.

"Hallo? Om ini Mutia. Roy ada sama aku, dan kita di rumah sakit. Oh oke, nanti setelah om sampai aku akan ceritain semuanya." Mutia mematikan ponselnya sedang Roy terlihat menghempaskan nafas penuh beban.

"Oke, anggap aja kamu sayang sama sepupu kamu itu. Kamu melindungi dia, kamu tutupin kesalahan dia, tapi aku gak gitu Roy! Kalau di depan mata aku ada yang salah ya aku berani untuk bilang itu salah!" Mutia masih mengoceh.

"Jadi kamu diem aja, fokus sama kesembuhan kamu sementara masalah ini akan aku selesein."

***


Keesokan harinya, Nisa menepikan mobilnya di kolong jembatan, satu-satunya tempat di mana dia bisa menemukan Dassa. Dari jauh Nisa melihat Dassa sedang ditutupi matanya oleh sapu tangan dan anak anak kecil berlarian di sekelilingnya mencoba menghindar dari tangkapan Dassa sambil tertawa.

Melihat Dassa bisa tertawa begini, Nisa hampir lupa alasan mengapa dia menyatakan perasaannya beberapa bulan lalu pada Dassa jika Nisa menyukainya lalu dengan entengnya Dassa meng-iya-kan. Padahal Nisa hanya ingin membuat Roy cemburu.

Seharusnya laki laki normal pasti akan cemburu, bahkan melarang jika mengetahui perempuan yang dekat dengannya malah menyatakan cinta pada sepupunya yang tidak lain adalah musuhnya, iya kan? Kecuali Roy memang sudah memiliki tambatan hati.

Nisa melambaikan tangan saat Dassa membuka ikatan di matanya.

"Gak ke kampus lagi hari ini?" Tanya Nisa.

"Ke kampus kok, sebentar lagi." Jawab Dassa lalu duduk di kursi panjang, Nisa mengikuti dengan duduk di sampingnya. Keduanya berbincang sampai Robby datang dengan berita yang dia bawa.

"Roy masuk rumah sakit diantar sama pacarnya." Cerita Robby.

"Apa?! Roy... Roy di rumah sakit?! Kok bisa? Dan tadi lo bilang apa?! Sama pacarnya?" Nisa cepat bereaksi.

"Iya, Roy di rumah sakit... Kan semalem Don yang hajar dia sampe KO,"

Nisa langsung menoleh pada Dassa, sedang Dassa sudah memandang Nisa lebih dulu memperlihatkan jika jelas dia bangga atas apa yang sudah dia lakukan.

"Jadi setelah gue bikin dia nginep di rumah sakit, apa lagi yang bisa gue lakuin untuk Roy? Sejujurnya yang semalem itu cuma pemanasan," kata Dassa sambil mengeretakkan jari jari tangannya.

Kesempatan KeduamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang