25. Anak Kita

14.4K 602 7
                                        

Malam harinya, Bi Ririn sengaja membuat api unggun di belakang rumah. Awalnya karena Bi Ririn ingin menghangatkan suasana untuk Dassa dan Roy, setelah apa yang terjadi sejak Roy datang. Pertengkaran kedua sepupu itu berakhir dengan Mutia harus dilarikan ke rumah sakit karena pendarahan lalu Bunda Mutia datang dengan kabar buruk yang sama dengan yang Roy dengar. Bi Ririn merasa seisi rumah harus menghilangkan ketegangan juga kekhawatiran, untuk itu Bi Ririn membuat acara api unggun ini.

Mereka duduk mengitari api unggun kecil sambil bercengkrama sembari membakar jagung. Bi Ririn menceritakan bagaimana akrabnya Dassa dan Roy semasa kecil dulu. Dassa yang sering merengek pada mendiang Dinda - ibu Dassa untuk bisa sering ke rumah Roy hanya agar bisa bermain bersama.

Dassa memandang api yang melahap kayu bakar itu nanar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dassa memandang api yang melahap kayu bakar itu nanar... tidak ada satu pun kenangannya dengan Roy semasa kecil yang mampu dia lupakan. Jelas Dassa masih ingat semua itu. Sementara Roy, menulis tanah dengan ujung ranting sambil tersenyum tipis mendengar cerita Bi Ririn. Dia diingatkan kembali betapa bahagia memiliki sepupu laki laki yang kedekatannya hampir seperti mereka saudara kembar. Roy dalam hati bernostalgia sendiri. Sampai ketika malam sudah agak larut Bi Ririn menggandeng Mila untuk masuk ke dalam rumah untuk tidur lebih dulu.

"Roy, Nisa... Lebih baik kalian menginap di sini malam ini. Roy bisa tidur dengan Dassa di kamar Mila, dan Mutia bersama tidur bersama Nisa. Biar Mila tidur sama bibi di kamar." Kata Bi Ririn lalu masuk bersama Mila yang cemberut digandengnya.

"Aduh... Tidur gue suka ngigau lagi... Bisa sampe nendang loh Mut," gurau Nisa.

"Tidur di bawah aja. Mutia lagi hamil, nanti malah kenapa-kenapa lagi." Sambar Roy sebelum Dassa sempat bersuara.

Mendengarnya Mutia terkekeh. Dassa sejak tadi diam-diam memandangi wajah ayu dalam cahaya temaram dari api unggun yang bergejolak.

"Eh gimana kalau kita main botol putar? Jadi menunjuk pada siapa saat botol berhenti putar, dia harus mengungkapkan kejujuran untuk seseorang! Gimana?! Seru kan?" Cetus Nisa.

"Ide bagus!" Kata Mutia sumringah.

Suasana ramai dan hangat seperti ini sangat dirindukan Mutia yang semenjak hamil hanya menikmati kesunyian di dalam kamarnya, apalagi di saat Dassa juga pergi bekerja. Nisa mengambil botol kosong dan dia letakkan di atas tanah lalu diputarnya. Keempatnya memperhatikan botol berputar itu lekat dan Roy berharap botol itu tidak akan pernah menunjuknya.

"ROY!" Sergah Mutia lantang dan mengagetkan sambil menunjuk Roy. Reaksi Mutia untuk beberapa detik membuat Nisa dan Dassa saling memandang.

Roy melihat botol itu memang berhenti tepat ke arahnya. Roy sempat memandang Mutia dan Nisa bergantian sampai dia menghela nafas panjang. Dia memejamkan mata sambil menyiapkan kata-kata, beberapa menit kemudian dia berdiri, membuat bayangan dirinya terlihat besar.

Suasana sejenak hening...

"Terima kasih... untuk seseorang yang tidak pernah pergi walau sudah kupaksa dengan segala cara...

Kesempatan KeduamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang