15. Janin Itu Keponakanmu

13.2K 559 4
                                    

Hari hari berlalu, Roy kembali melewati rumah Mutia namun belum ada tanda-tanda ada orang. Rumah itu masih sepi, seperti yang satpam komplek bilang jika Hadiwinata bersama keluarganya sedang menghabiskan waktu di luar kota.

"Mungkin mereka sudah pindah Roy,"
Suara Nisa terdengar, membuyarkan lamunan Roy seketika.

"Lo kok bisa di sini sih?!" tanya Roy.

"Lo itu lebih sering ke dua tempat ini dibanding di rumah lo sendiri yang fungsinya cuma buat tidur doang. Yang pertama rumah Mutia dan yang kedua, taman tempat biasa lo sama Mutia menghabiskan waktu. Iya kan?" Jawab Nisa.

"Gue mau ke kampus!" Roy menyalakan mesin motornya.

"Gue akan bantu lo nemuin Mutia tapi dengan satu syarat!" Kata Nisa lantang agar Roy bisa mendengarnya dengan jelas. Roy menoleh memandang Nisa.

"Apa syaratnya?" Roy mematikan mesin motornya kemudian bersidekap.

"Lo harus janji, kalau lo akan berusaha buka hati lo buat gue."

Roy terkekeh sambil menggeleng, "Nis, gue cintanya sama Mutia dan itu gak akan berubah!" Tegas Roy.

"Semua bisa berubah Roy! Bahkan takdir sekali pun. Apa lo bisa jamin Mutia memang jodoh lo meskipun kalian berdua saling mencintai?!"

Rasanya menyakitkan mendengar kalimat yang Nisa ucapkan. Tapi toh Roy memang tidak memiliki jawabannya.

"Apa lo tau sesuatu tentang Mutia yang gue gak tau?" Pertanyaan Roy malah membuat Nisa tiba-tiba gugup.

"Gue itu mantannya Dassa, sepupu yang ditakdirkan untuk jadi musuh lo. Jadi gimana gue bisa tau tentang Mutia sedang gue aja gak berteman sama dia?"

Roy kembali menyalakan motornya, jawaban Nisa masuk akal. Tapi memang lebih baik Nisa tidak tau banyak soal Mutia. Dan soal tawaran Nisa, itu sama sekali tidak akan merugikan Roy. Jika memang Nisa bisa membantu Roy menemukan Mutia, tentu saja Roy tetap tidak bisa menepati janji itu karena Roy pada akhirnya akan bersama Mutia. Tidak ada yang bisa menghalangi mereka untuk bersama lagi. Roy akan melamar Mutia sekali lagi dan dia akan pastikan Mutia menerimanya. Roy akhirnya mengangguk setuju, "Oke."

Nisa tersenyum lebar, amat mudah membaca apa yang sedang Roy pikirkan. Roy pasti mengira Nisa adalah gadis polos karena membuat perjanjian tidak berdasar seperti ini. Justru Roy lah yang terlalu polos padahal Nisa tahu semuanya. Soal Mutia yang ternoda karena dijadikan alat balas dendam Dassa dan saat ini sedang mengandung.

"Bayi itu keponakanmu Roy..." Kata Nisa dalam hati sambil tersenyum menggantung.

Roy dan Nisa berakhir duduk di cafe tidak jauh dari kantor polisi tempat Hadiwinata - ayah Mutia bertugas. Lama mereka duduk di samping jendela di mana mereka bisa melihat aktifitas lengang kantor polisi walau Hadiwinata tidak nampak.

"Roy, kenapa Dassa bisa sebenci itu sama lo?"

"Memang Dassa gak cerita sama lo?"

Nisa menggeleng sambil menyeruput es kopinya. "Hubungan gue sama Dassa itu gak kayak orang pacaran. Kita itu lebih kaya temen tapi sekasar apapun dia ke lo, dia gak pernah sekali pun kasar ke gue," puji Nisa jika mengingat sisi baik Dassa.

"Waktu kecil kita sangat akrab. Kita main sama sama, bahkan Dassa lebih banyak menghabiskan waktu di rumah gue. Hubungan keluarga kami sangat baik tapi setelah musibah yang menimpa keluarganya, Dassa jadi asing. Dassa jadi membenci keluarga gue."

Nisa memandangi Roy yang menceritakan soal hubungan buruknya dan Dassa, namun kedua mata Roy masih lekat memandangi layar ponselnya. Nisa bisa melihat wallpaper di layar ponsel Roy adalah foto kebersamaan Roy yang sedang merangkul Mutia. Keduanya tersenyum lebar di foto itu.

Kesempatan KeduamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang