43. Wajah Penuh Dendam

7.5K 416 15
                                    

Lama Dassa berada di dalam ruangan kerja yang menyatu dengan kamarnya. Ada banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan. Tidak banyak orang yang bisa dia jadikan tempat bertanya, kebanyakan karyawannya merasa sungkan, sedang Dassa merasa rendah diri jika bertanya pada Surya. Tatapan laki-laki tua itu seperti merendahkannya karena dia tangan kanan Julian.

Untung ada Kinta. Dari Kinta Dassa mulai paham cara kerja perusahaannya, termasuk apa saja masalah yang Julian tinggalkan. Entah itu aset ataupun hutang, begitu pun segala peraturan aneh dan rumit yang Julian buat.

Dassa menutup teleponnya setelah membicarakan isi meeting besok dengan Kinta. Dia berdiri dan melihat jam yang tanpa terasa sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Dassa keluar dari ruang kerjanya dan melihat Mutia sudah tidur di ranjang. Hanya Mutia, tanpa Satya. Bayi mereka mungkin sudah lelap tertidur di kamarnya sendiri.

Dassa masuk ke kamar mandi kemudian keluar sudah mengenakan piama. Pelan-pelan dia masuk ke dalam selimut dan berbaring menghadap punggung istrinya yang sudah lelap. Ini mungkin malam kesekian keduanya tidur satu ranjang, meski belum terjadi apapun. Hanya saling tidur berpunggungan, atau terkadang Mutia yang terbangun tengah malam menyusui Satya di kamar bayi sampai tertidur di sana.

Mutia tiba tiba merubah posisi tidurnya, wajahnya kini tepat berada dekat dengan wajah Dassa. Hidung mancung mereka bahkan hampir bersentuhan. Dassa suka sekali memandangi Mutia, seperti halnya dulu saat mereka masih tinggal di rumah Bi Ririn. Sepulang dari Ring Hitam pasti Mutia sudah tertidur, dan Dassa suka memandangi wajah lelapnya lalu bicara dengan perut buncit Mutia.

 Sepulang dari Ring Hitam pasti Mutia sudah tertidur, dan Dassa suka memandangi wajah lelapnya lalu bicara dengan perut buncit Mutia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dassa bisa melihat dengan jelas lentiknya bulu mata Mutia, bibir yang merah semerah buah plum. Jari telunjuk Dassa mengusap rambut yang coba menutupi mata Mutia.

Dassa menginginkan istrinya malam itu...

Tapi tiba-tiba tidur Mutia menjadi resah, Dassa memperhatikan bibir Mutia yang seakan mengucapkan sesuatu...

"Dasar kamu yah! Awas kalau berani merebut suamiku!" Gumam Mutia dengan suara kesal, membuat Dassa menahan tawanya. Ternyata istrinya sedang mengigau

Mutia mengeluarkan tangannya dari balik selimut, seraya menunjuk-nunjuk ke atas sambil berkata, "Kinta camkan ini! Aku tidak akan tinggal diam jika kamu coba merebut suamiku!" Kata Mutia kencang.

Dassa terpaku takjub mendengarnya, dia sampai tersenyum lebar dengan wajah memerah sanking senangnya sampai tiba tiba Mutia melakukan gerakan refleks yang tidak Dassa duga. Mutia melayangkan tamparan pukulan keras tepat di pipi Dassa.

PLAAAKK!

...

Adzan subuh berkumandang, Mutia bangun dan melihat ranjang di sampingnya kosong. "Dassa?!" Mutia langsung turun dari ranjang bergegas menuju kamar Satya karena biasanya sebelum subuh Satya sudah rewel minta susu. Anehnya Mutia semenjak tadi tertidur tanpa mendengar suara apapun.

Kesempatan KeduamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang