Kesempatan Keduamu - 11

14.7K 664 26
                                        

Keesokan paginya...

Mutia membuka mata, melihat Dassa tertidur di kursi tidak jauh dari ranjangnya. Tangan Mutia coba menggapai gelas di meja tanpa ingin membangunkan Dassa. Tapi tiba tiba Dassa membuka mata untuk membenarkan posisi duduknya, tidak sengaja dia melihat Mutia kesulitan menggapai gelas. Dassa langsung bangkit menghampiri, memberikan gelas itu untuk Mutia.

Tapi Mutia kembali berbaring lalu mengalihkan wajahnya. Enggan menerima apapun dari tangan Dassa.

"Lo haus kan?" Tanya Dassa.

Mutia hanya diam sambil memandang keluar jendela. Tiba tiba pintu terbuka, dokter kembali datang untuk memeriksa kondisi Mutia.

"Keadaannya lebih baik, jadi bisa dipindahkan ke ruang pemulihan dan mungkin nanti sore sudah diperbolehkan pulang," kata Dokter.

Suster lain tidak lama datang sambil mendorong sebuah kursi roda, saat para suster itu hendak membantu Mutia bangun dari ranjang, Dassa tiba tiba mengangkat raga Mutia tanpa permisi lalu bertanya, "Di mana ruangannya?"

"Di... Di lantai satu," jawab salah seorang suster yang menatap Dassa takjub.

Dassa menggendong Mutia di lengannya keluar dari ruangan lalu menaiki tangga. Mutia mengusap air matanya yang diam diam mengalir, bukan karena dia bahagia diperlakukan seperti ini melainkan dia masih merasakan sedih. Mutia jadi memikirkan apa rencana hidup selanjutnya. Dia hamil. Ada nyawa lain dalam dirinya, sementara selama ini dia masih bergantung hidup dengan orang tuanya.

Mutia bingung harus bersikap bagaimana pada laki laki yang sebejad apapun, sebenci apapun dia pada Dassa... Toh dia tetaplah ayah dari janin yang hidup di rahimnya.

"Lo boleh marah, atau bahkan membenci gue seumur hidup. Gue memang pantas mendapatkan itu. Atau kalau lo mau gue  menyerahkan diri ke polisi, gue akan lakuin itu. Tapi gue gak akan biarin lo menanggung semua ini sendirian." Kata Dassa sambil menaiki satu demi satu anak tangga, hingga anak tangga terakhir di lantai dua. Akhirnya melihat pintu bertuliskan Ruangan Pemulihan.

Dassa membaringkan Mutia di salah satu ranjang yang kosong. Mutia masih enggan menatap Dassa, atau untuk mengeluarkan suara. Dassa menyadari kehadirannya yang mungkin malah mengganggu Mutia.

"Gue pergi sebentar, supaya lo bisa istirahat. Tapi gue akan kembali," pamit Dassa lalu menutup pintu setelah dia berada di luar.

***

Roy duduk sendirian di taman tempat dia dan Mutia biasa menghabiskan waktu. Lama dia berada di sana untuk menenangkan diri.

"Roy," suara tidak asing terdengar, Roy menoleh dan melihat Nisa.

"Beberapa hari ini kampus sepi banget. Gak ada Dassa, dan kamu juga jarang masuk." Cerita Nisa dengan mimik sedih.

"Dassa?"

"Iya Roy, aku udah putus sama Dassa,"

"Putus, kok bisa?" Tanya Roy.

"Dassa selingkuh, bahkan cewek itu kabarnya hamil Roy," Nisa hendak bersandar di lengan Roy, dia sudah menahan senyum lebarnya saat keningnya hampir menyentuh dada Roy, kecuali karena satu hal yang jatuh dari atas pohon dan hinggap di jaket Roy seakan langit pun belum merestui jika keningnya bersandar di lengan Roy.

"ULAT BULUUUU!" Teriak Nisa sambil berlari tunggang-langgang menuju mobilnya yang diparkir tidak jauh dari sana.

Roy tidak terlalu peduli pada Nisa. Dia hanya menoleh dan menemukan ada ulat bulu di lengannya, dia menyentilnya kesal lalu memandangi aktivitas anak anak yang bermain, berlarian ke sana ke mari dibalut wajahnya yang kembali muram. Roy memikirkan Mutia, bertanya dalam hati apa Mutia benar-benar semudah itu melupakannya? Apa sedangkal itu perasaan Mutia padanya?

Kesempatan KeduamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang