Dassa dan Mutia mengerjakan pekerjaan mereka secara profesional di kantor. Hampir setiap setengah jam Kinta selalu masuk ke ruangan Dassa untuk membahas banyak hal. Hanya Kinta, yang terlihat amat dekat dengan Dassa dan begitu leluasa. Mutia tidak bisa marah, walau dia sering melihat kedatangan Kinta dengan tatapan sebal.
Perusahaan Dassa ini memang sedang maju pesat. Banyak pihak yang ingin bekerja sama, dan Dassa sepertinya sudah bisa menikmati peran barunya. Di perusahaan ini banyak karyawan lama yang masih bekerja sejak ayah Dassa masih menjabat direkturnya.
Sepertinya hari ini Mutia mengambil keputusan yang benar untuk datang dan menghabiskan waktu di kantor. Dia jadi tahu suaminya bekerja bersama orang orang yang ahli di bidangnya dan profesional, kecuali Kinta. Entah kenapa Mutia belum bisa mempercayai gadis itu. Di luar rasa cemburunya karena Kinta selalu ingin dekat dengan Dassa, Mutia merasa Kinta memiliki maksud lain.
Resepsionis menghubungi Mutia mengabarkan jika Nisa datang bersama Satya. Jadi Mutia menggandeng Dassa yang sedang bicara pada Kinta, "Anak kita datang." kata Mutia dengan nada tidak ingin di bantah.
Kinta menutup dokumennya dan mempersilahkan Dassa pergi bersama sekertaris sekaligus istrinya.
...
Roy berhenti di depan lift, "Nis kamu aja ya yang masuk... Aku tunggu di sini." Pinta Roy.
Nisa tersenyum tipis, baiknya memang begitu. Meminimalkan pertemuan antara Roy dan Mutia adalah cara Nisa agar Roy bisa cepat move on. Nisa masuk ke dalam lift sambil menggendong Satya.
Saat pintu lift Nisa tertutup, lift sebelah terbuka. Dassa dan Mutia keluar bersamaan. Ketiga pasang mata itu bertemu. Roy memandang Mutia, dan melihat Dassa berdiri di belakangnya. Agak lama ketiganya diam terpaku, sampai akhirnya Mutia memberanikan diri bertanya pada Roy, "Nisa mana?"
"Baru aja naik," jawab Roy.
"Ya udah kita langsung ke atas aja," sergah Dassa lalu menekan tombol lift.
Pintu lift terbuka, Roy masuk lebih dulu disusul Mutia dan Dassa. Hanya ada mereka bertiga di dalam lift. Tiba tiba lampu lift berkedip dan mati. Goncangan keras sangat terasa dalam suasana gelap itu. Semua berpegangan saat lift berhenti bergerak. Lampu emergency lift mendadak menyala temaram. Dassa dan Roy saling menoleh, sedang Mutia terlihat memeluk lengan Dassa ketakutan.
Roy melihat pemandangan itu dan otomatis mengepal tangannya, dia tanpa berkata apapun hendak maju sambil melayangkan kepalan tangannya pada Dassa. Mutia yang melihat itu lebih cepat dari kesadaran Dassa langsung berdiri menghalangi tepat waktu, membiarkan tinju penuh cemburu itu memukul wajahnya.
BUGGH!
Sekali pukul, Mutia langsung lunglai tanpa sempat bisa merintih. Dassa menangkap tubuh istrinya.
"MUTIA!" Sergah Dassa, lalu menengadah memandang benci pada Roy.
Saat sadar siapa yang dia hantam barusan, kedua kaki Roy lemas bagai tidak bertulang. Dia memandangi jemari tangannya, apa yang barusan dia lakukan. Melihat Mutia merangkul lengan Dassa saat ia ketakutan, Roy terbakar api cemburu padahal Dassa telah menjadi suami Mutia. Sedangkan Roy tanpa sadar masih mengira Mutia adalah kekasihnya.
Dassa membaringkan Mutia di lantai lalu berdiri menarik lengan kemeja sepupunya itu. Sudah mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi, "Apa yang lo lakuin?!" Geram Dassa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Keduamu
RomanceDassa menjadikan Mutia sebagai alat balas dendamnya pada Roy, karena sepupunya itu beserta ayahnya adalah penyebab Dassa menjadi anak yatim piatu. Tapi siapa yang menyangka, jika bukan Roy yang hancur karena Mutia akhirnya mengandung melainkan Dassa...