Dassa menjadikan Mutia sebagai alat balas dendamnya pada Roy, karena sepupunya itu beserta ayahnya adalah penyebab Dassa menjadi anak yatim piatu.
Tapi siapa yang menyangka, jika bukan Roy yang hancur karena Mutia akhirnya mengandung melainkan Dassa...
Nisa dan Bi Ririn masih takjub memandangi Satya di dalam inkubatornya. Sedang Roy menghampiri Dassa yang berdiri di samping Bi Ririn. Ada wajah lelah yang tersirat pada sepupunya itu, sekaligus rona bahagia karena dia resmi menjadi seorang ayah. Roy tidak lupa apa tujuannya mencari Dassa, jadi semakin cepat akan lebih baik jika Dassa tahu soal semuanya.
"Dassa kita perlu bicara," kata Roy.
"Hari ini gue gak mau bahas apapun, gue mau bertigaan sama Mutia... Gue mau menikmati waktu dan gak ada yang boleh ngerusak moment itu," sambar Dassa sambil menepuk-nepuk pundak Roy.
"Tapi Dass ini penting,"
"Gak ada lagi yang lebih penting dari pada Mutia dan anak gue." Kata Dassa.
Dassa merangkul Roy, mereka kembali ke ruangan rawat Mutia. Roy memberi selamat pada Mutia, begitupun Nisa, juga Bi Ririn dan Mila. Sementara Mutia menceritakan bagaimana proses melahirkannya yang penuh drama pada Bi Ririn, dan yang lainnya. Hadiwinata yang duduk di sudut ruangan bersama Andini diam-diam memandangi Dassa dengan tatapan benci.
Mutia tertawa saat sadar dan ingat jika dia menjambak rambut Dassa dan menghempaskannya hingga Dassa tersungkur di lantai. "Kayaknya aku teriak trus kamu juga teriak kan Dass?" tanya Mutia pada Dassa dan diiyakan dengan anggukan Dassa.
Cerita itu membuat Roy ikut terharu, Roy mencoba tidak memperdulikan rasa sesak di dadanya. Rasanya sudah cukup melihat Mutia bahagia, sudah cukup melihat senyum tipis yang menghias wajah Dassa yang jarang dia lihat. Roy berusaha mengikhlaskan meski tidak mudah.
Nisa menggenggan tangan Roy. Memandangi genggaman Nisa, Roy hanya terdiam seakan memberi kesempatan pada jemari itu untuk memberinya kekuatan.
"Gue lapar, gue akan pergi ke kantin sebentar." Kata Roy lirih. Nisa mengangguk, Roy pasti belum sanggup berlama-lama di ruangan ini di mana dia melihat Mutia bersama Dassa.
Dassa refleks berdiri, "Lo ada di hari bahagia ini, gue udah cukup berterima kasih Roy." Balas Dassa.
"Mestinya ini yang harus gue lakuin sejak dulu, gak berada jauh dari lo Dass..." Seusai Roy mengucapkan kalimat itu, Dassa merangkul sepupunya itu, memeluknya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Entah apa arti pelukan itu namun Roy merasa terharu, bahkan yang ada di ruangan ikut merasakan hangat dalam hati mereka saat melihat kebersamaan itu. Namun tidak dengan Mutia, dia memandang lain makna pelukan itu.
Setidaknya setelah Mutia pergi dengan bayinya, Dassa takkan benar-benar sendirian. Bagaimanapun Roy masih adalah keluarganya.
...
Hampir malam, akhirnya semua pamit pulang meninggalkan Mutia untuk beristirahat, sedangkan Dassa masih terjaga. Dia berdiri di depan ruangan bayi memandangi puteranya yang lelap di dalam inkubatornya. Bisa memandangi puteranya dari jauh saja Dassa merasa amat bahagia.