Kesempatan Keduamu - 02

27.5K 940 6
                                    

Tujuh belas tahun kemudian...

Ponsel Dassa yang terjatuh di bawah ranjang terus bergetar sementara pemiliknya masih tertidur di bawah selimut. Dassa mengeluarkan tangannya dari selimut untuk meraba meja di samping ranjang sampai tidak sengaja menjatuhkan jam wekernya ke lantai.

Drrrtt... Drrrtt...

Tangannya kemudian meraba lantai dan berhasil menggenggam ponselnya. "Apa sih?!" Katanya kesal.

"Don, gue liat Roy udah keluar dari rumah nih, gimana jadi gak kita kerjain?" Tanya Robby, anak buah Dassa.

"Pake nanya?! Jadilah. Lo bikin bocor ban motornya kalau perlu mesin-mesinnya hancurin sekalian!" Jawab Dassa kesal dengan mata setengah terpejam.

"Oke Don."

Dassa membuka mata, dia keluar dari selimut untuk duduk mengumpulkan nyawa kemudian masuk ke dalam kamar mandi lalu tidak lama keluar dengan handuk yang menutupi bagian bawahnya seakan sengaja memperlihatkan perut six packnya. Dia membuka lemari lalu mengenakan kaos, membalutnya dengan kemeja dan celana jeans yang bolong di bagian dengkulnya.

Dassa keluar dari rumah, mengendarai vespa hitamnya dia akan pergi ke pasar tumpah yang berada tidak jauh dari kampusnya. Kedatangan Dassa menyita banyak pasang mata pedagang. Raut mereka bermacam-macam tapi kebanyakan hanya menyimpulkan wajah tidak senang dan enggan jika melihat kemunculan Dassa.

"Setor uang keamanan yah, ayo! Gue gak mau denger alesan!" Kata Dassa sambil mendatangi tiap-tiap pedagang. Di tangannya sudah terkumpul banyak uang yang dia genggam sambil menunggu pedagang kaki lima memberinya jatah.

Robby yang baru sampai langsung menghampiri Dassa. "Beres Don, udah gue bikin bocor ban motornya si Roy. Dipastikan dia bakal telat sampai kampus." Cerita Robby.

Dassa tersenyum tipis lalu memberikan uang itu pada Robby, "Nih, beliin nasi buat anak-anak di bawah kolong. Sisain sedikit buat makan malam kita. Gue mau ke kampus dulu." Titah Dassa sambil memberikan semua uang di tangannya termasuk kunci vespanya.

Dassa berjalan sambil melambaikan tangan pada bus penuh yang berjalan ke arahnya. Berpegangan pada tiang di pintu Dassa naik ke atas bus. Dia berdiri bersandar pintu sampai melewati gerbang perumahan elit.

"Tunggu! Tunggu aku!"

Seorang gadis berlari tunggang-langgang mengejar bus. Dassa menoleh ke belakang memandang gadis yang mulai kewalahan untuk bisa mencapai pintu belakang. Dassa mengulurkan tangannya, sedang gadis itu menerima jabatan tangannya dengan menggenggamnya erat, Dassa menarik tangan gadis itu hingga dia naik ke atas bus.

 Dassa mengulurkan tangannya, sedang gadis itu menerima jabatan tangannya dengan menggenggamnya erat, Dassa menarik tangan gadis itu hingga dia naik ke atas bus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Terima kasih." Kata gadis itu.

Tapi Dassa cuek dengan kembali memandang ke arah berlawanan.

"Namaku Mutia," gadis bernama Mutia itu menyodorkan tangannya pada Dassa yang masih tidak bergeming. Dassa mendengarnya, nama gadis ini Mutia, sekilas Dasaa sempat melihat wajahnya tapi dia tidak peduli.

Kesempatan KeduamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang