Jimin melangkah guntai menuju kamarnya. Hari ini sangat melelahkan baginya. Mulai dari kerjanya yang sangat gila, hpny yang hilang, dan gajihnya yang entah mengapa tiba-tiba turun tanpa alasan. Jimin menghela nafasnya berat. Dia memejamkan matanya, ingin mengistirahatkan pikirannya.
Jimin menoleh kearah mejanya, lalu dia tersenyum pahit. "Kau puas Park Jungkook?" Jimin mengambil figura foto tersebut, tangannya menggenggam erat figura itu. Ia sangat ingin membantingnya sekarang, tapi hati kecilnya berkata tidak. Dia mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia menaruh kembali foto itu, foto berisikan dirinya dan adik satu-satunya. Siapa lagi kalau bukan Jungkook.
Jimin memutuskan untuk tidur, lagipula ini sudah sangat larut. Dia melepas kaus kakinya, mengganti pakaiannya, dan menggantinya dengan pakaian yang lebih santai. Ditariknya selimut tebal itu. Belum juga 5 menit, Jimin sudah masuk ke dalam alam mimpinya.
***
"Hyung, kau mau kemana? Aku mau ikut juga!" Seorang namja berambut hitam dengan susah payah berlari mengejar kakaknya.Kakaknya tetap diam, menatap lurus kedepan dengan mata yang sudah sembab. Ingin hatinya kembali ke pelukan hangat adiknya, tapi kebencian sudah mengendalikannya. Dia tak peduli bahkan jika adiknya jatub sakit di tengah jalan.
"HYUNG! Mana aku tahu eomma akan melakukannya untukku? Itu bukan salahku!!!"
Langkah sang kakak berhenti, dia membalikkan badannya. "Bukan salahmu. BUKAN SALAHMU KAU BILANG! Lalu jika eomma rela bekerja keras hanya untuk membelikanmu obat? Bukan salahmu jika appa bahkan SAMPAI MENINGGAL karena mencari uang untuk anak bodoh sepertimu?! Mereka bahkan tidak pernah memperhatikanku! Mereka selalu saja fokus padamu! Kau penghancur hidupku. Jangan pernah panggil aku hyung lagi, aku tak sudi mempunyai adik sepertimu!"
"Hyung, jangan tinggalkan aku sendiri. HYUNG! PARK JIMIN!!!!"
Mata Jungkook terbuka lebar, keringat dingin keluar dari pelipisnya. Ingatan buruk soal kakaknya selalu setia datang dalam mimpinya. Jungkook keluar dari selimutnya dan pergi ke dapur. Dia membuka kulkas, berharap setidaknya ada secuil makanan untuk mengganjal perutnya hingga malam. Beruntung, tadi malam Jungkook diberikan sepotong roti oleh bosnya, itu lebih dari cukup untuk Jungkook.
Dengan lahap, Jungkook memakan roti itu tanpa tersisa sedikitpun. Dia meraih gelas disampingnya dan meminumnya. Baru saja dia merasa lega, dadanya kembali terasa sesak. Seperti ditekan oleh berton-ton karung beras di dadanya. Jungkook meringis menahan sakit yang ia rasakan. Dengan cepat dironggohnya sakunya, mencari obat yang selalu bersamanya. Jungkook segera meminum pil itu. Dadanya terasa lebih lega sekarang. Jungkook menatap paras wajahnya yang pucat di kaca. Dia seperti mayat hidup.
Jungkook mengehela nafas berat.
"Hyung, apa kau sama sekali tidak merindukanku?"
.
.
.
.
Ok maaf SEKALI kalau misalnya bener2 Pendek! Part 2 bakal jauh lebih panjang kok!
.
.
Jangan lupa vote, comment, sama rekomendasiin ke temen2 kalian! Love you💓
KAMU SEDANG MEMBACA
Good bye, Hyung [Jikook]
FanfictionAwalnya keluarga Park bahagia, mereka adalah keluarga kecil yang bahagia. Sampai akhirnya hari itu datang, ketika ayah dan ibu mereka meninggal, Jimin mulai membenci Jungkook. Apa yang terjadi antara mereka? . . . "Hyung, bisakah kau berhenti benci...