Jungkook menutup matanya erat, dia mengepal kedua tangannya kuat. Tidak, dia tidak boleh menangis lagi. Sudah cukup banyak air mata yang keluar dari matanya. Tidak, jangan keluar.
Jungkook terus berusaha sekuat tenaga menahan air mata itu keluar, menahan rasa sakit yang teramat sangat di hatinya. Rasanya hatinya seperti terkoyak, sangat menyakitkan. Jin diam sebentar, masih sibuk mencerna apa yang terjadi di sini. Jin melihat tubuh Jungkook yan sudah bergetar hebat, lagi-lagi dia begitu.
"Jungkook-ah, gwenchana? Hyung akan panggilkan dokter, tunggu sebentar," ucap Jin sambil menepuk pundak Jungkook.
Tapi tangan Jin sudah lebih dul ditarik oleh Jungkook, Jin menoleh ke belakang meminta penjelasan. Jungkook menggeleng pelan.
"Tidak hyung, kumohon biarkan aku bertemu Jimin hyung...Kumohon...Sekali saja...Hanya sekali...aku sudah tidak kuat, hyung. Rasanya kau mau mati...rasa sakit ini tidak pernah berhenti hyung...sekuat apapun aku mencoba, sakit ini tidak akan pernah hilang! Penyakit bodoh ini tidak akan pernah sembuh! Aaku akan mati bagaimanapun juga, jadi biarkan aku bertemu dengannya sebentar saja...hiks...," Jungkoo tidak bisa menahannya lagi, air matanya kembali keluar dari kedua matanya. Dia marah, sangat marah dan kesal pada dirinya sendiri. Mengapa dia lahir? Kenapa dia harus hidup kalau dia menderita begini? Kenapa dia harus sangat menyayangi Jimin? Jungkook hanya merasa semua yang ia lakukan hanya sia-sia, tidak ada hasilnya. Lagipulan, Jungkook tidak akna bertahan.
"Jangan berkata seperti itu! Kau pasti sembuh Jungkook-ah! Pasti!," yakin Jin sambil memegang kedua bahu Jungkook.
Jujur, Jin pun tidak tidak melihat dongsaeng nya seperti ini. Hidup di dalam rasa sakit yang terus menjalar di seluruh tubuhnya, hidup tanpa orang tua dan kasih sayang, Jin tidak tega, sangat. Kadang, Jin berpikir untuk melepas Jungkook, membiarkannya pergi agar dia tidak lagi merasa sakit. Tapi dia tidak bisa, itu akan sangat menyakitkan.
"Bertahan? Bagaimana aku bisa bertahan kalau kankerku sudah stadium 3 hyung..? Aku harus hidup dengan parasit yang ada di dalam tubuhku ini? Kau pikir itu enak hyung? Tidak hyung! Rasanya sangat sakit, sampai-sampai aku mati rasa karenanya!" teriak Jungkook tepat di depan wajah Jin.
Jin sedikit tercengang melihat Jungkook. Wajahnya sudah dipenuhi oleh aliran air matanya. Jin menghela nafasnya pelan, dia lantas memeluk Jungkook erat. Dia tahu, Jungkook pasti sangat kesulitan sata ini.
"Iya, hyung memang tidak tahu sesakit apa rasa sakit yang sedang kau alami sekarang. Tapi percayalah, ada hyung yang selalu ada disampingmu. Tak peduli bagaimana keadaanmu, hyung akan terus berada di smapingmu. Jangan khawatir, Jungkook-ah. Eoh?" tutur Jin tulus sambil mengelus rambut Jungkook pelan.
"Hiks..hyung...hiks..jinja appo.." lirih Jungkook sambil terus menangis.
"Tak apa Kook, menangislah sesukamu. Buang semua rasa resahmu itu, ceritakan semuanya kepada hyung."
Jungkook membalas pelukan Jin, dia merasa dirinya sangat menyedihkan. Jungkook sudah tidak bisa menyembunyikan apa-apa lagi, dia melepas semua rasa sakit dan kesalnya di dalam pelukan Jin. Semua kenangan pahitnya, semua rasa sakit yan harus ia tanggung, rasa rindu yang teramat dalam, semuanya ia keluarkan. Tangisan kian mengeras saat Jin membisikan satu kalimat, kalimat yang dapat membuat Jungkook dirinya hanyalah sampah dunia yang selalu merepotkan.
"Hyung akan selalu membantumu Jungkook-ah, meskipun hyung harus merelakan semua yang hyung punya."
Tanpa Jin sadari, sedaritadi pintu kamar rawat Jungkook sedikit terbuka. Taehyung yang tadinya hendak masuk mengurungkan niatnya, rasanya...sakit.
"Kenapa, Tae?" tanya Chaeyoung begitu melihat Taehyung membalik badannya.
"Kau duluan saja, aku mau membeli sesuatu dulu," uap Taehyung denga sedikit tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good bye, Hyung [Jikook]
FanfictionAwalnya keluarga Park bahagia, mereka adalah keluarga kecil yang bahagia. Sampai akhirnya hari itu datang, ketika ayah dan ibu mereka meninggal, Jimin mulai membenci Jungkook. Apa yang terjadi antara mereka? . . . "Hyung, bisakah kau berhenti benci...