Pertama, maaf buat keterlambatan update-nya. Sebagai permintaan maaf, minggu ini akan double update.
Selamat membaca😊
.
.
.
"MATI KAU MATI!!!"
Satu tembakan keras terdengar dari arah luar gedung. Sirine polisi mulai terdengar. Ji Won menghentikan aksinya. Matanya menatap marah polisi² itu. Dia mendecih.
Tangannya perlahan ia lepaskan dari leher Jungkook. "Tunggu saja kau, aku tidak pernah melepas mangsaku sebekumnya."
Ji Won segera berlari melarikan diri dari tangkapan para polisi. Mata Jungkook sudah tidak dapat melihat apa² lagi. Dia tidak pingsan, tapi luka di matanya membuatnya terlalu sakit untuk membuka matanya.
Yoona dengan panik segera menghampiri Jungkook. Dipeluknya anaknya itu. Tangisan Yoona pecah begitu saja. Dia merasa dia adalah ibu paling buruk sedunia. Bagaimana seorang ibu hanya diam saja ketika anaknya sekarat di depan matanya tanpa menolongnya?
"Eomma...eomma..minta maaf.."
Jungkook sudah tidak kuat melakukan apa². Rasa sakit disekujur tubuhnya membuatnya mati rasa.
Jimin keluar dari tempatnya bersembunyi. Entah mengapa dia malah menjitak krpala Jungkook kesal. Air matanya perlahan turun. Jungkook hanya menyengir tak berdosa ke arah kakaknya itu.
"Kau anak paling tolol, kau tahu?" Suara Jimin bergetar hebat. Sekuat tenaga dia berusaha untuk tidak menangis, tapi tentu saja usahanya tidak berhasil.
"Mianhe, hyung"
Beberapa petugas polisi masuk ke ruangan. Dengan sigap mereka membawa tubuh lemah Jungkoom ke atas bangkar dan segera memberikan pertolongan pertama. Dengan cepat mereka membawa bangkar itu ke ambulans dan membawanya pergi ke rumah sakit.
Yoona mengikuti dengan mata masih sembab. Jimin mengikuti di belakang. Perasaannya was-was. Jujur, dia takut. Sebenci apapun dia, hanya Jungkook satu-satunya keluarga sahnya. Hanya dia yang ia punya. Dia tidak mau kehilangannya lagi.
"Jungkook..." tangan Yoona terus menggenggam tangan anaknya itu.
Jimin hanya bisa melihat nanar saudara tirinya itu.
Bangkar dimasukan ke dalam ambulan, dibantu oleh beberapa petugas lainnya. Yoona ikut masuk ke dalam ambulan. Sedangkan Jimin dia hanya diam ditempatnya.
"Jimin-ah, kau gak mau ikut?" tanya Yoona sebelum petugas menutup pintu ambulan.
Jimin menggeleng. "Ada beberapa urusan yang harus kuselesaikan."
Yoona diam sejenak, lalu akhirnya mengangguk mengerti. Sebelum petugasnya benar-benar menutup pintu ambulan, Yoona berkata sesuatu pada Jimin. "Lakukan yang kau mau, tapi jangan tinggalkan jejak."
Ambulan mulai melaju menuju rumah sakit terdekat. Keadaan sekitar mulai terlihat sepi. Masih ada beberapa mobil polisi di sana. Beberapa petugas juga berjaga di depan pintu masuk gedung, siapa tahu Ji Won keluar dari sana.
Jimin masuk kembali ke dalam gedung itu. Dia dapat melihat petugas polisi yang masih sibuk mencari keberadaan Ji Won. Jimin baru saja mau menaiki tangga, sebelum langkahnya dicegat oleh seorang polisi.
"Maaf,selain petugas dilarang memasuki TKP."
Jimin mendecih. "Saya keluarga korban. Saya berhak untuk ikut turun tangan dalam kasus ini."
Petugas itu diam sejenak. Ucapan Jimin sebenarnya tidak benar-benar salah. Petugas itu terlihat berbicara ke walky talky-nya. Jimin menunggu dengan perasaan tegang. Petugas itu mengangguk setelah mendapat jawaban.
"Maaf, walau anda keluarga korban tetap dilarang. Serahkan saja semua ini pada kepolisian."
Jimin akhirnya menyerah. Dia keluar dari gedung itu. Dia hanya mengawasi apa yang polisi itu lakukan.
Beberapa menit kemudian, semua petugas keluar. Mereka melihat satu sama laiin.
"Bagaimana?" tanya salah seorang dari mereka.
Sisanya menjawab dengan gelengan kepala. Seorang pria yang terlihat cukup muda terlihat frustasi. "Bagaimana pun, kita harus menemukan wanita itu. Kalian tahu kan bukan hanya kasus ini yang berkaitan, tapi juga dengan pembunuhan berantai baru-baru ini." ucapnya.
Jimin menaikan sebelah alisnya. Pembunuhan berantai baru-baru ini? Apa maksudnya?
Jimin mendekati orang yang sepertinya adalah ketua dari kelompok itu.
"Permisi, apa maksudmu pembunuhan berantai?"
Pria itu menoleh ke arah Jimin. "Kau keluarganya?"
Jimin mengangguk.
"Kau harus bersyukur Yoona sunsaenim menghubungi kamu terlebih dahulu sebelum sesuatu terjadi padanya." pria itu menjulurkan tangannya. "Aku detektif Kim Namjoon, yang akan menangani kasus adikmu."
Jimin menyambut uluran tangannya. "Jadi, apa maksudnya pembunuhan berantai tadi?" Jimin mengulangi pertanyaannya.
"Kau tahu kan baru-baru ini masyarakat sedang digemparkan dengan pembunuhan berantai terhadap remaja laki-laki?" Jimin menjawab dengan anggukan.
"Kami menduga wanita ini adalah tersangka. Berdasarkan bukti dan juga kesaksian korban, semuanya cocok."
Jimin membeku. Apa-apaan? Wanita yang ia ajak bertemu, yang ia ajak kerjamasa, ternyata adalah pembunuh masal?
"Bukti apa yang kau dapat?"
"Ah maaf, untuk itu kita tidak bisa memberi-"
"Aku harus tahu siapa yang baru saja mau membunuh adikku." sela Jimin tegas.
Namjoon menghela nafas. "Pertama, berdasarkan CCTV. Saat adikmu diculik, sosoknya terlihat. Ciri-ciri yang diberikan oleh saksi-saksi pada kasus sebelumnya sangat cocok dengan wanita ini. Kedua, cara dia membunuh korban semuanya sama. Pertama dia akan menculik korban dengan cara mengajaknya kenalan, atau mengajaknya untuk 'berhubungan' dan akhirnya membiusnya baru ia bunuh."
Jimin kembali terdiam. Semua itu bukti yang cukup kuat. Apa lagi rekaman CCTV tadi. Perasaan Jimin campur aduk. Selama ini dia menyuruh seorang pembunuh masal untuk mengingatkan adiknya kembali soal memorinya. Dan tentu saja caranya adalah...menyiksanya.
Pertanyaannya adalah, apakah Jimin waras? Dia seperti memberikan santapan baru untuk Ji Won bunuh.
Sekarang dia menyesal kenapa jarang menonton berita.
Para petugas itu pamit undur diri. Kaki Jimin terasa lemas. Dia pergi ke depan gedung dan bersender di sana. Perasaannya campur aduk. Takut, menyesal, marah. Rasanya dia seperti menjadi penjahatnya di sini.
Jimin membuka hp nya dan membuka internet. Dia ingin mencari tahu lebih lanjut soal kasus ini.
Jimin membaca berita itu baik-baik.
Terjadi lagi sebuah pembunuhan di dekat Sungai Han. Mayat korban ditemukan tak bernyawa dengan keadaan mengenaskan. Kasus pembunuhan ini sedikit aneh dari biasanya. Korbannnya kali ini laki-laki berumur 20 tahun.
Ditemukan 20 tusuk di bagian perutnya. Di leher korban terlihat bekas cekikan. Korban diduga meninggal akibat kehabisan nafas akibat dicekik oleh sebuah stocking.
Pembunuhan kali ini motifnya sama dengan pembunuhan beberapa bulan lalu yang terjadi di daerah Gangnam.
Jimin sudah tidak tahu lagi. Jika saat itu Jungkook tidak ditemukan, mungkin sekarang dua sudah meninggal dengan keadaan mengenaskan.
"Jungkook-ah...mianhe.."
Hayooo. Kira-kira Ji Won siapa??/
KAMU SEDANG MEMBACA
Good bye, Hyung [Jikook]
FanfictionAwalnya keluarga Park bahagia, mereka adalah keluarga kecil yang bahagia. Sampai akhirnya hari itu datang, ketika ayah dan ibu mereka meninggal, Jimin mulai membenci Jungkook. Apa yang terjadi antara mereka? . . . "Hyung, bisakah kau berhenti benci...