Jimin memparkirkan mobilnya di basement kantor barunya. Hari ini, Jimin resmi menjadi pelatih vokal dan dance di salah satu agensi musik Korea. Jimin sedikit merapihkan pakaiannya. Hatinya berdegup kencang. Bagaimana tidak? Ini adalah salah satu pekerjaan impiannya sejak kecil. Setidaknya, bakatnya yang selama ini ia pendam bisa ia salurkan. Walau bukan menjadi idol.
"Jimin?"
Merasa namanya dilanggil, Jimin menoleh kebelakang. Senyuman muncul dari bibirnya.
"Chaeyoung-ah!"
Jimin berlari ke arah Chaeyoung, yang kebetulan ternyata adalah salah satu trainee di agensi tempat ia bekerja.
"Kenapa kau tidak bilang kalau sudah datang?" Jimin hanya menyengir. "Mianhe, aku hanya terlalu gugup sepertinya "
Chaeyoung mangut-mangut. "Ayo, kita jalan bersama saja ke atas. Kelas sudah mau mulai kan?"
Jimin hanya mengangguk kecil, dia mengikuti Chaeyoung yang sudah jalan lebih dulu. Chaeyoung adalah sepupu jauh Jimin. Mereka sangat dekat saat kecil dulu, sebelum Jimin memutuskan untuk pergi bersama tantenya ke Busan, kampung halamannya.
"Kau...sudah bertemu Jungkook?" tanya Chaeyoung hati-hati.
"Hhmm."
"Em...aku sudah bertemu Jungkook. Dia sudah besar ya? Dulu dia benar-benar seperti bayi, kalau di dekatnya saja sudah tercium bau susu." Chaeyoung tertawa kecil.
Senyuman tipis muncul di wajah Jimin, mengingat betapa lucunya sang adim dulu.
"Ah iya! Jungkook juga pernah jadi trainee di sini. Tapi dia keluar karena masalah kesehatan. Padahal dia sudah hampir debut."
"Bisakah kamu berhenti ngomongin anak pungut itu?"
Bulu kuduk Chaeyoung berdiri. Hal yang paling ia hindari jika bersama Jimin adalah jangan pernah membuatnya marah. Dia akan menjadi sangat dingin dan menyeramkan. Suaranya yang imut juga akan berubah menjadi dingin dan berat.
"M...mianhe."
"Hah, maaf. Aku hanya sedang senang hari ini, Chaeyoung. Jadi jangan mengangganggu mood-ku." kata Jimin dan langsung berlalu pergi saat pintu lift terbuka.
Chaeyoung menghela nafas panjang. Dia juga keluar dari lift dan mengikuti Jimin yang sudah jalan lebih dulu.
Tapi Chaeyoung tidak langsung masuk ruang latihan. Dia masuk ke kamar mandi perempuan dan masuk ke salah satu toiletnya. Dia mengeluarkan hpnya dan mencari kontak seseorang.
"Yeoboseyo?"
"Eoh, Jungkook-ah. Sepertinya rencana ini tidak akan berhasil. Membicarakanmu saja sudah dapat membuat mood-nya buruk. Kita harus mencari cara lain agar kalian baikan."
"Tapi bagaimana? Noona ada cara lain?"
"Nanti aku pikirkan. Sekarang, kau ke rumah sakit saja dulu. Hari ini kau ada jadwal terapi kan? Nanti aku susul."
"Arraso. Aku juga sudah di jalan bersama Tae hyung. Noona sudah janji akan membantuku, jadi tolong bantu aku."
"Hhmm... Noona akan berusaha. Tapi kau juga harus berjuang untuk kesehatanmu. Noona janji akan datang sekitar 3 jam lagi."
"Aku tunggu."
Chaeyoung memutuskan hubungan telfonnya. Dia memasukan hpnya ke dalam tas dan keluar dari toilet.
Sementara itu, Jungkook lagi-lagi harus memikirkan cara atau apa pun itu untuk memenangkan hati sang kakak kembali. Bukannya Jungkook egois atau apa, dia hanya merasa bersalah atas apa yang telah ia perbuat di masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good bye, Hyung [Jikook]
FanfictionAwalnya keluarga Park bahagia, mereka adalah keluarga kecil yang bahagia. Sampai akhirnya hari itu datang, ketika ayah dan ibu mereka meninggal, Jimin mulai membenci Jungkook. Apa yang terjadi antara mereka? . . . "Hyung, bisakah kau berhenti benci...