"Ingatan itu muncul tanpa permisi, menimbulkan ribuan tanda tanya yang memenuhi otak"
.
.
.
Jungkook membuka pintu kulkas, dia mengambil satu kotak susu pisang dari dalamnya. Jungkook berjalan ke arah sofa dan menyalakan televisi.Jungkook duduk dengan satu kaki diangkat ke atas. Dia meminum susu itu sambil terus fokus melihat ke arah televisi.
Terdengar suara pintu terbuka, Jungkook melihat ke arah pintu. Terlihat Taehyung masuk dengan lesu dan mata sembab. Jungkook jelas panik. Baru tadi pagi hyung nya itu bercerita soal masa lalunya dengan ceria, sekarang dia sudah pulang dengan keadaan yang menyedihkan.Jungkook buru-buru meletakkan susu pisangnya dan berlari ke arah Taehyung. Dia segera membantu Taehyung untuk duduk di sofa.
"Hyung kenapa?" tanya Jungkook khawatir.
Taehyung tersenyum kecil, senyum yang amat dipaksakan. "Hyung tak apa, Kook. Cape aja." jawab Taehyung sambil mengacak-acak puncak kepala Jungkook.
Jungkook menatap mata Taehyung dalam, terlihat sekali bahwa Taehyung sedang berbohong sekarang.
"Hyung tadi kemana?" tanya Jungkook. Tangannya sudah kembali memegang susu pisang yang sudah tinggal setengah.
Taehyung bergeming, dia tak mau menjawab pertanyaan Jungkook. Jika dia memberitahu bahwa dia baru saja bertemu Jimin, Jungkook bisa-bisa sekarang kabur keluyuran ke luar untuk pergi menyusul Jimin.
"Tadi hyung...habis beli..itu..anu.." jawab Taehyung gagap.
"Beli apa hyung?" Jungkook kembali bertanya.
"Ah! Hyung habis beli es krim tadi, tapi habis di jalan." jawab Taehyung asal.
Jungkook hanya mangut-mangut, dia percaya saja apa yang Taehyung ucapkan. Kemudian, Jungkook kembali bertanya. "Kenapa hyung nangis?"
Fix! Taehyung tidak tahu harus menjawab apa lagi. Dia harus mengarang cerita yang cukup masuk akal untuk adiknya ini.
"Em...bukan nangis, Kook. Tapi..."
"Tapi?"
"Tadi hyung di jalan...itu...eh..nemu video di sosial media, terus videonya sedih banget, ya hyung nangis."
Lagi-lagi Jungkook hanya kembali mangut-mangut mendengarnya. Baginya itu cukup masuk akal, Taehyung mudah sekali menangis.
Taehyung bernafas lega, untung Jungkook masih cukup polos. Jika saja Jungkook terus bertanya sampai memojokkannya, mungkin Taehyung sudha jujur.
Taehyung melepaskan mantel yang dipakainya tadi, udara di luar cukup dingin. Musim dingin memang sudah mulai berakhir, tapi hawa dinginnya masih sangat terasa. Taehyung ikut menonton televisi bersama Jungkook. Kadang mereka tertawa melihat tingkah konyol dari para pemain di acara tv tersebut.
"Hyung, aku kangen Jimin hyung."
Taehyung melihat ke arah Jungkook. "Kenapa harus kangen? Dia bahkan menginginkanmu mati, Kook."
"Tapi tetap saja. Hanya dia satu-satunya keluarga yang aku punya sekarang, ditambah dengan penyakit sialan ini yang mengharuskanku menjalani berbagai terapi menyakitkan. Hanya sekali saja, aku ingin kembali merasakan kehangatan dari seorang kakak, dari seorang Jimin hyung."
Taehyung hanya bisa diam mendengar pengakuan dari Jungkook. Rasanya, dia tak rela. Bagaimana Jimin bisa mempunyai seorang adik yang amat menyayanginya sedangkan dia sendiri tak peduli dengan keberadaan anak itu? Rasanya tak adil bagi Jungkook jika harus terus memikirkan orang yang bakhan tak memikirkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good bye, Hyung [Jikook]
FanfictionAwalnya keluarga Park bahagia, mereka adalah keluarga kecil yang bahagia. Sampai akhirnya hari itu datang, ketika ayah dan ibu mereka meninggal, Jimin mulai membenci Jungkook. Apa yang terjadi antara mereka? . . . "Hyung, bisakah kau berhenti benci...