19. Surat

336 55 2
                                    

HAPPY READING!

*

Jungkook menarik nafasnya dalam-dalam. Sedari tadi dia tidak bisa tenang. Entah sudah berapa gelas yang ia pesan untuk menenangkan dirinya. Hari ini akhhirnya tiba. Dia akan bertemu Jimin. Maksudnya bertemu, benar-benar bertemu untuk berbicara satu sama lain.

Ia masih tidak menyangka apa yang terjadi kemarin siang di kampusnya. Jimin mengajaknya bertemu dengan damai. Akhirnya mereka bertemu bukan untuk bertengkar.

Jungkook sebenarnya senang. Dia pikir kesempatan untuk berbaikan dengan hyung nya itu sudah semakin dekat. Keinginannya hanya 1, yaitu berbaikan dengan hyung nya, tidak lebih. Tapi mengapa sangat sulit untuk mendapatkannya?

Jungkook melihat ke jam tangannya, sudah pukul 12 lewat. Jimin telat.

Flash Back

"Apa yang harus aku lakukan Chaeyoung? Hyung benar-benar mengajakku bertemu?"

"Tentu saja bodoh, kau yang liat sendiri tadi!"

Jungkook menghela nafasnya. Dia tidak tahu harus berbuat atau bereaksi seperti apa. Di satu sisi ia senang, di sisi lainnya ia takut Jimin malah hanya akan mengucapkan kata-kata pedas yang memang pada kenyataanya semuanya benar.

"Kau terima saja dulu Kook, siapa tahu dia memang mau berbaikan?" yakin Chaeyoung.

Jungkook diam sebentar. Dia merenungkan segala kemungkinan sebelum akhirnya dia mengangguk tanda setuju.

Chaeyoung mengacungkan jempolnya. Dia mengetik pesan kepada Jimin. 

[Park Chaeyoung]

Jungkook menyetujuinya, mau bertemu kapan?

[Jimin oppa]

Besok jam 12 siang di caffe ***

Flash Back off

Jungkook terus memainkan kedua kakinya. Dia sama sekali tidak tenang. Sekarang sudah pukul jam 12.15. Sebenarnya dia lega Jimin telat. "Untung Jimin hyung telat, kalau tidak mungkin aku sudah teriak sekarang."

"Kenapa kau berteriak?" 

Tubuh Jungkook seketika menegang. Suara ini sangat familiar, dia kenal suara ini. Jungkook perlahan membalikan badannya ke belakang, benar saja. Itu Jimin. Dia sekarang sedang diam di ambang pintu caffe dengan kedua tangan dilipat di depan dada. Jungkook hanya tersenyum melihatnya, senyum yang amat dipaksakan.

"Maaf aku telat, ada urusan tadi di perusahaan." ucap Jimin begitu ia duduk di depan Jungkook.

Jungkook tidak menjawab. Dia tiddak tahu harus berkata apa. Melihat Jugkook yang hanya diam mematung, Jimin akhirnya akngkat bicara. "Tenang Kook, aku tidak akan meneriakimu."

Jungkook bernafas lega. Sedaritadi dia sudah mempersiapkan kedua telinganya juga mentalnya untuk menerima perkataan pedas dari Jimin. Jimin tersenyum tipis melihat ekspresi lega Jungkook. "Kau masih sama ya ternyata."

"Nae?" tanya Jungkook.

"Tidak, bukan apa-apa. Ngomong-ngomong, kenapa kau pesan begitu banyak minuman? Kau tidak minum berapa lama?"

Jungkook melirik ke arah meja, ada sekitar 6 gelas kosong di sana. Dia hanya bisa menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Aku hanya...gugup."

"Yah, wajar saja kan? Sepanjang kita bertemu memang kita selalu bertengkar."

Jungkook mengangguk pelan. Dia benar-benar merasa canggung sekarang. Apa yang harus ia lakukan?

Jimin tiba-tiba mengobrak-abrik tasnya. Jungkook terus memperhatikan gerak-gerak Jimin. Jimin tiba-tiba mengeluarkan sesuatu. Tanpa pikir panjang dia segera menyerahkan barang itu kepada Jungkook.

Jungkook menerimanya dengan bingung. "Apa ini?"

Jimin tersenyum miris. "Itu surat dari eomma. Hye Rin yang memberikannya padaku saat..." Jimin menjeda kalimatnya, dia menghela nafasnya. "Saat dia sedang sekarat. Dia bilang ini dari eomma untukmu. Maaf aku telat memberinya."

Jungkook menatap surat itu dan Jimin bergantian, Jungkook tersenyum senang. "Terima kasih hyung...sekali lagi aku min-"

"Kalau begitu aku duluan, aku ada jadwal lain." sela Jimin segera.

Jimin berdiri dan langsung pergi dari caffe itu. Jungkook menghela nafasnya, memang tidak mungkin Jimin memaafkannya secepat itu. Tapi Jungkook semakin yakin kalau Jimin tidak sepenuhnya marah dengannya. Peluang semakin terbuka lebar.

Jungkook kembali duduk ke kursinya. Dia melihat surat itu lamat-lamat.

"Busan, 1 September 2001...dari...eomma...?" Jungkook membaca tulisan di atas amplop surat itu. Amplop itu sudah terlihat tua.

Jungkook membukanya dengan perlahan, isinya ada 1 buah surat dan juga 1 foto. Jungkook membaca surat itu baik-baik. Tiap kata, tiap kalimat, tiap paragraf dia coba serapi baik-baik. Semakin dia membacanya, semakin sakit hatinya. Semakin banyak kalimat yang ia baca, matanya semakin kabur. 

"Eomma..."

.

.

.

.

.

NAH LOOH ITU SURAT APAAN?????

OK KARENA KEMAREN ADA 2 ORANG YANG MAUNYA FAST UPDATE, AKU BAKAL MULAI DARI SKRNG. BAGI YG GK SETUJU, BISA COMMENT SKRNG MAUNYA GMN. MAKASIH❣

Walau telat, aku mau ucapi  minal aidzin wal faidzin bagi yang merayakan🙏 maaf kalau aku ada salah😭

Selamat berlibur kalian!!!!!!!

Good bye, Hyung [Jikook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang