"Mwo? Eomma bilang apa?"
Jungkook membulatkan matanya, tak percaya apa yang baru saja ibunya bilang. Yoona terlihat resah. Siapapun dapat tahu ia juga tertekan akan hal ini.
"Eoh...kamu mau kan?" Yoona bertanya dengan hati-hati.
Jungkook terdiam sebentar. Ini rasanya terlalu aneh. Jungkook baru saja dipindahkan ke kamar rawat biasa karena kondisinya yang sudah membaik. Namun Yoona langsung masuk ke dalam ruang rawatnya dan segera menyuruhnya untuk melakukan tes DNA. Bukankah itu aneh?
"Tapi untuk apa eomma? Apa eomma tidak percaya aku ini anakmu?" tanya Jungkook, emosinya mulai naik.
Yoona menggeleng cepat. "Bukan begitu sayang. Eomma tahu kalau kau adalah anak eoma, kau adalah anak pertama eomma. Tapi hanya...appa-mu.."
Jungkook menaikan sebelah alisnya setelah mendengar nama 'appa' disebut. "Appa? Maksudmu pria yang tiba-tiba saja memukulku di kantor polisi?"
Yoona mengangguk pelan. "Nae, itu appa-mu. Dia tidak mau kau ada di hidupnya karena kau dianggap anak..."
"..anak haram?" sahut Jungkook tiba-tiba.
Yoona sedikit terkejut mendengar perkataan Jungkook. Yoona menghela nafasnya. Dia menggenggam tangan putranya itu. Dengan lembut ia mengusap punggung tangan Jungkook yang semakin hari semakin kurus.
"Percayalah pada eomma Jungkook, kau bukanlah anak haram. Eomma yakin itu. Karena itu, kita harus melakukan tes DNA untuk memastikan kau adalah anakku dan anak dari appa, nae?"
Yoona terlihat memohon dengan tulus. Jungkook awalnya sedikit ragu. Jujur, dia sedikit tersakiti mendengar hal ini. Dia merasa dirinya selalu salah, selalu dibenci oleh banyak orang tanpa alasan yang jelas.
"Jungkook-ah...jebal..."
Jungkook melihat mata ibunya, dia paling tidak bisa yang namanya melihat seorang wanita menangis. Apalagi kali ini mata Yoona sudah berair. Jungkook menghela nafasnya. Dia mengumpulkan tekadnya dan mengangguk setuju.
Yoona langsung memeluk tubuh Jungkook erat. Dielusnya surai hitam Jungkook dengan lembut, membuat Jungkook seketika tenang. Dan saat itu dia juga yakin, kalau ia adalah anak sah ibunya, anak kandung ibunya dan ayahnya. Dia sekarang yakin itu.
"Gomawo, Jungkook-ah..."
"Gwenchana eomma..gwenchana."
Dan disinalah Jungkook sekarang, sedang menunggu di kamanya dengan perasaan gelisah soal hasil tesnya. Setelah tadi suster mengambil sample darahnya, hati Jungkook tidak bisa tenang. Bagaimana jika dia bukan anak kandung Yoona? Bagaimana kalau nanti dia ditinggalkan lagi? Apa yang harus ia lakukan? Dan juga tatapan Dae Bong-ayahnya terlihat tidak enak. Terlihat sinis dan dingin.
Jungkook sedaritadi hanya memainkan selang infusnya hingga darahnya masuk ke selang infusnya. Dia hanya tidak bisa tenang. Dia tidak tahu harus bagaimana.
"Ya, bisakah kau diam? Aku risih melihatmu tahu!" Jimin mengumpat saat Jungkook mengganggu tidurnya.
"Hyung, aku takut."
"Wae..." tanya Jimin asal-asalan sambil terus berusaha kembali tidur.
"Kau belum aku ceritakan?"
"Cerita apa Jungkook..?" tanya Jimin dengan suara khas orang bangun tidur (ngebayanginnya aja udah...:)
"Hyung, Imo melakukan tes DNA untuk memastikan apa aku ini kandung mereka atau bukan."
"Eoh...MWO?!"
Jimin seketika bangun dari tidurnya. Jungkook hanya dapat menatap aneh kakaknya itu.
"Untuk apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Good bye, Hyung [Jikook]
FanfictionAwalnya keluarga Park bahagia, mereka adalah keluarga kecil yang bahagia. Sampai akhirnya hari itu datang, ketika ayah dan ibu mereka meninggal, Jimin mulai membenci Jungkook. Apa yang terjadi antara mereka? . . . "Hyung, bisakah kau berhenti benci...