"Jasa? Nggak nggak gue bukan cowok kayak gitu." Indra menyilangkan tangannya di dada.
"Ih lo tau aja hehe." Tya dengan sengaja menggodanya.
"Lo mesum!" teriak Indra membuat semua mata memandang.
"Ehh ssstt lo apaan sih malu-maluin aja."
"Lo yang apaan. Baru kenal juga udah mesum kayak gitu."
"Kegeeran banget jadi orang. Gue sengaja aja jailin lo. Ternyata lo asik juga buat jadi bahan jailan wkwk." Ia tertawa
"Udah lo ambil semua uang itu dan jangan lagi nyetorin muka didepan gue."
"Nggak. Gue bilang cuma butuh jasa lo!"
"Apa?"
Tya berpikir.
"Jadi supir pribadi gue."
Bu Desi baru pulang. Ia membawa ekspresi yang tak mengenakkan.
"Kenapa mah?" tanya Dania yang datang dari dapur dengan secangkir white coffe.
Ibunya tak menjawab. Beliau langsung masuk ke dalam kamar. Seperti abege lagi memang.
"Aduhh aduhh putih mulus." Dani berbisik sambil menepuk kepalanya.
"Lo kenapa?" tanya Dania
Dani tak sadar akan keberadaan Dania yang sudah lebih dulu di ruang tamu.
"Astagfirullahaladzim." teriak Dani kaget. Ia tak menggubris Dania yang ada dihadapannya. Ia langsung berlari entah kemana.
"Mereka pada kenapa sih."
Dering telepon Dania berbunyi.
"Rahmat."
"Dompet lo ketinggalan." suara cowok itu di sebrang telpon
Dania mengingat. Ah benar juga. Tadi ia menitipkan dompetnya ke Rahmat.
"Gue kesana ya."
"Ah jangan. Gue yang kesana. Lo dimana?"
Dania segera berlari ke kamarnya dan bersiap pergi. Kini ia menunggu bis datang. Mobil ibunya tak sanggup ia bawa.
"Bang ke senayan?"
"Iya cantik ayo masuk." kondektur itu turun sejenak dan kembali naik bersamaan melajunya bis.
Dania mencari kursi. Seseorang yang lebih tua darinya mengalah. Lelaki dewasa.
Ia duduk. Sesosok cowok yang tak asing baginya nampak di kursi depan.
"Jajang?"
"Eh Dania." ia tersenyum
Senyuman manis itu dapat Dania rasakan kembali setelah beberapa tahun lamanya. Jajang adalah seorang lelaki yang pernah ada di list gebetan Dania saat SMP.
"Mau kemana?" tanyanya masih tersenyum. Dania grogi. Ia membalas senyumannya dengan pipi tomat.
"Ke senayan hehe. Kok kamu disini? Bukannya di Bandung?"
"Iya aku pulkam dulu bentar. Mau ngapain ke senayan?"
"Ah mau ketemu temen sih." Dania menyelipkan helai demi helai rambutnya ke balik daun telinga.
Bis semakin sesak. Hingga tak ada ruang untuknya dan mantan pujaan hati untuk berbincang.
"Kok gak pake motor?" ketik Dania yang dikirimkannya pada Jajang. Nomornya memang selalu tersimpan di kontak. Namun semenjak saat itu ia tak pernah berani untuk mengirimnya pesan kembali.
"Gak bawa motor wkwk." balasnya membuat hati Dania berbisik "iya gue juga tau makanya dia naik bis.".
"Bukannya dulu bilang kalo pulkam suka bawa motor?"
"Kapan? Nggak juga ah."
"Ah oh ya? Gak tau deh aku lupa wkwk." namun saat ia mengirim pesan itu Whatsappnya sedang tidak online.
Dania memeriksa. Benar Jajang sudah tidak memegang hp. Ia fokus melihat jalan.
Ada perasaan senang dan malu bercampur aduk dalam hati Dania saat ini. Semenjak kejadian itu terjadi...
Flashback 6 bulan yang lalu...
•••
Note from Author:
"Hai apa kabar kalian? Kangen banget sumpah huhu :"). Maaf semenjak aku kerja jarang banget punya waktu luang. Apalagi akhir akhir ini kerja lembur terus. Makasih buat kalian yang masih setia menunggu karyaku update. Makasih juga buat kalian meskipun aku lagi gak aktif tapi kalian rajin buat nambahin Diam ke library kalian❤. Terharu aku :"). Kalo ada waktu luang aku sempetin buat update ya. Aku gak bakal kecewain kalian dan gantungin kalian berbulan bulan kok. Sabar ya :) Thankyou!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam [COMPLETED]
Любовные романыDiam. Apa sih yang pertama kali terpikir setelah mendengar kata itu? Suasana? Hening? Atau mungkin orang yang pendiam? Ini sebuah kisah tentang sang introvert yang berusaha keluar dari zona nyamannya. Mohon dukungannya^^ High Rank [22-11-18] #1 band...