58 - Menuju janji suci

3.4K 155 2
                                    

Suasana Mall sangat ramai. Banyak orang sedang belanja mingguan seperti hal nya Tya. Ia menyimpan belanjaannya di penitipan dan berbalik.

"Indra."

Indra senyum salting.

"Hai Tya." ucapnya gugup

"Lo kenapa aneh gini?"

"Gakpapa. Ajaib aja kita bisa ketemu lagi."

"Ah iya terakhir kita ketemu di kantor lo pas gue bertingkah aneh itu. So.. Sorry ya." kata Tya malu

"Gakpapa. Lo mau kemana?"

"Mau makan sih. Barusan abis belanja mingguan."

"Yaudah bareng aja kalo gitu."

"Gak usah. Tapi kalo lo yang traktir ayo."

"Sianjir."

"Gue becanda kali wkwk."

"Gakpapa deh ayo."

Mereka berjalan ke restoran cukup elit di Mall ini. Nampak seorang wanita tua menunggu disana. Indra pun mengajaknya duduk disamping wanita itu.

"Mah kenalin ini temen aku, Tya."

"Whatttt? Mamahnya? Gila beliau cantik banget." bisik Tya dalam hati

"Hai. Jadi ini yang sering diceritain Indra."

"Hai tante." Tya bersalaman dan cipika cipiki. "Ngomong-ngomong cerita apa ya? Hehe."

"Iya dia...." ucapan itu terpotong langsung oleh suara Indra.

"Gue mau lamar lo."

"WHAT THE FUCK! PRANK MACAM APA INI?!!" lubuk hati Tya

"Maaf ya kalo ngedadak gini." sambung Indra.

"Kok? Ini prank kan? Gimana ceritanya lo ngedadak lamar gue sedangkan lo sendiri belum kenalan sama keluarga gue."

"Lo juga kan baru ketemu Mamah gue."

"Tapi ini situasinya beda Ndra."

"Kamu bisa jawab setelah kami ketemu keluargamu ya nak." ucap Mamahnya menambahkan.

Mungkin dari perkataan Tya terdengar seperti nada menolak. Namun jawaban dari semuanya akan terungkap saat kedua keluarga mulai bertemu.

Gimana gak kaget coba tiba-tiba ada cowok super kaya, seorang CEO perusahaan mebeul yang masih muda, tampan ngelamar cewek amburadul kayak Tya. Haha mustahil!

"Maaf kalo udah bikin mood lo jadi jelek."

"Gakpapa hehe." entah senyuman Tya itu tulus atau hanya fake smile.

"Kamu sih terburu-buru gitu Ndra. Tya kan jadinya kaget. Makan aja jadi gak mood kayaknya wkwk." canda beliau

"Haha nggak kok tante."

Mereka makan bersama dengan dipenuhi rasa canggung diantara ketiganya.

•••

Whatsapp.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Curut udah makan siang?"

"Udah barusan. Kutu udah?"

"Udah dong. Tapi gak nyaman."

"Kenapa? Makanan kantin sana gak enak ya? Kasian."

"Bukan. Kan aku nyamannya berada didekatmu."

"Hahaha suruh siapa pindah sekolah."

"Huhuhu:("

"Erfan Suswanto! Mau belajar atau main hp?" teriak pak Edo yang sebelumnya sedang menerangkan di depan kelas. Semua anak menoleh dan berbisik.

"Bukannya dia anak baru ya? Kok udah bikin ulah aja."

"Mungkin itu alasannya dia dikeluarin dari sekolah lamanya."

Wasss... Wesss... Wosss...
Netizen emang ribet ya.

"Belajar pa. Tapi barusan kabar-kabaran dulu sama dia." jawab Erfan lempeng

"Sudah nanti aja pacarannya. Atau bapak sita hp kamu."

"Bentar ya pak."

"Curut, pak Edo mau ngomong."

Video call terhubung.

"Loh bukannya mau belajar lagi?"

"Pak Edo mau minta izin."

"Minta izin?" Dania kebingungan diantara teman kelas lainnya yang sedang ramai bermain game, karena saat itu kelas dania sedang jamkos.

"Ayo pak minta izin dulu ke dia kan kata bapak kita harus berenti dulu chattingannya."

"Kamu tuh ya!" teriak Pak Edo menghampiri.

"Hey kau gadis cantik yang ada di sebrang sana. Izinkan pacarmu untuk mengikuti kelasku dulu. Dan kalian boleh pacaran setelahnya." lanjutnya

Tawa keras terdengar seketika.

"Yaampun bapak. Yaudah gakpapa pa. Maaf udah ganggu. Selamat belajar!" jawab Dania tersenyum bersamaan dengan menutupnya panggilan itu.

Tring.

"Jangan lupa pake pakaian hangat Dan. Hari ini cuaca mulai dingin." -Rahmat

"Dania pulang sekolah langsung ke rumah ya. Ada acara lamaran kakakmu." -Mamah

"Papah gak bisa datang ke acara lamaran kakakmu. Tolong sampaikan ya sayang." -Papah

•••

Diam [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang