77 - Lambe turah

2.2K 92 1
                                    

Ruang kelas nampak penuh tak seperti biasanya. Mungkin anak-anak yang sering bolos sudah tobat. Alhamdulillah.

Citra terlihat sudah menunggu. Ia benar-benar sumringah saat melihat Dania masuk ke dalam kelas.

Dania melangkah menghampiri Citra dan duduk disampingnya. Namun tak lama setelah itu seseorang memulai gosip.

"Eh guys ngomong-ngomong ada yang baru putus nih. Sakit hati banget ya. Pantesan keliatannya lesu gitu. Kayaknya dia galau." kata Rani.

Maharani, sering dipanggil Rani. Sang ratu kecantikan tahun ini. Dia memang cantik. Sangat cantik. Namun keangkuhannya kadang membuat kebanyakan orang malah tak menyukainya.

Anak yang lain menanggapi perkataannya dengan gesit. Sepertinya mereka penasaran siapa yang sedang dibicarakan Rani.

Citra menoleh. Rani yang duduk di kursi paling belakang itu terus mengoceh.

"Kalian ga penasaran apa siapa orangnya? Yang pasti ceweknya sekelas sama kita."

"Siapa?"

"Mungkin sindy."

"Zara kali."

"Apa jangan-jangan Dania?"

Deg.

Siapa yang bilang begitu? Siapa?

Apa memang maksud Rani pun begitu? Dania target gosipnya kali ini?

"Hahaha gue kasih tau aja ya clue nya. Cowoknya itu anak De Bawangs. Kalian tau kan geng populer itu? Ya walaupun mereka sering ngutang di kantin."

"Siapa? Bontot kah? Gue denger dia pacarnya Lilis."

"Apa mungkin Toni?"

"Ah masa sih dia? Gue gak pernah denger dia deket cewek."

Citra menelan ludah mendengarnya.

"Erfan kali."

"Tapi kan dia udah pindah sekolah."

"Yang gue denger sih dulu dia pacaran sama Dania."

"Dania mana?"

"Dania Putri anak kelas kita."

"Apa iya sekarang mereka udah putus?"

Wass.. Wess.. Woss..

"Hah?" Citra kaget

Dania menoleh. Lalu tersenyum.

"Kenapa?" tanya Citra lagi

Dania menggelengkan kepalanya.

"Ya iyalah orang sekeren setampan Erfan mana mau ama anak yang kuper dan katro kayak dia. Malu-maluin lah." Lanjut Rani

"Hah beneran yang lo maksud itu Dania, Ran?" kata yang lain

"Haha siapa lagi. Gue aja males ngeliat dia yang sok pinter sok cantik itu." Rani melempar kotak pensilnya. Tepat sasaran pada kepalanya Dania.

Yang lain kaget atas hal yang baru saja terjadi. Dania tertunduk dibuatnya. Lemparannya memang gak terlalu keras. Tapi itu sangat memalukan.

"Ups." kata Rani dengan nadanya yang sok imut.

Dania sudah cukup sabar atas percakapan tadi. Tapi yang ini sungguh membuatnya geram. Tangannya mengepal. Ekspresinya tak terkendali.

Ia bangkit dan berlari keluar kelas.

"Dania!" teriak Citra berusaha mengejarnya

Dania terus berlari dengan emosinya. Bahkan air matanya pun sudah sejak tadi menetes membasahi pipinya.

Diam [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang