47 - Malu Malu Meong

5.4K 181 17
                                    

Dania keluar begitupun seseorang yang menubruknya dari belakang.

"Ah sorry." kata cewek berambut pendek memakai pakaian biasa, celemek kantin dan topi yang menutupi matanya. Mungkin dia staff kantin yang baru.

"Ngg.. Nggakpapa." jawab Dania bingung. Ia ingin meneliti namun orang itu langsung berlari tanpa menatap matanya. Aneh.

Dania kembali ke kelas. Sepi. Hanya dia saja yang sibuk menatap kejamnya dunia luar dibalik jendela.

Anak yang lain berhamburan masuk dan beberapa anak lelaki malah berganti pakaian di kelas. Pemandangan yang tak senonoh memang.

Anak perempuan sibuk mengantri di toilet, tak terkecuali Citra. Katanya mau menemani Dania disini. Dia kan sahabatnya.

"ANJING DUIT GUE MANA?" teriak Farhan. Cowok paling keren di kelas. Tapi dia juga orang yang tempramental.

Siswa yang lain berkumpul di tempatnya berdiri. Farhan lalu menoleh Dania.

"Lo kan yang nyuri duit gue?"

"Duit apaan gue nggak tau."

"Alah alesan. Sini mana balikin!"

"Beneran Farhan gue nggak tau."

"Di kelas hanya ada lo doang kan pas jam olahraga barusan? Ya berarti lo. Siapa lagi."

"Serius gue kesini cuma duduk di bangku gue dan diem disini." terang Dania masih dalam posisinya.

"ANJING BANGSAT!!" teriaknya melayangkan kepalan tangannya ke arah Dania. Seseorang menghentikannya. Cewek kantin yang berambut pendek itu!

Ia membuang tangan Farhan lalu melayangkan sebuah tonjokan dipipinya.  Farhan pasti tak tinggal diam. Amarahnya semakin berkibar. Ia langsung mengepal namun wanita itu tiba-tiba pergi.

"ANJINGGGG!!!"

Citra hadir disamping Dania. Ia berusaha menenangkan orang yang dianggapnya sahabat itu.

"FARHAN UDAH! JANGAN KASAR SAMA CEWEK. UANG GAK SEBERAPA, TAPI KALO LO NYAKITIN CEWEK. SAMA AJA NGEJELEKKIN IMAGE LO SENDIRI!" teriak Citra lalu mengajak Dania pergi.

Mereka berhenti di tangga dekat kantin lalu duduk disana. Citra menghilang sejenak lalu kembali dengan dua botol minuman.

"Nih." Citra menyodorkan sebotol untuk Dania.

"Hari ini hari sial lagi!" Dania membuka tutup botol lalu meminumnya seteguk.

"Gak ada yang namanya hari sial Dan. Semua hari itu baik. Hanya saja tergantung cara kita menyikapinya."

"Tapi Citra..."

"Udah tenang. Mungkin lo masih emosi."

"Hmm." Dania menunduk. "Oh iya gue mau tanya sesuatu."

"Apa?"

"Tentang obat merah lo. Kenapa ya..." ucapan Dania terpotong karena Citra mendadak harus mengangkat telepon.

"Iya nanti Citra selesaikan Mah." ucapan terakhir sebelum orang sebrang menutupnya.

"Dan maaf ya gue harus ganti baju sama lanjut gambar design."

"Nyokap lo designer?"

"Iya. Kadang gue juga suka kasih saran gambar buat Mamah. Ya itung-itung belajar." bohong Citra

"Hebat. Yaudah sana beresin. Sukses ya."

"Oke." Citra pergi dengan senyuman indahnya.

Krekk. Pintu itu perlahan membuka. Erfan masuk dengan mengendap-ngendap.

Diam [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang