56 - Mini Part

3.1K 156 3
                                    

Erfan berniat bangkit tapi Lilis menolaknya. Mata Lilis berbinar, seolah mengatakan kalau dia jangan pergi. Setelah sadar sudah terlambat untuk mengejar pacarnya, Erfan pun memutuskan untuk tetap tinggal.

Mobil Dania oleng. Untung saja tidak menabrak halte di depannya saat ia tiba-tiba saja menginjak pedal rem.

Rahmat bingung dengan satu mobil yang maju tak karuan ini. Ia yang tadinya sedang nongkrong santai lekas mendekat dan menerawang lewat kaca mobil.

"Loh Dania?" katanya kaget. Dania keluar dan memeluk Rahmat.

"Lo kenapa nangis?" tanyanya masih khawatir. Isak tangis Dania masih saja ada.

"Yaudah lo gak usah cerita dulu. Lo tenangin diri dulu ya." Rahmat mengajaknya duduk di halte dan memberinya air minum.

Dania mendongak lalu Rahmat menghapus air matanya dengan lembut.

"Udah lebih tenang sekarang? Kalo belum siap cerita gakpapa. Jangan dipaksain."

"Lilis sama Erfan.. Mereka khianatin gue Mat." hati Dania

"Gue gak bisa cerita semuanya."

"Kalo gak bisa ya udah jangan Dan."

"Lo gakpapa?"

Rahmat tertawa kecil. "Kok lo nanya balik? Justru gue yang lebih khawatir sama lo. Lo beneran gakpapa kan?"

"Nggak." Dania menggeleng dan menunduk lagi.

"Setidaknya gue bisa cerita siapa orangnya."

"Gak usah kalo gak siap. Gue anterin pulang ya."

"Mat." Dania menatap sayu

"Ini udah malem. Lo harus istirahat. Yuk pulang." Rahmat merangkulnya dan melepas jaket untuk memakaikannya pada Dania.

Dania bangun dan meneliti sekitar.

"Erfan beneran gak nyariin gue." keluhnya

Dania pulang diantar Rahmat. 50 meter di depan gerbang Rahmat turun agar ibundanya tidak merasa khawatir karena pulang dengan cowok asing.

"Pasti karena Erfan." Rahmat menduga

Jam 12 malam.

Tok.. Tok.. Tok..

"Dania kamu udah tidur?" bisik Erfan di depan pintu kamarnya.

Dania memang belum tidur, justru dia masih saja terngiang akan kejadian barusan.

"Dania buka dulu pintunya. Aku jelasin."

Dania tak berkutik sedikitpun. Ia hanya menatap pintu dari ranjangnya.

"Dan maaf bikin semuanya jadi gini. Kamu harus tau dulu detailnya. Makanya buka pintu ya. Takutnya berisik ganggu bu Desi sama kak Tya yang lagi tidur."

Dania malah nangis lagi.

"Dan ini gak seperti yang kamu liat. Aku emang khawatir sama Lilis karena dia bilang mau bunuh diri. Soal ciuman itu...." Erfan terhenti. Dania melangkah lebih dekat ke arah pintu.

"Dania." suara Erfan semakin terdengar berat.

"Lilis yang pertama nyium aku. Tapi aku terbawa suasana juga. Maaf Dan." Erfan meneruskan.

Jleb.

Napas Dania semakin sesak. Ia tak bisa menahan lagi derasnya air yang keluar dari pelupuk matanya.

"Erfan." gubris Dania

"Dan..." Erfan semangat setelah mendengar suara itu.

"Hatiku sakit, tapi aku juga mencintaimu." Dania terbatah-batah

"Izinkan aku untuk sendiri, Erfan."

Erfan mengeluh. Ia harus terima resiko atas semua perbuatannya. Memang seperti itulah sikap cowok bertanggung jawab. Ya semua manusia juga lebih baik begitu sih.

•••

Nanti sore atau malam insyaallah aku update full lagi ya. See u:)

Diam [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang