32 - Jadi siapa yang salah?

5.6K 182 0
                                    

Dania menunduk. Itu membuat Lilis semakin gemas. Tangannya mengepal geram. Lalu melayang ke arah wajahnya.

Seseorang menyeka itu semua dari belakang. Lilis mendongak.

"Jangan sakiti dia."

Ia melepas paksa tangannya yang sedang ditahan oleh lelaki itu. Emosinya semakin membara.

"ANJINGLAHHH!" tangannya hampir saja mendarat di pipi lelaki jangkung itu. Tapi ia menahannya dan segera berlalu.

"Lo nggakpapa Dan?" Rahmat memegang bahunya. Dania mendongak dengan air mata yang sudah berlimpah.

"Makasih Mat. Tapi kata Lilis bener. Ini semua gara-gara gue. Erfan celaka gara-gara gue." ucapan itu terdengar bersamaan dengan isak tangis.

"Kenapa sih lo segitu khawatirnya sama dia? Tapi dia sendiri malah diem dan gak berkutik sedikitpun saat lo tersiksa kayak gini."

"Tapi.. Tapi gue..."

"Lo suka sama dia?"

Dania menunduk. Dan terus menunduk. Rahmat memegang pipinya dan menengadahkan wajahnya untuk menyeka semua air matanya.

"Dan lo gak salah. Lo gak usah mikirin masalah ini lagi. Cewek berengsek tadi cuma cemburu. Dia sebenernya cuma mentingin perasaan dia yang terluka saat tau Erfan celaka."

"Lo kenal sama Erfan?"

Rahmat terdiam sejenak lalu berkata "Nggak. Tadi gue denger dari awal percakapan kalian."

Terus kenapa gak dari awal juga cegah Lilis nampar Dania?

Dia ada urusan sebelumnya.

Jadi gini...

Flashback 10 menit yang lalu...

Rahmat yang hendak berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguk temannya tak sengaja melewati warnet itu. Ia berhenti saat melihat Erfan alias Dani bersembunyi dibalik pohon mangga.

Rahmat menghampirinya dan sejenak ikut mengintip. Dilihatnya Dania dan Lilis sedang bertengkar hingga Lilis menamparnya.

"Maksud lo apa diem aja kayak gini goblokk?" Rahmat menarik bahunya kasar.

"Lo gak usah ikut campur ANJING. Ini bukan urusan lo."

"Gue heran deh sama lo. Lo itu suka kan sama Dania? Tapi lo suka juga liat dia kebully kayak gini demi belain lo? Punya hati nurani gak sih lo SETAN!!"

"TAIKKK!" Rahmat menghampiri mereka. Sedangkan Erfan membuka genggamannya dan menatap gantungan berinisial D itu.

Flashback selesai.

"Gue anterin pulang ya."

"Gak usah. Gue masih ada tugas."

"Gue tungguin."

"Gak usah Mat."

"Gak bisa. Gue takut lo kenapa-napa lagi."

"GUE BILANG NGGAK YA NGGAK RAHMAT!"

"Daniaaaa..."

Ia masuk kembali dengan sekaleng cola nya.

"Gue gak mau orang-orang terluka karena gue lagi. Gue emang pembawa sial." -Dania

•••

Diam [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang