25 - Ia segalanya

6K 213 0
                                    

Dani ngebut. Baginya keselamatan Dania lebih penting daripada keselamatannya sendiri. Ia terus saja memikirkan mimpi tadi. Hingga akhirnya dia kehilangan fokus.

Motornya oleng dan akhirnya terjatuh tepat disebuah halte bis persimpangan Senayan.

Motornya terpental. Ia tersungkur tepat dibawah kaki seseorang.

"Dani!" teriak dia yang ternyata Dania

Dania segera berjongkok dan mengamati Dani yang sudah terlihat lemas. Badannya memar dengan beberapa plester di tangannya.

"Dani bangun Daniiiii." suara Dania lirih. Ia menahan tangis.

Mendengar suara itu Dani terbangun. Perlahan ia membuka mata dan mendapati wajah yang selama ini ia cari.

"Da.. nia..."

"Dania!" sambungnya. Ia bangkit dan memeluknya segera.

"Dania lo lo nggakpapa kan? Lo baik-baik aja kan? Si Mamat si Mamat kemana? Dia nggak jahatin lo kan?"

Tangisan Dania tumpah. Bisa-bisanya dia sibuk mencemaskannya saat kondisinya sendiri sedang begini.

"Lo nggak seharusnya khawatirin gue. Lo sendiri yang baru aja kecelakaan tapi kenapa bisa-bisanya lo begini!" Dania melepaskan pelukan itu dan menutup wajahnya.

Dani membiarkannya sejenak dan mengusap air matanya.

Dilihatnya Dani pun ikut meneteskan air mata. Baru kali ini Dania melihat seorang lelaki menangis dihadapannya.

Rahmat datang dengan dua botol Teh Pucuk. Ia berhenti saat melihat kejadian itu. Bagaimana bisa Erfan ada disini katanya.

Ia berusaha mendekat dengan langkahan kecil. Namun akhirnya terhenti dan membalikkan badan. Ia tak ingin merusak suasana. Biarkan dia yang menyimpan sakit ini sendiri.

Dania mengajak Dani ke klinik 24 jam dan mendapatkan perawatan medis. Untungnya Dani diperbolehkan pulang juga dengan sekantung kresek obat untuk membantunya sembuh.

Dani kembali kuat dan bisa menjalankan motornya dengan seimbang. Kata dokter jangan terlalu banyak pikiran. Jangan stress. Apalagi jika sedang dalam perjalanan. Itu akan memicu kecelakaan seperti tadi.

Pikiran Dani tenang saat ini. Dania sudah ada dalam dekapannya. Mereka menyusuri Senayan dan segera pulang.

Dalam perjalanan...

"Lo kok bisa di halte sendirian sih? Emang si Mamat kemana?"

"Tadi dia bareng gue. Rencananya dia mau nganterin gue pake bis karena motornya lagi mogok. Terus dia ke minimarket dulu buat beli minuman. Tapi barusan dia pamit katanya ada urusan ngedadak."

"Tuh kan dia orang jahat. Bisa-bisanya ninggalin cewek sendirian larut malam gini. Tapi lo beneran gak di apa-apain kan sama dia?"

"Nggak kok Dan. Tadi abis ngambil dompet dia ngajak ke rumahnya. Ada acara lamaran kakaknya gitu. Tapi dia emang orang baik kok."

Dani menelan ludah. Syukurlah jawabnya. Setidaknya mimpi itu hanyalah sebatas mimpi.

•••

Diam [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang