24 - Dibalik topeng

6.2K 210 4
                                    

Dani terbangun di suatu tempat yang aneh. Buram dilihatnya. Ia mengucek mata dan nampaklah seseorang dengan topeng Hulk.

"Anjirr."

Dani melihat sekeliling. Sebuah gubuk kecil dengan rotan yang sudah rapuh. Tempatnya kotor bahkan sempit karena banyaknya alat perabotan rumah yang sudah tak layak pakai.

Lelaki jangkung itu mendekat. Ia tersenyum licik dibalik topengnya. Dani meningat. Bibir itu mengingatkannya pada Rahmat.

Dani mencoba kabur namun ia baru tersadar bahwa ada tali yang mengikat erat tangan dan kakinya. Bahkan sesekali aungan anjing diluar sana mengisyaratkan bahwa ia sedang terjaga.

"Lo siapa anjing!" Dani mulai kesal. Ia terus memberontak dan menggoyangkan tangannya.

Topeng Hulk dibukanya. Wajah Rahmat yang terlihat. Benar dugaannya. Senyuman licik itu memang milik Rahmat.

"MAMAT MAKSUD LO APAAN NYULIK GUE GINI HUH? GUE BUKAN PERAWAN!"

Rahmat memalingkan wajah dan terkekeh kecil.

"Sabar dong Erfan alias Dani!"

"ANJING TAI LU SETAN KALO BERANI AYO SPARING SEKARANG JUGA BUKANNYA MAIN LICIK GINI GOBLOK!"

"Apa si pembohong demi dapet semua yang dia mau gak bisa disebut licik juga?"

"Lo tau darimana gue Erfan?"

Rahmat mendekat. Ia melepas kasar kumis tipis yang dipakainya. Dani tak menjerit hanya saja ia mengeluarkan sedikit suara kesakitan.

"Dania! Sekarang lo jadi tau kan yang selama ini modusin lo itu siapa?"

Dania muncul dibaliknya dengan dua orang preman yang mengiringinya.

Penampilannya sudah kusut. Rambut bahkan pakaiannya pun sudah berlubang.

Dani tersontak kaget. Ia menatap haru Dania yang saat ini menunduk takut.

"Dania lo gak diapa-apain kan sama si anjing ini?" suara Dani berat tapi pelan.

Dania mendongak sebentar lalu menangis.

"Dania gue gak maksud buat bohongin lo. Ada satu dan hal lain yang bikin gue nekat kayak gini."

"ALAH BACOT ANJING!" kata Rahmat segera menyeret Dania ke hadapan Dani yang terduduk lemas.

"Ini kan yang lo mau ini???!!"

Rahmat terus saja mendorong dan menjambak rambut Dania. Lalu akhirnya tersungkur ke hadapannya.

"Nih ambil aja gue udah gak butuh. Tadi gue udah puas banget sama dia. Mantap loh Dania itu beuhh."

Dania mendekati Dani dan bersembunyi dibalik punggungnya.

Mata Dani membelalak mendengar apa yang barusan dikatakan bocah mesum itu. Feelingnya tentang Rahmat dulu memang benar terjadi. Dari wajahnya saja sudah kelihatan kalo dia itu cowok yang berengsek katanya.

Dani menyuruh Dania untuk segera membuka lilitan itu. Namun butuh waktu lama untuk membuka semuanya. Ditambah kondisi Dania yang sudah sangat lemas.

Dengan bacotan terakhirnya Rahmat akhirnya pergi.

"MATI KALIAN!"

Sebuah api menyambar. Gubuk itu hampir terbakar seluruhnya. Dania masih kesulitan untuk berdiri. Lagipula lilitan itu belum terbuka. Ia bingung. Apa yang harus dilakukannya. Mata Dani semakin lemah dan akhirnya terpejam.

"Daniiii!!! Daniiii!!!"

Dani kaget lalu terbangun dari mimpinya. Ia segera membuka pintu kamar mendengar suara Bu Desi yang menyapa sedari tadi.

"Dania mana ya? Kok belum pulang jam segini?"

Dani bingung. Ia tak bisa menjawab apa-apa karena memang sejak berangkat Dania tak memberinya kabar. Ia berusaha menenangkan Bu Desi dan akhirnya memutuskan untuk mencari Dania larut malam ini.

Pukul 11 malam dilihatnya. Ia kembali ke meja dan mengambil kunci motor beserta hp. 1 missed call dilihatnya. Dari Dania.

"JANGAN SAMPE MIMPI ITU JADI KENYATAAN!"

•••

Diam [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang