40 - Kisah perjuangan

5.7K 162 1
                                    

"Lo nggak papa?"

"Nggak kok." jawab Dania ingin bangkit. Rahmat membantunya. Segera Dania membersihkan debu yang menempel di bajunya.

"Maaf ya Dan."

"Iya kalem aja." Dania meneliti lagi ke stand wayang golek itu. Syukurlah Erfan masih ada disana. "Gue kesa...." omongannya terpotong Rahmat.

"Lo mau kemana? Gue anter. Mau shopping kan?"

"Ah iya tapi gue mau.... Loh?" Dania heran saat ia menatap stand lagi Erfan sudah hilang.

"Kenapa?" Rahmat ikut menoleh ke arah Dania memandang.

Dania menunduk. Kenapa secepat itu ia pergi?

"Ayo kita ke toko souvenir Mat."

Billa House namanya. Toko souvenir paling laku di daerah sini. Selain barangnya yang lucu harganya juga sangat ramah di dompet.

Dania membeli manik-manik kecil untuk tugas kerajinannya nanti. Rahmat hanya melihat-lihat saja.

"Gue boleh kan mampir ke rumah lo dulu?" tanya Rahmat saat menaiki motornya.

"Hmm? Yaudah ayo."

Dania naik, dan mereka melaju dengan tancap gas.

Sesampainya di rumah Rahmat dipersilahkan duduk di ruang tamu, sedangkan Dania mencari Dani agar membuatkan minuman untuk Rahmat.

Dania sudah mencari ke setiap sudut rumah. Namun batang hidung Dani tidak terlihat sedikitpun.

Dania cek hp. Ada satu Whatsapp dari Dani. 2 jam yang lalu.

"Gue pulang dulu ya. Mau cek adek gue. Kasian kalo dia belom makan. Lo tau sendiri kan gue yatim piatu."

Dania membuat segelas kopi yang sebelumnya telah di request Rahmat.

"Lo tiap hari home alone gini? Gak ada pembantu atau semacamnya gitu?" kata Rahmat saat Dania datang dan duduk dihadapannya. Ucapan Rahmat memang sengaja seperti menjurus agar Dania menceritakan tentang Dani.

"Kalo dari pagi sampe sore sih iya. Mamah sama kakak gue kan kerja."

"Masa hari sabtu gak libur sih?"

"Kak Tya lagi banyak kerjaan. Kalo Mamah dia ada jadwal ngajar di sekolah yang lain."

"Em gitu. Gak ada pembantu ya?"

"Nggak. Cuman adanya tukang kebun."

"Yes akhirnya dia ngomong tentang si Dani juga." -Rahmat

"Tukang kebun? Kenapa gak sekalian pembantu aja biar lebih ngebantu beresin pekerjaan rumah yang lain?"

"Dia juga suka bantu kok."

"Em ya ya. Terus sekarang mamang tukang kebun itu kemana? Kok nggak keliatan?"

"Namanya Dani. Barusan dia izin pulang dulu."

"Iyalah pasti izin orang si Erfan yang lo liat tadi itu si Dani." -Rahmat

"Dan." Rahmat menghampiri, duduk disamping Dania.

Dania menjawab hanya dengan tatapan sekilas.

Wajah Rahmat semakin mendekat. Semakin dekat hingga tubuh Dania mentok di punggung sofa.

"Em Mat gimana kalo kita nonton DVD aja?" Dania berusaha keluar dari suasana menegangkan itu. Rahmat mundur sedikit. Ia tampak mikir.

"Hmm boleh juga." jawabnya tersenyum nihil.

Diam [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang