96 - Saintek vs Soshum

1.8K 67 1
                                    

"Ujian TPA (Tes Potensi Akademik) nya bareng yuk." -Erfan

"Tapi lo kan pasti ngambil Saintek. Gue Soshum."

"Gapapa pokoknya harus bareng di tempat yang sama."

"Lo ngambil apa?"

"Kedokteran. Lo?"

"Psikologi."

Note

Saintek : Kepanjangan dari Sains dan Teknologi. Yang biasa dikenal dengan kelompok IPA.

Soshum : Kepanjangan dari Sosial dan Humaniora. Yang biasa dikenal dengan kelompok IPS.

Campuran : Gabungan antara kelompok Saintek dan Soshum.

Dania teringat akan keinginan Rahmat untuk masuk kuliah jurusan Ilmu Politik/Hukum. Tapi kan dia satu kelas sama Erfan yang berada dibawah naungan IPA, berarti Saintek.

"Sayang kamu kan sekolahnya IPA. Kok mau ngambil jurusan Hukum?"

"Iya sayang aku mau keluar dari zona nyaman aja. Siapa tau beruntung."

"Hmm oke."

Hari ini berubah menjadi hari berikutnya. Napas yang sama masih terasa. Syukurlah.

Rahmat berencana untuk belajar bareng dengan ceweknya. Namun bukan di rumah. Melainkan...

"Kamu ngapain ngajak aku ke tempat kayak gini?"

Kebun binatang.

"Ya gakpapa dong. Suasa baru. Sumpek kan kalo belajar di rumah terus."

"Ya kali kita harus belajar sama singa?"

"Sama simpanse juga nggak papa." Rahmat ketawa

Mereka sedang di dalam kandang Singa. Dan sebelahnya lagi Harimau.

"Ah gak mau ah. Antimainstream banget sih."

"Haha pengalaman sayang. Tuh orang-orang pada ngeliatin kita disini."

"Ya iyalah niat mau belajar malah obral nyawa kayak gini. Gimana kalo kita dimakan?"

"Gak. Singa nya udah jinak. Tuh tetangga kita Harimau. Kamu mau kesana?"

Tiba-tiba sang singa mendekat.

"Matttttttt....." Dania bersembunyi diketiaknya. Dia malah tertawa. Pengunjung yang lain sibuk mengambil gambar dan video.

Tak lama penjaga datang dan membiarkan mereka keluar. Ya mau gimana lagi. Dania sudah ketakutan setengah mati.

Mereka duduk di sebuah kayu pohon yang kuat. Rahmat membiarkan ketakutan pacarnya mereda.

"Takut banget ya?"

"Banget bangettttt." teriak Dania. Lelaki itu merasa gemas lalu mencium pipinya.

"Ihhh mamat maluuuuu dong diliatin orang."

Rahmat semakin gemas padanya.

Mereka berdua pun jajan es krim lalu setelahnya mulai belajar. Pengalaman yang baru serta langka belajar di kebun binatang.

Hari semakin sore. Andai saja tadi berangkat dari pagi mungkin tidak akan kesorean kayak gini.

Sebelum pulang ia mengajaknya ke toko hewan. Membiarkannya melihat-lihat.

"Kamu mau apa?"

"Nggak. Aku udah ada Wuwu di rumah. Tapi anjing ini lucu banget. Kalo aku punya dia pasti aku namain Miku. Tapi Miku bakalan galak nggak ya sama Wuwu. Takutnya Wuwu dimakan. Tapi mana mungkin juga aku beli. Harganya mahal. Uangku cuma cukup buat ke tempat tes TPA nanti. Ayo pulang!"

Rahmat tersenyum mendengarnya. Entah itu sebuah kode atau apa. Yang jelas Rahmat benar-benar membelikannya anjing itu.

Di tempat parkir.

"Hah kamu beli Miku? Buat siapa?"

"Ini kan Mikunya kamu."

"Hah? Serius?"

Rahmat mengangguk. Dania senang bukan main. Ia memeluknya tanpa sadar ada tukang parkir yang sedang menunggu mereka naik.

"Ekhem." dehem Mamang itu. Sontak mereka naik dan meninggalkan toko hewan itu.

Di tengah perjalanan mereka berhenti. Ingin berfoto dengan pemandangan yang indah.

"Kamu jaga Miku baik-baik ya."

"Iya pasti."

"Ayo foto." Rahmat menyiapkan Hp nya.

" Rahmat menyiapkan Hp nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo pulang keburu malem."

"Oke sayang. Makasih ya. Hari ini aku senang banget. Banget.... Bangettttttt."

Selama perjalanan Dania bersandar ke punggungnya Rahmat. Lama sekali. Mungkin dari tadi dia ketiduran. Rahmat memegang lengannya yang melingkar di perutnya. Takut jika Dania jatuh.

Sampai di rumah jam 7 malam. Rahmat membangunkannya namun tak ada respon. Ia turun sambil menahan posisinya yang masih tetap sama. Ia berusaha membangunkannya. Namun hasilnya tak memuaskan.

Dania pingsan.

"Sayang. Bangun sayang. Kamu kenapa? Kamu pingsan? Sayang." Rahmat khawatir. Lantas datanglah bu Desi yang memang sedari tadi sudah badmood karena suaminya belum pulang.

"Yaampun Dania kenapa?"

"Nggak tau tante aku kira tidur tapi mungkin pingsan."

"Ih kenapa lagi sih hari ini. Udah mah si Kiki belum pulang. Ini lagi anak orang malah dibikin pingsan." bu Desi marah

"Maaf tante. Saya bener-bener nggak tau."

"Udah bawa sana ke kamarnya. Ayo cepet!"

Rahmat menggendongnya dan merebahkannya diatas kasur. Bu Desi menelpon dokter untuk memeriksanya segera.

Rahmat dan Miku pulang sesuai dengan permintaan beliau. Ia merasa tak enak telah membuat anaknya begitu. Tapi siapa yang mau jadi begini kan?

Dania diperiksa. Kata dokter Maag nya kambuh. Penyakit liver nya makin parah.

"Liver? Kok saya baru tau kalau anak saya sakit liver?"

"Sebelumnya Dania sudah minum obat. Cuman tidak terlalu rajin. Harusnya rajin minum obat dan istirahat. Badannya jangan kecapean. Tolong jangan banyak pikiran juga."

"Baik dok."

"Ini resepnya. Sebenarnya sama dengan obat-obat sebelumnya. Hanya saja takutnya dia lupa minum terus obatnya hilang. Ini tinggal tebus ke apotek."

"Baik dok. Makasih banyak ya."

"Iya sama-sama."

Dokter itu pergi. Dania masih terlelap sampai siang hari esoknya.

Perlahan ia membuka mata. Melihat sekeliling. Ada Mamah dan Om Kiki dihadapannya.

"Ada apa Mah?" tanyanya yang aneh dengan hal yang tak biasa ini.

"Kamu harus rajin minum obat ya."

"Obat? Rahmat mana? Terakhir aku lagi sama dia."

"Udah istirahat dulu. Cepet makan. Dari semalam kamu pingsan. Mamah khawatir."

"Pingsan?" Dania masih tak mengerti keadaan yang terjadi. Ia memeriksa Hp nya. Tak ada satupun pesan maupun telpon dari pasangannya. Dia kemana?

•••

Diam [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang