85 - Angel Alien

1.8K 80 0
                                    

"Gue suka sama lo Mat." tegasnya lagi

"Semenjak putus sama Erfan kan? Terus selama ini lo kemana aja? Lo nggak niat buat jadiin gue pelampiasan doang?"

Deg.

"Kok ngomong gitu." Dania sedikit kecewa

Hati Rahmat berkecamuk. Ia tak bisa berkata apa-apa lagi. Jujur dia sayang Dania. Tapi ada apa dengan hatinya saat ini? Harusnya dia bangga merasa berhasil menaklukannya dan bisa menyombongkan diri pada Erfan karena telah memenangi pertaruhan itu. Tapi mengapa semua rasa ini biasa saja? Mengapa?

Rahmat pergi. Ia meninggalkan Dania sendirian disana.

"Rahmat....." tangisannya tak bisa dihentikan.

Sungguh. Mengapa semuanya jadi begini? Ini suatu hal yang tak diharapkannya sama sekali. Apa mungkin ia salah lagi melabuhkan hatinya? Tapi mengapa disaat Erfan pergi Tuhan memberi Rahmat dengan segala kelebihannya dan membuatnya jatuh hati. Lalu mengapa akhirnya Rahmat juga pergi?

"Mungkin gue udah ditakdirkan buat menyendiri." keluhnya.

Ia memesan Grab. Bukannya pulang namun ia malah pergi ke cafe tempatnya dan anak lain biasa menongkrong.

Prustasinya makin memuncak. Sudah masalah Mamah di rumah. Masalah Citra di sekolah. Ditambah masalah percintaannya yang rumit. Dengan nekat ia memesan bir.

Pelayan menuangkan bir di gelasnya. Selangkah lagi gelas itu menempel dibibirnya namun satu lengan menahannya.

"Stop."

Dania menoleh. Reynand dihadapannya.

"Rey. Kok lo ada disini?"

Reynand menurunkan gelasnya lalu membuka topi kerjanya.

"Gue kerja part time disini. Lo kenapa?"

Dania menunduk. Terasa sekali bahwa napasnya sangat berat.

"Ada masalah? Tentang?"

Dania masih dalam posisinya.

"Lo bisa cerita. Gue siap dengerin."

"Nggak. Gue nggak percaya lagi manusia."

"Hmm?"

"Semua orang yang gue percaya akhirnya malah nyakitin dan pergi. Semuanya."

"Nggak semua gitu Dan."

"Terus siapa yang nggak termasuk huh?" bentaknya.

"Gue. Lo bisa andelin gue." jawab Reynand tetap tenang.

Dania menunduk lagi lalu meraih gelasnya kembali.

"Lo bisa kan percaya sama gue?" kata Reynand menahannya lagi agar tidak minum.

Dania menghempasnya lalu meneguk habis bir yang sudah tertuang itu. Tak hanya sekali, ia terus saja menuangkan dan meminumnya hingga beberapa kali.

"Dan." Reynand menahannya lagi lalu gelas itu terlempar dan pecah.

Reynand keluar dari tempatnya dan duduk disamping Dania. Ia sudah oleng, sudah mabuk.

"Rey lo bisa gue andelin kan?" tanyanya dengan nada yang tak jelas.

"Iya. Lo bisa cerita apapun ke gue. Gue bukan manusia seperti yang lo temui sebelumnya."

"Gue udah nyerah banget sama hidup gue Rey. Gue udah nggak tahan lagi."

"Lo bisa lewatin semua ini. Gue yakin lo orang yang kuat. Mana mungkin Tuhan beri ujian diluar batas kemampuan hambanya."

"Rey. Gue udah nggak punya siapa-siapa lagi disini. Nyokap sibuk sama suami barunya, dia sibuk nafkahin suami dan mertua barunya. Kakak, sibuk sama pernikahannya. Citra, dia nusuk gue dari belakang. Erfan, udah khianatin gue berkali-kali. Rahmat, hilang gitu aja. Sisanya gue udah gak percaya mereka. Buktinya orang yang paling gue sayang aja gitu. Apalagi orang lain."

"Lo nggak sendiri disini. Mereka sayang sama lo. Tapi sudut pandangnya aja yang beda."

"Sayang? Lo bilang mereka sayang? Sayang tuh nggak kayak gini. Sayang tuh menjaga. Bukan nyakitin dan pergi. Lo.. Lo mau pergi juga?"

"Nggak Dan. Gue disini buat lo."

Dania mengangguk senyum. Tubuhnya sudah lemas. Ia tak bisa mengontrol diri.

"Kasian dia udah ada dipuncak depresinya." bisik Reynand dalam hati

"Rey..." Dania semakin mabuk

"Iya."

"Lo mau kan jadi pacar gue?"

"Huh?"

"Mau kan? Gue butuh seseorang disini. Gue butuh tempat bersandar."

Gubrakkk...
Kepalanya tepat bersandar dibahu Reynand. Ia tidur dengan segala macam emosinya.

Reynand membiarkannya sejenak. Lalu ijin pulang untuk mengantarnya.

Reynand menggendongnya dan membawanya kedalam mobil.

Tringgg..

Tiba-tiba Erfan menelponnya. Mungkin kebetulan. Tapi ia hanya fokus pada gadis malang itu.

Reynand mengangkatnya sampai kamar setelah mendapat ijin dari Bu Desi. Ia merebahkan Dania di tempat tidur dan menyelimutinya.

"Hani. Wajah dalam sifat yang berbeda." bisiknya saat mengusap kepala Dania. Ia memang mirip dengan mantan kekasihnya yang sudah tiada, Hani.

Reynand berdiri. Mematikan lampu dan membuat sebuah memo yang ia taruh diatas meja lampu.

Kalo ada apa-apa hubungi no ini
08132455579* . Gue siap temenin lo kapanpun. Jangan sedih lagi. Fighting! :)

-Reynand si alien, bukan manusia seperti yang Dania benci👽

•••

Diam [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang