Selepas itu Rahmat mengantarnya pulang dan menemaninya sejenak di ruang tamu.
"Mamahmu kapan pulang?"
"Nggak tau."
Rahmat mengangguk dan meminum jus yang disediakannya.
"Kamu mau makan?"
"Ah nggak. Aku belum laper."
"Kalo mau makan nggak perlu nunggu laper. Ntar kena Maag loh."
"Kamu aja yang makan, aku suapin."
"Nggak ah lebay deh." Dania ketawa
Tenggg...
Sakit itu datang lagi. Dania memegangi kepalanya dan meringis kesakitan.
"Kamu kenapa?"
"Kepalaku sakit banget Mat."
"Yaudah kita ke dokter."
Tiba di dokter terdekat. Dania masuk ke ruangan dan mulai diperiksa. Rahmat cemas diluar. Seperti menunggu istri yang sedang lahiran saja.
Tak lama Rahmat dipersilahkan masuk dan duduk disebelah Dania untuk menghadap dokter.
"Saudara suaminya?"
"Ah bukan dok. Baru calon."
"Pola makan Dania harus benar-benar dijaga."
"Kenapa dok? Dia sakit apa?"
Dokter menghela napas. "Liver." lanjutnya.
Deg.
"Awalnya cuma maag biasa. Terus Dania mengaku sering makan yang pedas dibarengi es tanpa makan nasi sebelumnya. Dan itu berkelanjutan yang akhirnya berdampak kepala Liver."
Rahmat menatapnya. Dania diam, terus diam.
"Saya kasih resep. Silahkan tebus obatnya diluar ya. Jangan lupa harus sering minum obat dan jaga pola makan."
"Baik dok. Makasih sebelumnya." Rahmat berdiri begitupun Dania
"Cepet sembuh ya. Sakit itu nggak enak."
Dania mengangguk senyum. Lalu pergi. Ia duduk di kursi, menunggu Rahmat menebus obat.
Di perjalanan pulang.
"Kamu sering telat makan? Kenapa?"
Dania diam. Ia melamun.
"Dan..." Rahmat menengok sedikit.
"Orang Mamah gak pernah masak kok. Terus aku harus makan apa?"
"Tapi kamu suka sarapan kan?"
"Ya kadang. Itu juga pake roti. Mamah selalu pulang sore. Habis pulang dia istirahat. Makanya aku sering makan mie. Mau pergi ke warung nasi, gak ada uang. Mamah selalu ngasih uang bekal secukupnya."
"Jaga pola makanmu. Jangan makan mie terus. Kalo kamu sakit aku yang sedih." Rahmat meraih kedua lengannya dan melingkarkan agar memeluknya.
Tiba-tiba hujan turun. Rahmat menghentikan motornya tepat di pemberhentian bis. Hujannya semakin deras.
Rahmat menatap kekasihnya sedang menggigil kedinginan. Jaket yang dipakai Dania pun sudah terlanjur basah.
Rahmat mendekat, membuka sebelah jaketnya dan membiarkan Dania masuk. Ia memeluknya.
Tanpa disadari seorang lelaki sebelahnya yang memakai kupluk jaket itu adalah Erfan. Ia hanya bisa menyaksikan pemandangan menyakitkan itu. Ia melirik-lirik mencuri pandangan. Hatinya geram.
Erfan memiliki niat licik saat mereka berdua tengah lengah. Ia menusuk ban belakang motornya dengan kalungnya yang berbentuk pisau.
Bukan sembarang kalung. Bukan sembarang pisau. Ternyata kalung pemberian Dian itu sangat berguna sekali. Kini ia hanya berpura-pura sibuk bermain hp dan pergi.
Saat hujan mulai reda mereka berniat kembali melanjutkan perjalanan namun naas ban belakangnya bocor.
"Kok bisa bocor? Tadi gakpapa." protes Dania
"Aku juga nggak tau sayang. Kayaknya pas ngebut kesini nggak sengaja injek paku."
"Terus gimana?"
Seorang anak kecil menghampiri dan menawarkan jasa ojek payung.
"Ah nggak de aku mau naik motor masa pake payung. Ntar payungmu terbang gimana?"
"Cepet kak ikut aku dulu. Aku minta tolong."
Dania bingung. Anak itu terus menariknya. Rahmat mengijinkannya menuruti permintaan anak itu. Sementara dia sendiri sibuk memeriksa keadaan motornya.
Dania ikut lalu berhenti di depan Jamal. Fyi nama motor Erfan.
"Loh?"
Erfan melepas jaketnya. Memakaikannya pada Dania lalu memaksanya naik ke mobil.
"Udah malem. Cepet pulang. Nggak baik."
"Hah? Gimana lo tau kalo..."
"Udah diem aja. Makasih ya de."
"Oke kak." anak itu tersenyum lalu pergi.
Lantas Dania masuk ke dalam mobil atas paksaan Erfan.
"Lah ini mobil siapa?"
"Mas anterin sesuai aplikasi ya." supir itu mengangguk dan pergi.
"Lah Erfan." teriaknya
Lalu melewati Rahmat.
"Rahmat. Tolong aku diculik." teriaknya lagi sambil mengetuk jendela. Suara hujan menepis teriakannya. Kini ia hanya bisa pasrah.
Disisi lain Rahmat bingung kenapa Dania belum balik lagi. Lantas Erfan menghampirinya.
"Rawat motor aja nggak bisa. Gimana mau ngerawat Dania." ledeknya
Rahmat hanya menatapnya tajam. Dan mulai curiga.
"Lo kemanain Dania?"
"Lah gue pesenin dia mobil online lah buat nganterin dia pulang."
Rahmat bengong.
"Lo...." pacar baru Dania itu mulai emosi
"Kenapa? Gue ngerawat dia supaya nggak kehujanan. Nggak kayak lo yang suka ngelantarin cewek polos."
"Bacot lo." Rahmat sudah meraih kerah bajunya. Namun sebuah bis berhenti dihadapan mereka.
Penumpang bis memperhatikan sebuah perkelahian, mungkin. Karena melihat posisi Rahmat yang sudah siap untuk meninju. Malu, akhirnya Rahmat melepaskannya.
"Udah sana pulang naik bis. Motor lo biar gue yang bawa."
"Hah?"
"Udah sana!" Erfan mendorongnya hingga masuk kedalam pintu. Tak lama bis itu melaju.
Entah apa maksud Erfan atas semua perlakuannya malam ini. Yang jelas asal mereka tidak berdua itulah yang lebih utama.
Ia menelpon Reynand untuk mencarikan orang bengkel dan membawa motor Rahmat pergi. Lalu ia sendiri pulang dengan si Jamal.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam [COMPLETED]
RomanceDiam. Apa sih yang pertama kali terpikir setelah mendengar kata itu? Suasana? Hening? Atau mungkin orang yang pendiam? Ini sebuah kisah tentang sang introvert yang berusaha keluar dari zona nyamannya. Mohon dukungannya^^ High Rank [22-11-18] #1 band...