Part 32

2.1K 72 0
                                    

Dengan melihat kau
Menangis rasanya hati ini menjadi rapuh dan sakit

*****

"Eungh" suara lirih Reina ketika sadar dari pingsan nya. Reina membuka mata  dan mengerjapkan mata nya seraya menyesuaikan keadaan nya dan di rasakan kepala nya masih berdenyut.

"Alhamdulillah non Reina sudah sadar bibi tadi panik banget kalo non pingsan makanya bibi nelfon den Zevan supaya pulang. Non gak papa kan" ucap bi Minah smbil mengecek keadaan majikan muda nya.

Tiba tiba dari arah belakang mereka berdua terlihat seorang cowok tengah berlari masuk ke dalam rumah dengan keadaan yang sangat berantakan

"Dek kamu gak papa kan, maafin abang tadi abang masih ada di rumah temen abang. Terus bi Minah nelfon abang katanya kamu pingsan yaudah abang cepet cepet pulang ke rumah. Kamu gak papa kan dek" ucap Zevan alibi karena dia tidak mau adiknya sampai mengetahui nya

Namun tidak ada respon dari Reina dia terus diam dan menundukkan kepala nya, tiba tiba dia menatap kakak nya dengan mata yang sudah berkaca kaca

"Abang apa bener Mama sama Papa kecelakaan" ucap Reina seenggukan sambil menatap Zevan dengan meminta penjelasan
Tetapi Zevan malah diam dia harus bilang apa sama adik nya bahwa itu semua benar. Dia gak sanggup melihat adik nya terluka dan rapuh

"Bang jawab pertanyaan Rei. Tadi ada bapak polisi kesini bahwa dia bilang kalo Mama sama Papa kecelakaan dalam perjalanan menuju ke Paris. Itu semua bohong kan bang, bapak polisi itu bohong kan sama Rei,, jawab bang" ucap Reina yang sudah menangis, Zevan tidak tega melihat adiknya seperti ini langsung saja dia memeluk nya. Dalam hati Zevan menangis dalam diam dia tidak mungkin menangis di depan adik nya karena itu malah membuat Reina akan semakin terpuruk. Tanpa sadar Zevan menitikkan air mata

Sedangkan Reina dia sangat terluka bahkan orang yang dia sayangi pergi meninggalkan nya untuk selamanya. Dulu dia pernah berharap jika suatu saat nanti dirinya telah sukses dia akan mengajak kedua orang tua nya untuk berlibur bersama nya tetapi harapan itu sudah hancur terlebih dulu. Reina tidak menyangkan bahwa secepat ini kedua orang tua nya pergi meninggalkan nya dengan kakak nya

"Dek dengerin abang" ucap Zevan sambil melepas pelukan nya dari Reina dan meminta adik nya untuk menatap dirinya

"Apapun yang terjadi jangan lah bersedih, karena melihat mu seperti ini membuat hati abang jadi merasa bersalah. Please don't cry baby" ucap Zevan sambil mengusap air mata Reina dengan ibu jari nya

"Kenapa mereka pergi begitu cepat. Apa mereka gak sayang lagi sama Rei ya bang makanya Mama sama Papa ninggalin kita. Rei tahu Rei sudah banyak salah sama mereka terutama Mama, Rei selalu bikin Mama sebal dengan tingkah Rei yang kelewat nakal. Akhirnya sekarang Mama pergi ninggalin Rei. Rei jahat banget ya sama mereka bang" ucap Reina seraya menghapus air mata dengan kasar dan berlari menuju kamar nya dan menguncinya

"REINNAAA !!!! buka pintu nya , jangan nyalahin diri kamu kayak gitu dek ini semua sudah takdir kita tidak tahu takdir seseorang gimana jadi abang mohon buka pintu nya dek !!" seru Zevan yang masih mencoba membuka pintu Reina tetapi tidak bisa karena tetap saja di kunci

"PERGGII .. !!! AKU GAK MAU DI GANGGU, ABANG PERGGII !!! "ucap Reina berteriak di balik pintu tersebut seketika tubuhnya jatuh di lantai menekukkan kedua kakinya dan menenggelamkan kepalanya
Zevan yang berada di luar kamar adik nya bernafas panjang dan berbalik menuruni tangga, kemudian dia keluar rumah untuk menenangkan pikiran nya

Stay (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang