Lisa melongo, memandangi lembaran formulir yang sudah terisi lengkap. Gadis itu tertegun karna Bobby yang mengisi semua data datanya.
"Gue gak mau ikut osis ah." Kata Lisa akhirnya dan menyerahkan kembali formulir itu kepada Hanbin. Dia bersidekap ke arah bobby sambil memelotot.
"Katanya pengen deket sama Hanbin, masa baru di block doang langsung nyerah?" Bobby tak habis fikir, rasanya gadis di depannya ini benar benar bodoh.
"Nggak gitu, gimana ya? gue denger kak Hanbin calon ketua osis nanti? hmm fans fans nya galak. Lagian jadi osis itu susah."
Bobby terdiam, tubuhnya menegak memandang dalam dalam Lisa yang sedang merunduk didepannya.
Ia jadi kasian, pengen nolongin, tapi giliran ditolongin gatau makasi.
"Kalian itu... kok bisa banyak fans sih? kan jadi susah."
Bobby melongos, mengerti situasi. Jadi gadis itu masih memikirkan fans fans gajelas Hanbin.
"Berjuang, gausah denger atau perduli sama omongan orang lain. Lo fokus aja ngejar Hanbin, ada gue yang selalu ada di belakang lo, ngedukung. Semangat."
Lisa memasang wajah memelas, memandang bobby penuh harap. "Jadi...Gue harus terus berjuang? kalo hasilnya nggk sesuai ekspretasi gimana?"
Bobby tidak menjawab, ia berdecak kesal dan langsung membalik badan Lisa, memegang pundak gadis itu dan mendorongnya menuju ruang osis. Dia baru melepaskan tangannya dari bahu Lisa saat mereka tiba di depan ruang osis.
"Serahin formulir lo sekarang dan pintu menuju Hanbin terbuka lebar di depan lo."
Lisa berbalik, memandang Bobby dengan penuh ragu, lalu ia menunjuk pintu didepannya. "Yakin ya lo selalu ada di belakang gue?"
Bobby terdiam sebentar, beberapa detik kemudian ia menyodorkan tangan kanannya. "Gigit neh tangan gue."
Ekspresi Lisa langsung berubah, tangannya melayang dengan ringan untuk menabok cowok didepannya itu. "Lo kira gue anjing? Sana pergi!!"
Bobby hanya tertawa renyah dan melenggang pergi dari hadapan Lisa. Meninggalkan gadis itu yang sedang gugup sendiri untuk mengumpulkan formulir.
Gadis itu lantas mengetuk pintunya beberapa kali lalu perlahan membuka pintu dan melangkah masuk karena tak ada jawaban dari dalam.
Disana ada Hanbin, seorang diri. Entah untuk apa.
Lisa tak habis fikir, kalau ada Hanbin kenapa cowok itu tidak menyahut sama sekali?
"Kak ini formulir pendaftaran osis."
Disana Hanbin duduk diam, entah mengerjakan apa. Tapi cowok itu hanya melirik sekilas dan tak menjawab. Hanya bergumam tak jelas
Lisa semakin melangkah masuk ke dalam ruangan itu. "Ini aku taro dimana ya kak?"
"Sini."
Ah, Lisa jadi merinding sendiri. Hanbin benar benar beda. Suaranya terdengar dingin, cuek, tidak perduli.
Lisa berjalan perlahan dan berhenti disisi kanan Hanbin. "Ini." Katanya sambil menyerahkan formulir.
Hanbin langsung mengambil tanpa memberikan respon apapun. Bahkan menoleh ke arah Lisa saja tidak.
Seperti tidak saling mengenal.
'Jadi kemaren itu apa?'
"Kak Hanbin sibuk?" Lisa memberanikan diri bertanya. Dia juga takut. Sekarang Hanbin mengeluaran aura yang menurutnya cukup seram.
Hanbin hanya diam, tak menjawab. Entah tidak mendengar atau memang tidak berniat menjawab.
Lisa berdecak, tanpa sepatah katapun langsung keluar dari ruangan itu dan langsung menuju ke kantin. Ia menghampiri kantin yang paling kanan, langganannya.
Lantas mengambil sekotak susu dan langsung membanyarnya. setelah selesai berbelanja gadis itu kembali lagi ke ruang osis.
Ia langsung nyelonong masuk, tanpa permisi dan langsung duduk disebelah Hanbin.
"Diminum dulu kak." Katanya lembut sambil menyodorkan sekotak susu. Sudut bibir Lisa tertarik ke atas, melengkung manis.
"Nggak usah repot repot."
Senyum Lisa hilang, benar benar. Suara Hanbin kini terdengar sangat berbeda.
"Iya nggak apa, anggep aja gue lagi berterima kasih soal kemarin."
Hanbin diam diam menghela nafas. Dia kembali membaca kertas didepannya dan mengacuhkan Lisa.
Karna kepo mengapa dirinya diabaikan Lisa memajukan badannya dan mengintip isi kertas itu.
"Lisa!"
Gadis itu terlonjak, bahkan hampir jatuh kalau saja ia tidak tersadar. Hanbin tidak membentaknya tapi nada cowok itu sedikit tinggi daripada biasanya.
Hanbin mengehela nafas gusar. "Mending lo balik ke kelas."
Ekspresi Lisa datar, ia hanya mengangguk dan tanpa protes keluar dari ruangan itu.
Sekarang kak Hanbin beda, kemarin beda, besok beda lagi nggak ya?
Aneh, banyak rasa kayak nano nano.
[TBC]
Ayooo voteee
KAMU SEDANG MEMBACA
[7] COLD
Fanfiction"Kalo abis chat dia harus cepet cepet makam coklat, biar manis. Soalnya dia pait, pedes. Ya pokoknya nggak enak lah......."